Sukses

2 Kapal Perang AS ke Perairan Taiwan, China Kian Terprovokasi?

Setelah kedatangan resmi beberapa petinggi pemerintah AS ke Taiwan, kini militer AS yang mengunjungi Taiwan dan lagi-lagi memancing kemarahan China.

Liputan6.com, Taipei - Dua kapal perang Angkatan Laut Amerika Serikat terlihat memasuki Selat Taiwan, dan ini merupakan kedatangan Angkatan Laut AS pertama di Taiwan setelah ketegangan China-AS meningkat akhir-akhir ini -- yang disebabkan oleh kunjungan ketua DPR, Nancy Pelosi ke Taiwan.

Dikutip dari CNN World, Senin (29/8/22), dua kapal perang berpeluru milik Angkatan Laut AS itu terlihat melakukan pelayaran di Perairan Taiwan pada Hari Minggu, 28 Agustus 2022.

"Melalui perairan Internasional, kebebasan navigasi dan penerbangan di laut lepas berlaku sesuai dengan Hukum Internasional," kata Armada ke-7 AS, di Jepang, dalam sebuah pertanyaan. Mereka juga mengatakan bahwa kedua kapal berpeluru itu sedang melakukan 'transit rutin' di Selat Taiwan.

Dalam pelayarannya yang dilakukan pada 29 Agustus 2022, Armada ke-7 AS juga menambahkan bahwa pelayaran yang sedang berlangsung itu tidak ada campur tangan dari pasukan militer asing lainnya.

Memang Angkatan Laut AS dan Angkatan Laut sekuru seperti Inggris dan Kanada, dalam beberapa tahun terakhir memang secara rutin berlayar melalui perairan-perairan yang ada di ASIA, dan khususnya melalui selat Taiwan, yang memicu kemarahan Beijing.

Merespon hal tersebut, The Chinese military’s Eastern Theater Command mengatakan bahwa mereka saat ini hanya sedang memantau kedua kapal itu, mempersiapkan diri dan meningkatkan kewaspadaan serta “siap untuk menggagalkan segala provokasi,” yang mungkin terjadi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Pelayaran Rutin AS

Washington mengatakan bahwa kedatangan dua kapal berpeluru ke selat Taiwan itu hanya menunjukkan kebebasan navigasi melalui perairan internasional sesuai dengan hukum internasional.

“Kapal-kapal ini berlayar melalui koridor yang berara di luar territorial negara manapun. Kedatangan kapal-kapal tersebut yang melintasi dan transit di Selat Taiwan menunjukkan komitmen Amerika Serikat terhadap Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka. Militer Amerika Serikat akan terbang, berlayar, dan beroperasi di mana pun hukum internasional mengizinkannya,” kata salah satu perwakilan Armada ke-7 AS, John Kirby, kepada CNN.

Kirby juga mencatat bahwa pelayaran dan transitnya dua kapal perang itu sangat konsisten dengan ‘One China Policy’.

“Transitnya dua kapal tersebut sangat konsisten dengan ‘One China Policy’, dan sangat konsisten dengan keinginan kami untuk memastikan bahwa kami dapat terus bekerjasama menuju Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka,” tambah Kirby.

“Ini sudah direncanakan juga sejak lama,” tambah Kirby lagi.

Angkatan Laut AS juga mengatakan bahwa, bagaimanapun, sebagian besar Selat Taiwan itu berada di perairan internasional.

Angkatan Laut AS juga menganggap hal tersebut sebagai operasi kebebasan navigasi dengan mengutip hukum internasional yang mendefinisikan bahwa perairan territorial yang merupakan perpanjangan 12 mil laut dari garis pantai suaru negara dan secara teratur mengirim kapal perangnya melalui perairan itu.

Pejabat AS lainnya seperti Kurt Campbell, Koordinator Presiden AS untuk Indo-Pasifik, juga mengatakan bahwa Washington tidak akan mengubah cara militernya beroprasi di wilayah tersebut karena sudah sesuai dengan Hukum Internasional yang ada.

 

3 dari 4 halaman

Responx Berlebihan China?

Beijing memandang tindakan AS kali ini sebagai tindakan yang provokatif.

