Sukses

Mengenal Sindrom Peter Pan, Sosok Orang Dewasa yang Masih Ingin Jadi Anak Kecil

Sindrom Peter Pan, seperti yang mungkin sudah Anda duga, adalah saat orang dewasa tidak ingin menjadi dewasa. Walaupun karakternya fiksi, namun seseorang dengan dengan sindrom itu nyata.

Liputan6.com, Jakarta - Kebanyakan dari Anda tentu sudah tahu dengan karakter Peter Pan. Anak laki-laki yang digambarkan tinggal di Neverland dan tak akan pernah tumbuh dewasa.

Walaupun karakternya fiksi, namun seseorang dengan sindrom Peter Pan memang nyata dan benar-benar ada di lingkungan sosial.

Apa itu Sindrom Peter Pan?

Sindrom Peter Pan, seperti yang mungkin sudah Anda duga, adalah saat orang dewasa tidak ingin menjadi dewasa dan mengambil tanggung jawab orang seusia mereka, demikian dikutip dari laman Better Help, Selasa (25/8/2020).

Mereka dengan sindrom ini tidak mau bekerja atau mengambil tanggung jawab apa pun, dan mereka ingin semua orang di sekitar mereka mendukung gaya hidup mereka.

Sulit untuk mengatakan apa sebenarnya yang menyebabkan seseorang ingin menghindari tanggung jawab dalam skala sebesar ini, tetapi ada beberapa teori terkait penyebabnya.

Kita semua pasti pernah mendengar ada orangtua yang tidak pernah mengatakan kata 'tidak' pada anak-anak mereka.

Mereka mungkin tidak pernah mendisiplinkan anak mereka atau mengajari mereka keterampilan hidup apa pun, dan ketika mereka dewasa, orangtua masih memanjakan mereka.

Sementara anak-anak harus memiliki masa kanak-kanak untuk mereka diri sendiri. Terlalu dimanja dapat menyebabkan mereka tidak ingin mengambil tanggung jawab.

Alih-alih secara bertahap diperkenalkan ke konsep pemikiran dewasa, orangtua ada yang tak pernah mengajarkan anak-anak mereka hidup mandiri.

Selain situasi yang selalu memanjakan anak, penyebab lainnya yaitu seseorang yang dilecehkan sebagai seorang anak juga akan mengalami sindrom ini.

Mungkin contoh paling terkenal adalah Raja Pop, Michael Jackson. Dia menjalani masa kecil yang penuh kekerasan dan dipaksa menjadi bintang. Ketika dia tumbuh dewasa, dia ingin kembali ke peran seorang anak. Dia menamai tanah miliknya Neverland Ranch.

Merindukan nostalgia masa kanak-kanak terlalu parah juga jadi penyebabnya. Bagi penderita sindrom Peter Pan, mereka bisa terobsesi dengan perasaan ini.

Sebenarnya, tidak apa-apa untuk bernostalgia, tetapi ketika Anda menghabiskan waktu terlalu banyak melihat ke masa lalu, Anda mungkin tidak melihat apa yang ada di depan Anda atau takut untuk merangkul perubahan di dunia.

Keterampilan bukan sekedar soal kemampuan anak memainkan alat musik atau menari. Namun, keterampilan di sini bisa termasuk dalam membuat janji dan komitmen. Baik pada diri sendiri maupun orang lain.

 

Simak video berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Cara Mengobati dan Mengatasinya

Jika seseorang dewasa sudah berprilaku seperti anak kecil, mungkin sulit bagi mereka untuk tumbuh dewasa. Namun, ada beberapa cara untuk membantu mereka bergerak ke arah yang benar.

Berhenti mendukung segala sifat manja orang tersebut. Jangan beri mereka dukungan pada mereka kecuali dukungan ke arah yang baik.

Perkenalkan konsep dewasa secara bertahap. Misalnya, ketika datang ke sebuah pekerjaan, minta mereka melamar pekerjaan yang mudah terlebih dahulu dan selalu beri tanggung jawab.

Singkirkan hal yang sekiranya akan menganggu mereka. Jika Anda tidak ingin seseorang dengan Sindrom Peter Pan terus-menerus menghabiskan waktu mereka di media sosial atau bermain video game maka jauhi hal-hal itu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.