Sukses

Kisah Miris Pria Disabilitas Meninggal Kelaparan

Errol Graham telah mati kelaparan hanya beberapa bulan setelah pejabat kesejahteraan menghentikan tunjangannya di luar pekerjaan dan perumahan.

Liputan6.com, Inggris - Anggota parlemen dan militer telah menyerukan penyelidikan independen, setelah muncul kasus seorang lelaki disabilitas dengan sejarah panjang penyakit mental mati kelaparan. Insiden itu terjadi hanya selang beberapa bulan setelah pejabat kesejahteraan menghentikan tunjangannya di luar pekerjaan dan perumahan.

Korban adalah Errol Graham, pria berusia 57 tahun yang masa mudanya merupakan pesepakbola amatir.

Beratnya hanya sekitar 28,5 kg ketika tubuhnya yang kurus ditemukan petugas pengadilan yang mendobrak pintu depan untuk mengusirnya karena tidak melakukan pembayaran sewa.

Dilansir The Guardian, Rabu (29/1/2020), sebuah laporan menemukan bahwa Graham, yang menderita kecemasan sosial parah telah memisahkan diri dari keluarga dan teman-teman, dinyatakan meninggal karena kelaparan.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tidak Punya Makanan

Ketika dia ditemukan, apartemennya di Nottingham tidak memiliki pasokan gas atau listrik. Tidak ada makanan di tempat tinggalnya, selain dua kaleng ikan yang sudah empat tahun kedaluwarsa.

Keluarga Graham menyalahkan Departemen Pekerjaan dan Pensiun atas kematiannya pada Juni 2018, dan mengatakan mereka seharusnya tak memutus garis hidup keuangan seseorang.

“Dia masih hidup. Dia sakit tetapi masih hidup,” kata menantu perempuannya, Alison Turner.

Temuan penyelidikan atas kematian Graham pada Juni 2019 diungkap oleh Turner melalui situs web Independent Disability News Service.

Staf DWP (Departement for Work and Pensions) dan NHS (National Health Service) telah kehilangan kesempatan untuk menyelamatkan Graham.

Menurut pihak DWP, kematian Graham sangat serius dan kasus tersebut dirujuk ke proses panel kasus serius yang baru dibuat untuk dipelajari.

Seorang juru bicara DWP mengatakan: “Ini adalah kasus yang tragis, kompleks dan simpati kami ada pada keluarga Graham.”

3 dari 3 halaman

Kasus Lainnya

Kasus Graham mengikuti kasus Jodey Whiting, seorang wanita berusia 42 tahun dari Stockton yang merenggut nyawanya pada 2017 setelah DWP menghentikan tunjuangannya karena gagal menghadiri tes kesehatan. Ternyata di hari tersebut dia sedang berada di rumah sakit karena pneumonia.

Penyelidikan DWP tahun lalu juga dilakukan ke dalam kasus Stephen Smith, 64 tahun, dari Liverpool, yang ditolak lamaran tunjangannya pada 2017 meskipun banyak penyakit yang melemahkan tubuhnya dan berat badannya tidak normal. Smith meninggal pada bulan April 2019 tahun lalu.

Tunjangan Graham terputus pada Oktober 2017, hanya beberapa minggu setelah ia gagal menghadiri janji temu untuk uji kesehatan.

Graham telah menerima tunjangan ketidakmampuan sejak 2003 setelah ayahnya meninggal. Dia telah dinilai kembali sebagai orang yang tidak layak untuk bekerja pada tahun 2013. DWP memanggilnya untuk pengujian ulang pada 2017 “karena tingkat cacat yang diklaim tidak jelas.”

Ken Butler, penasihat hak dan kebijakan kesejahteraan di Disability Rights UK mengatakan: “Kematian Errol Graham yang tragis (telah) menunjukkan bahwa DWP gagal dalam melindungi tanggung jawabnya terhadap orang-orang disabilitas.”

 

 

Reporter: Deslita Krissanta Sibuea

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.