Sukses

Hutan Australia Masih Terbakar, Asapnya Sampai ke Selandia Baru

Kebakaran hutan di Australia telah menewaskan tiga orang dan menghancurkan lebih dari 150 rumah.

Liputan6.com, Australia - Kebakaran masih melanda hutan dan lahan di Australia. Kebakaran hutan yang terjadi di Australia Timur sejak Jumat 8 November itu kini asapnya telah sampai ke Selandia Baru.

Kebakaran itu telah menewaskan tiga orang dan menghancurkan lebih dari 150 rumah.

Keadaan darurat tujuh hari telah diumumkan di New South Wales, di mana angin kencang, suhu tinggi dan kelembaban rendah telah mendorong Dinas Pemadam Kebakaran Pedesaan untuk mengeluarkan peringatan bencana kebakaran yang meluas di wilayah Sydney, Australia.

Ini adalah tingkat ancaman terburuk yang pernah dikeluarkan untuk Sydney di bawah sistem saat ini, yang diperkenalkan pada 2009. Kota ini menampung sekitar 65 persen dari 7,95 juta penduduk New South Wales. Daerah Greater Hunter terdekat, Illawarra dan Shoalhaven juga menghadapi ancaman kebakaran.

"Ancamannya nyata. Kami telah menyaksikan kerusakan. Dan kami mempersiapkan diri menghadapi kondisi yang lebih buruk dari apa yang telah kami saksikan di New South Wales pada musim ini," kata Komisaris Pemadam Kebakaran Pedesaan New South Wales, Shane Fitzsimmon kepada 9 News yang berafiliasi dengan CNN, dilansir Senin (11/11/2019).

Akibat adanya ancaman bencana kebakaran, warga diminta mengungsi lebih awal. "Demi keselamatan Anda, mengungsi lebih awal adalah satu-satunya pilihan," kata peringatan itu.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini: 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

64 Titik Api

Fitzsimmons mengatakan kobaran api memburuk dan pihak berwenang harus memprioritaskan penyelamatan warga, bukan melindungi rumah dan properti.

"Fokusnya adalah keselamatan jiwa dan perlindungan jiwa. Kami tidak akan menjamin dan tidak dapat menjamin truk pemadam kebakaran di rumah siapa pun atau pesawat udara di rumah siapa pun. Kami tidak dapat menjamin adanya ketukan di pintu. Dan kami tentu bisa tidak dapat menjamin peringatan darurat melalui telepon Anda untuk memberi Anda peringatan," kata dia.

Hingga Senin pagi, 64 titik api terjadi di New South Wales, 40 di antaranya belum diatasi, kata petugas pemadam kebakaran. Puluhan sekolah di daerah berisiko kebakaran ditutup.

Megan Stiffler dari Dinas Pemadam Kebakaran dan Darurat Queensland mengatakan kepada CNN, ada 50 kebakaran yang berkobar di seluruh Queensland, dengan tiga kobaran api yang signifikan terletak di area seluas 500 kilometer (310 mil). Dia menambahkan, telah diprediksi tak ada hujan di daerah itu sampai Januari.

Kerusakan sejauh ini cukup signifikan. Tiga orang tewas dalam kebakaran dan lebih dari 100 rumah rusak. Diperkirakan 350 koala meninggal dan setidaknya puluhan lainnya dirawat karena cedera.

Gambar satelit menunjukkan asap mengepul lebih dari 4.000 kilometer (2.500 mil) melintasi Laut Tasman ke Pulau Selatan Selandia Baru.

 

3 dari 3 halaman

Akibat Perubahan Iklim?

Dalam beberapa tahun terakhir, kebakaran hutan cukup sering terjadi di Australia, dimulai pada awal musim dan menyebar dengan intensitas yang bahkan lebih besar. Para ahli mengatakan penyebabnya adalah krisis iklim.

Kebakaran yang saat ini melanda timur negara itu telah memusatkan perhatian pada peringatan yang dikeluarkan oleh mantan pejabat senior pemadam kebakaran awal tahun ini. Mereka telah meminta pemerintah untuk berbuat lebih banyak untuk memerangi dampak perubahan iklim.

Mantan Komisaris Departemen Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan New South Wales, Greg Mullins adalah salah satu kritikus yang paling vokal. Dia dan 22 mantan pejabat tinggi layanan darurat lainnya mengirim surat kepada Perdana Menteri Scott Morrison pada April dan September memperingatkan dampak krisis iklim terhadap Australia dan prediksi ancaman bahaya kebakaran yang belum pernah terjadi sebelumnya, sebagaimana dilaporkan media Australia.

Pemerintahan PM Morrison dituding tak melakukan upaya cukup dalam menangani krisis iklim. Morrison menghindari pertanyaan akhir pekan ini ketika ditanya tentang perubahan iklim.

"Satu-satunya di pikiran saya hari ini adalah bersama mereka yang telah kehilangan nyawa dan keluarga mereka. Petugas pemadam kebakaran yang menangani kebakaran, upaya respons yang harus disampaikan dan bagaimana Persemakmuran telah bertindak dalam mendukung upaya-upaya tersebut," jelasnya pada Sabtu.

Pada Senin, Wakil Perdana Menteri Michael McCormack mengecam anggota Partai Hijau Australia yang mengaitkan api dengan perubahan iklim.

"Yang dibutuhkan orang sekarang adalah sedikit simpati, pengertian, dan bantuan nyata. Mereka butuh bantuan, mereka butuh tempat berlindung," ujarnya saat wawancara dengan radio nasional ABC.

Wali Kota Glen Innes, Carol Sparks, yang dievakuasi dari jalur kebakaran mengecam politikus federal karena menolak menghubungkan kebakaran secara langsung dengan krisis iklim. Dua warga Glen Innes tewas dalam kebakaran.

"Ini adalah dampak perubahan iklim, tidak ada keraguan tentang itu. Seluruh negara akan terpengaruh. Kita perlu memikirkan masa depan kita dengan serius," ujar anggota Partai Hijau ini kepada Australian Associated.

"Tentu saja itu tidak relevan pada saat rumah-rumah orang terbakar dan Anda kehilangan nyawa dan Anda kehilangan teman dan Anda kehilangan keluarga. Tetapi secara keseluruhan kami mengalami kekeringan di negara ini - kami belum pernah mengalami musim hujan selama bertahun-tahun di beberapa tempat. Kami perlu memikirkan apa yang akan kami lakukan tentang itu di masa depan," katanya.

Morrison mengklaim pemerintahnya telah secara efektif menyeimbangkan kebutuhan ekonomi Australia dan mengambil tindakan nyata terhadap perubahan iklim.

"Kritik internal dan global Australia tentang perubahan iklim dengan sukarela mengabaikan atau mungkin mengabaikan pencapaian kami, karena faktanya tidak sesuai dengan narasi yang ingin mereka proyeksikan tentang kontribusi kami," katanya di Majelis Umum PBB bulan lalu.

 

Reporter: Hari Ariyanti

Sumber: Merdeka.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.