Operasi Angkatan Laut AS di Selat Taiwan biasanya memakan waktu sekitar delapan hingga 12 jam dan selama itu juga China memantau ketat kapal Angkatan Laut AS yang sedang beroprasi di Selat Taiwan.

Transit kapal di Selat Taiwan itu mendapat tanggapan yang cukup buruk dari Beijing. Beijing juga telah meningkatkan manuver militer di Selat Taiwan dan langit atasnya.

Kementerian Pertahanan Taiwan, menanggapi kapal AS yang beroprasi di Selat Taiwan berkata bahwa kapal-kapal AS berlayar ke arah selatan dan pasukannya mengamati itu, tetapi situasinya tetap aman seperti biasa.

Dilansir dari BBC News, pada hari Minggu, kementrian pertahanan Taiwan mengatakan bahwa pihaknya telah mendeteksi 23 pesawat China dan delapan kapal China yang beroprasi di sekitar Taiwan.

Di antara pesawat yang terdeteksi, tujuh diantaranya melintasi garis tengah selat Taiwan—penghalang tidak resmi antara Taiwan-China.

China merasa AS provokatif dan memancing ketegangan karena mereka mengklaim bahwa Taiwan merupakan bagian integral dari wilayah China.

Jauh sebelum kapal perang AS beroprasi di wilayah Taiwan pada hari Minggu, Komando Teater Timur China mengatakan pada hari Jumat bahwa pihaknya telah melakukan patroli keamanan dan kesiapan tempur bersama dan latihan pertempuran yang melibatkan pasukan dari berbagai layanan dan senjata di perairan dan wilayah udara di sekitar Taiwan.

Duta Besar China untuk Washington, Qin Gang mengatakan pekan lalu bahwa yang AS lakukan hanya meningkatkan ketegangan.

“Saya meminta rekan-rekan di Amerika untuk menahan diri, dan tidak melakukan apapun untuk meningkatkan ketegangan,” kata Qin kepada wartawan di Washington.

“Jika ada tindakan yang merusak integritas dan kedaulatan territorial China, China akan merespons,” tambah Qin.

4 dari 4 halaman

Taiwan, Alasan Tensi US-China Meningkat Akhir-Akhir Ini

Selat Taiwan memang menjadi salah satu sumber ketegangan militer sejak pemerintah China yang kalah melarikan diri ke Taiwan pada tahun 1949, setelah kalah perang saudara dengan komunis.

China tidak akan pernah mengesampingkan penggunaan kekuatan mereka untuk mengambil alih Taiwan. Tetapi, Pemerintah Taiwan mengatakan bahwa Republik Rakyat China tidak pernah memerintah Taiwan, oleh karenanya mereka tidak memiliki hak untuk mengklaimnya, dan hanya 23 juta penduduknya saja yang dapat memutuskan masa depan mereka.

Sebenarnya, Taiwan memiliki pemerintahannya sendiri yang demokratis, tetapi China melihat Taiwan sebagai salah satu provinsi bagian dari China yang memisahkan diri dan akan bersatu, jika perlu dengan kekuatan.

Taiwan telah menjadi ‘flashpoint’ antara AS dan China. Pasalnya, Beijing menganggap Taiwan sebagai "provinsi pemberontak" yang pada akhirnya akan disatukan kembali dengan daratan China. 

Hal tersebut menentang keras adanya keterlibatan Taiwan dengan pemerintah asing, itulah sebabnya apa yang dilakukan AS sekarang sangat kontroversial dan membuat China geram. 

Tingkat ketegangan AS-China meningkat setelah Pelosi mengunjungi Taiwan yang kemudian direspon China dengan mengadakan latihan militer terbesarnya di sekitar Taiwan. 

AS yang menyetujui kebijakann “One China”—landasan hubungan diplomatik kedua negara, yang hanya mengakui satu pemerintahan China—merupakan salah satu dasar kemarahan dan ketegangan yang terjadi akhir-akhir ini antara China-AS.

Sebenarnya, pemerintahan Biden telah berusaha untuk menjaga ketegangan antara Washington dan Beijing agar tidak menjadi konflik baru dengan menegaskan bahwa perjalanan kongres semacam itu dan hal yang dilakukan AS itu merupakan salah satu rutinitas.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.