Sukses

Donald Trump Akan Diminta Bersaksi Terkait Kerusuhan di Gedung Capitol AS

Komite yang menyelidiki serangan 6 Januari 2021 di Gedung Capitol AS sepakat memanggil mantan Presiden Donald Trump untuk bersaksi.

, New York - Mantan Presiden Donald Trump akan dipanggil untuk memberikan keterangan, terkait serangan mematikan 6 Januari 2021 di gedung Capitol. Anggota parlemen Amerika Serikat yang menyelidiki insiden itu telah memberikan suara bulat pada Kamis 13 Oktober 2022 untuk memanggil Trump.

Tujuh anggota komite pemilihan DPR dari Partai Demokrat dan dua anggota dari Partai Republik memberikan suara 9-0 untuk meminta Trump memberikan dokumen dan kesaksian di bawah sumpah sehubungan dengan serangan itu.

Panel telah menyelidiki peristiwa tersebut selama lebih dari setahun dan telah mewawancarai lebih dari 1.000 saksi sebagai bagian dari penyelidikannya.

"Komite ini akan menuntut pertanggungjawaban penuh kepada setiap orang Amerika atas peristiwa 6 Januari," kata Bennie Thompson, Ketua Komite Penyelidik DPR AS," seperti dikutip dari DW Indonesia, Jumat (14/10/2022).

"Maka adalah kewajiban kami untuk mencari kesaksian Donald Trump," sambung Thompson.

"Kami harus mencari kesaksian di bawah sumpah, terkait ‘pemain utama' insiden 6 Januari," kata Wakil Ketua Komite dari Partai Republik, Liz Cheney.

"Kami berkewajiban untuk mencari jawaban langsung dari orang yang menggerakkan semua ini. Dan setiap orang Amerika berhak atas jawaban itu," imbuh Cheney.

Panel sejauh ini telah mengadakan sembilan dengar pendapat publik untuk memeriksa kasus bahwa upaya Trump untuk membatalkan kekalahannya dalam pemilihan presiden 2020 merupakan tindakan ilegal. 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Sidang Pertama Tanpa Saksi Langsung

Sidang hari Kamis 13 Oktober adalah sidang pertama tanpa saksi langsung. Sebaliknya, panitia menyajikan bukti video dari saksi yang belum muncul, serta rincian baru dari ribuan dokumen yang diperoleh dari Secret Service Trump.

Secret Service memperingatkan dalam email 26 Desember bahwa anggota beraliran sayap kanan Proud Boys berencana untuk berbaris di Washington pada 6 Januari, dengan kelompok yang cukup besar untuk melebihi jumlah polisi.

"Rasanya seperti tenang sebelum ‘badai'," tulis seorang agen Secret Service dalam obrolan grup. "Rencananya benar-benar membunuh orang."

Anggota panel Zoe Lofgren mengatakan pada sidang bahwa Trump memiliki rencana untuk mengklaim bahwa dia menang pada malam pemilihan presiden, terlepas dari apa pun yang ditunjukkan oleh penghitungan suara.

"Bukti menunjukkan bahwa pidato kemenangan palsunya telah direncanakan jauh sebelumnya, sebelum suara dihitung," kata Lofgren, mengutip bukti yang dikumpulkan oleh komite, termasuk kesaksian dari manajer kampanye Trump.

 

3 dari 4 halaman

Kelambanan Trump Juga Disorot

Sidang juga berfokus pada kelambanan Trump selama kerusuhan. Panel menunjukkan rekaman yang sebelumnya tak terlihat dari para pemimpin kongres yang menelepon pejabat untuk meminta bantuan selama pengepungan Capitol.

Apa yang terjadi pada 6 Januari 2021?

Setidaknya lima orang tewas dalam serangan pada 6 Januari 2021, ketika pendukung Trump menyerbu gedung Capitol AS. Lebih dari 140 petugas polisi terluka.

Lebih dari 880 orang ditangkap sehubungan dengan kerusuhan, beberapa di antaranya dikenakan hukuman penjara yang lama karena peran mereka.

