Sukses

Demo Chile Pekan ke-3 Kian Memburuk, Presiden Kesulitan

Kerusuhan semakin memanasi aksi protes anti-pemerintah di Chile, hingga membuat presiden kewalahan.

Liputan6.com, Chile - Demonstrasi anti-pemerintah berujung kerusuhan di Chile memasuki pekan ketiga. Para demonstran bentrok dengan polisi dan menjarah toko-toko.

Dikutip dari AFP, Selasa (5/11/2019), puluhan ribu orang berkumpul di Plaza de Italia dan menjadikan tempat tersebut pusat kerusuhan atas ketidaksetaraan ekonomi dan kesenjangan lainnya. Massa juga berdemonstrasi di Istana Presiden di pusat kota Santiago.

Bentrok pecah dengan polisi yang berusaha menahan mereka, petugas menembakkan meriam air dan gas air mata. Bahkan, seorang petugas terkena bom molotov di wajahnya.

Saat malam tiba, para demonstran dan masyarakat menggedor-gedor panci atau wajan, serta membunyikan klakson mereka. Membuat situasi semakin ricuh. Barikade diletakkan untuk pertama kalinya di dekat pusat perbelanjaan Chile yang memiliki gedung pencakar langit tertinggi di Amerika Latin.

Saat awal pekan ketiga kerusuhan ini, gempa dengan magnitudo 6,0 sempat melanda Santiago, tetapi tidak ada laporan cedera atau kerusakan.

Selain itu, penjarahan dan vandalisme juga dilaporkan terjadi di kota-kota Vina del Mar, Valparaiso dan Concepcion.

Simak Video Pilihan Berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Pemicu Protes

Unjuk rasa ini dipicu rasa marah masyarakat karena tingginya biaya hidup, kesenjangan antara kaya dan miskin, serta biaya medis yang sangat mahal. Hal ini dikemukakan demonstran yang menuntut pengunduran diri Presiden Sebastian Pinera.

Pinera mengadakan pembicaraan dengan partai-partai oposisi pekan lalu, tetapi mereka mengatakan dia gagal meyakinkan mereka bahwa memiliki keinginan untuk membuat perubahan yang diperlukan untuk menenangkan protes.

Jaksa mengatakan 20 orang tewas dalam kerusuhan sejak protes dimulai pada 20 Oktober. Sebuah misi HAM PBB sedang menyelidiki tuduhan kebrutalan polisi.

Pinera mencoba untuk menindak kerusuhan di minggu pertama tetapi tawaran itu menjadi bumerang. Dia terpaksa membatalkan hosting dua KTT internasional utama termasuk pertemuan iklim COP karena kerusuhan.

Para pengunjuk rasa mengorganisir aksi unjuk rasa pada Senin di bawah slogan "Ini belum berakhir." Beberapa warga kembali bekerja meskipun ada perusakan yang merusak jaringan kereta bawah tanah.

3 dari 3 halaman

Menilbulkan Kerusakan

"Pertarungan berlanjut, tetapi kita harus membuat negara itu bangkit kembali," kata seorang akuntan, Olga Perez.

"Itu tidak akan membantu siapa pun jika negara ini jatuh dalam kemerosotan," tambahnya.

Para pengunjuk rasa menyerukan reformasi konstitusi. Konstitusi Chile saat ini berasal dari kediktatoran Augusto Pinochet 1973-1990.

Sebuah jajak pendapat Cadem yang diterbitkan pada Minggu menunjukkan 87 persen orang Chile menyukai reformasi semacam itu. Studi itu mengindikasikan peringkat persetujuan Pinera anjlok hingga 13 persen.

Pemerintah mengatakan ekonomi Chile tumbuh tiga persen pada September, tetapi memperkirakan kontraksi 0,5 persen pada Oktober karena kerusuhan.

 

Reporter: Windy Febriana

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.