Sukses

Raja Narkoba Paling Dicari di Kolombia Tertangkap, Dianggap seperti Pablo Escobar

Raja narkoba, Dairo Antonio Úsuga, ditangkap pada hari sabtu di hutan tempat persembunyiannya

Liputan6.com, Bogota - Pasukan keamanan Kolombia telah menangkap seorang pengedar narkoba yang paling dicari di negara tersebut, seorang buron yang dalam pelarian selama lebih dari satu dekade dengan menyuap pejabat negara dan bersekutu dengan orang dari kiri dan kanan.

Dilansir dari laman AP News, Minggu (24/10/2021), Presiden Iván Duque menyamakan penangkapan Dairo Antonio Úsuga pada hari Sabtu dengan penangkapan Pablo Escobar tiga dekade lalu.

Militer Kolombia menghadirkan Úsuga pada media dengan borgol dan sepatu bot karet yang disukai petani pedesaan.

Úsuga, atau yang lebih dikenal dengan Otoniel, diduga keras merupakan kepala klan Teluk yang sangat ditakuti, di mana pasukan pembunuhnya telah meneror sebagian besar Kolombia utara untuk menguasai rute penyeludupan kokain utama melalui hutan lebat di utara ke Amerika Tengah dan Amerika Serikat.

Ia telah lama ada dalam daftar buronan yang paling dicari oleh Drug Enforcement Administration, yang menawarkan hadiah sebesar $5 juta atau setara dengan 71,2 miliar rupiah untuk penangkapannya.

Ia pertama kali didakwa pada tahun 2009, di pengadilan federal Manhattan, atas tuduhan narkotika dan diduga memberi bantuan pada kelompok paramiliter sayap kanan yang dianggap sebagai organisasi teroris oleh pemerintah AS.

Kemudian, dakwaan di pengadilan federal Brooklyn dan Miami menggugatnya telah mengimpor setidaknya 73 metrik ton (73 ribu kilogram) kokain antara tahun 2003 dan 2014 ke AS melalui negara-negara, termasuk Venezuela, Guatemala, Meksiko, Panama, dan Honduras.

Úsuga juga terlibat dengan beberapa kelompok gerilya, yang paling baru mengklaim memimpin Pasukan Bela Diri Gaitanist Kolombia, setelah penghasut sayap kiri Kolombia pada pertengahan abad ke-20.

Pihak berwenang mengatakan intelijen yang diberikan AS dan Inggris memimpin lebih dari 500 tentara dan anggota pasukan husus Kolombia ke tempat persembunyian Úsuga di hutan, yang dilindungi oleh delapan lapisan keamanan.

Selama bertahun-tahun, Úsuga luput dari pihak berwenang dengan menjauhkan diri dari profil tinggi narkotika Kolombia.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Lahan Produksi Koka Melonjak di AS

Úsuga dan saudaranya, yang terbunuh dalam serangan 2021, memulai karir mereka sebagai orang-orang bersenjata untuk kelompok gerilya kiri yang sekarang dikenal sebagai Tentara Pembebasan Populer dan kemudian beralih pihak dan bergabung dengan musuh medan perang pemberontak, sayap kanan, kelompok paramiliter.

Ia menolak untuk melucuti senjata ketika milisi tersebut menandatangani perjanjian damai dengan pemerintah tahun 2006, alih-alih menggali lebih dalam ke dunia kriminal Kolombia dan mendirikan operasi di wilayah Teluk Uraba yang strategis di Kolombia utara, koridor narkoba utama yang dikelilingi oleh Samudra Pasifik dan Laut Karibia di kedua sisi.

Saat ia menentang pihak berwenang, kisahnya sebagai bandit tumbuh seiring dengan kisah-kisah horror yang diceritakan oleh otoritas Kolombia tentang banyak anak perempuan di bawah umur yang diduga menjadi korban pelecehan seksual olehnya dan kelompoknya.

Pada tahun 2017, ia menunjukkan wajahnya untuk pertama kalinya pada kesempatan kunjungan Paus Fransiskus ke negara itu, menerbitkan sebuah video di mana ia meminta kelompoknya diizinkan untuk meletakkan senjatanya dan melakukan demobilisasi sebagai bagian dari proses perdamaian negara itu tersebut dengan Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia yang jauh lebih besar.

Penangkapannya merupakan dorongan bagi Duque yang konservatif, di mana retorika hukum dan ketertibannya tidak sebanding dengan melonjaknya produksi kokain.

Lahan yang didedikasikan untuk produksi koka – bahan mentah kokain – melonjak 16% tahun lalu ke rekor 245.000 hektar, tingkat yang tidak terlihat dalam dua dekade upaya pemberantasan AS, menurut laporan Gedung Putih.

 

Reporter: Ielyfia Prasetio

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.