Trump, yang dituduh menghasut kerusuhan dengan mendesak para pendukungnya untuk "berjuang dengan total", menghadapi berbagai penyelidikan negara bagian dan federal. Trump menyangkal melakukan kesalahan. Dia dan para pendukungnya menyebut penyelidikan itu berbau ‘‘muatan politik‘‘.

Komite DPR diperkirakan akan merilis laporan temuannya setelah pemilihan paruh waktu, kemungkinan pada bulan Desember.

4 dari 4 halaman

Kongres AS Gelar Sidang Penyelidikan Serbuan ke Gedung Capitol 6 Januari 2021, Donald Trump Bakal Diadili?

Sebelumnya para anggota Kongres Amerika Serikat menggelar sidang dengar pendapat yang digelar pada Kamis 21 Juli 2022 waktu setempat, untuk mengetahui apa yang dilakukan mantan Presiden AS Donald Trump selama lebih dari tiga jam di Gedung Putih, ketika ribuan pendukungnya menerobos Kongres untuk mencoba menghentikan pengesahan kemenangan Joe Biden dalam Pemilihan Presiden AS 2020.

Sebuah sidang yang memfokuskan untuk menyelidiki kerusuhan di gedung kongres, Capitol AS pada 6 Januari 2021.

Mengutip VOA Indonesia, Jumat (22/7/2022), Komite DPR AS yang beranggotakan sembilan orang berencana menampilkan montase rekaman video berisi testimoni para pembantu utama Trump di Gedung Putih serta menghadirkan testimoni langsung dari dua orang lainnya, yang mendukung tuduhan mereka bahwa Trump menyaksikan pemberontakan itu di televisi selama berjam-jam tanpa melakukan apa-apa untuk menghentikan pendukungnya.

Anggota DPR dari Partai Demokrat Elaine Luria, anggota komite yang akan memimpin sesi tanya-jawab pada Kamis malam itu, mengatakan kepada CNN pekan ini bahwa panel itu akan menelusuri "menit demi menit" apa yang dilakukan Trump selama tiga jam tujuh menit pada 6 Januari 2021 siang – sejak akhir pidatonya dalam aksi demonstrasi, yang mendorong pendukungnya untuk berjalan menuju gedung Capitol dan “bertempur sekuat tenaga,” hingga akhirnya meminta mereka membubarkan diri.

"Ia tidak bertindak. Ia punya kewajiban untuk bertindak. Jadi, kami akan membahasnya secara rinci," kata Luria.

Anggota komite dari Partai Republik, Adam Kinzinger, yang juga dijadwalkan untuk menanyai para saksi, mengatakan kepada program "Face the Nation" CBS pada Minggu 17 Juli, "Presiden tidak berbuat banyak dan malah menonton televisi dengan gembira selama jangka waktu tersebut."

Kedua saksi baru yang direncanakan hadir adalah mantan Wakil Juru Bicara Gedung Putih Sarah Matthews dan mantan Wakil Penasihat Keamanan Nasional Matthew Pottinger, yang mana keduanya mengundurkan diri dari jabatan mereka pada hari terjadinya kerusuhan sebagai bentuk protes atas tanggapan Trump terhadap peristiwa itu.

Selain itu, Matthews juga diharapkan dapat memberikan rincian kesaksian langsungnya atas apa yang terjadi di Gedung Putih pada hari itu, termasuk apakah Trump sudah mengetahui adanya kekerasan ketika ia mengecam wakil presidennya, Mike Pence, pada pukul 14.24 di Twitter, karena Pence menolak menghentikan pengesahan kemenangan Biden.

Trump mencuit: "Mike Pence tidak punya keberanian untuk melakukan apa yang seharusnya dilakukan untuk melindungi negara dan Konstitusi kita, memberi kesempatan kepada negara-negara bagian untuk mengesahkan serangkaian fakta-fakta yang dikoreksi, bukannya fakta-fakta palsu dan tidak akurat yang diminta untuk mereka sahkan sebelumnya. AS menuntut kebenaran!"

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.