Sukses

Malaysia Sebut Lockdown COVID-19 Kurangi Ancaman Teror ISIS

Malaysia menyebut bahwa pembatasan sosial dan penguncian nasional atau lockdown selama COVID-19 berpengaruh pada rendahnya ancaman teror, termasuk aktivitas ISIS.

Liputan6.com, Kuala Lumpur - Malaysia menyebut bahwa pembatasan sosial dan penguncian nasional atau lockdown selama COVID-19 berpengaruh pada rendahnya ancaman teror, termasuk aktivitas ISIS di negeri Melayu tersebut.

Lockdown COVID-19 di Malaysia, atau yang disebut Movement Control Order (MCO), diberlakukan pada Maret 2020. Meski penguncian berskala nasional itu merugikan ekonomi nasonal, namun, sebagian menyebut bahwa kebijakan tersebut diperlukan untuk menekan pandemi.

Dan ternyata, aturan ketat yang diberlakukan selama MCO juga membantu mengurangi ancaman teror ISIS di Malaysia, kata kepala badan kontra-terorisme negara itu, Normah Ishak, seperti dikutip dari Mashable Asia, Minggu (17/1/2021).

Ishak melihat lockdown sebagai 'berkah tersembunyi', menyebut pembatasan pergerakan mencegah "sebagian besar aktivitas terkait ISIS" di Malaysia.

Ishak, wanita pertama yang memimpin Divisi Kontra-Terorisme Cabang Khusus (lengan intelijen Kepolisian Diraja Malaysia), mengungkapkan bahwa hanya tujuh tersangka teror yang ditangkap pada 2020, turun dari 72 jika dibandingkan 2019.

Malaysia memulai operasi penangkapan tersangka dan terduga teroris terkait ISIS pada 2013. Pada kala itu, pihak berwenang hanya menemukan empat orang.

Angka itu dengan cepat melonjak menjadi 82 pada tahun 2015, dan kemudian 119 pada puncaknya pada tahun 2016.

Unit Penanggulangan Terorisme Malaysia kemudian menangkap 106 orang pada 2017 dan 85 pada 2018.

Simak video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Meratakan Kurva Terorisme

Selain simpatisan ISIS di Malaysia, Ishak mengatakan ada juga orang yang mewakili organisasi teroris Jemaah Islamiah (JI) yang terkait dengan al-Qaeda.

Salah satu pendiri dan mantan pemimpin JI, Abu Bakar Bashir yang berusia 82 tahun, baru-baru ini dibebaskan oleh otoritas Indonesia. Bashir dituduh mengatur bom Bali tahun 2002, yang menewaskan 202 orang.

Namun, pembebasannya tidak memiliki implikasi besar bagi Malaysia, menurut Ishak.

"Abu Bakar Bashir tidak akan memiliki pengaruh di Malaysia," kata Ishak, lebih lanjut menjelaskan bahwa dia hanya diikuti oleh sekelompok orang yang sangat kecil, yang pihak berwenang sudah memantau selama beberapa waktu.

Dan terlepas dari jumlah anggota JI yang diketahui di Malaysia, tidak ada ancaman yang akan segera terjadi.

"Saya bisa dengan percaya diri mengatakan anggota JI lama telah direhabilitasi," kata Ishak. "Keturunan mantan anggota JI tidak tertarik pada apa pun yang telah dilalui orang tua mereka dengan kelompok itu."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.