Sukses

3 Alasan NASA Rekrut Calon Astronaut dengan Selera Humor Tinggi

NASA berpendapat bahwa selera humor yang tinggi adalah suatu keharusan dalam mempekerjakan astronaut. Mengapa demikian?

Liputan6.com, Washington DC - NASA merekrut astronaut yang benar-benar terampil untuk mengemban misi di angkasa luar selama tiga tahun. Sebagian besar dari mereka akan menghabiskan waktu di dalam pesawat ruang angkasa tanpa ruang pribadi dan kontak dengan rumah yang terbatas.

Pekan lalu, para peneliti NASA menasihati bagian rekrutmen lembaga ini agar memilih calon astronaut yang punya selera humor tinggi.

Kemampuan itersebut akan menjadi keterampilan penting yang diperlukan oleh seluruh peserta ketika terjun langsung ke dalam misi berawak pertama mereka ke Mars, sebab para astronaut harus bisa fokus pada cara berpikir yang jernih, berkepala dingin saat berada di bawah tekanan, atau tetap tenang ketika mencoba bertahan mendekati kematian di Apollo 13.

Selera Humor Dinilai Perlu

Penelitian yang berkembang menunjukkan bahwa selera humor --kemampuan menciptakan dan menerima lelucon-- memainkan peran penting dalam mendorong dinamika kelompok yang sukses, membangun tim yang kuat, dan memicu pemikiran kreatif.

Riset menunjukkan bahwa tertawa mampu mengurangi stres, meningkatkan keterlibatan dan kolaborasi, dan dapat menaikkan ketepatan analitik serta produktivitas.

Satu studi, misalnya, mengemukakan bahwa orang yang kerap menonton klip komedi, akan 10 persen lebih produktif daripada mereka yang tidak.

Selain itu juga diungkapkan bahwa lelucon yang cerdas di tempat kerja dapat membuat orang yang melontarkan candaan itu tampak lebih kompeten --dan karenanya, mungkin, lebih dapat dipercaya oleh koleganya.

Misi perjalanan bolak-balik NASA dari Bumi ke Mars, ditargetkan meluncur dalam dua dekade mendatang, dengan jarak tempuh jutaan kilometer dari planet ini.

Perjalanan ke antariksa akan dikemas dalam kapsul yang tidak lebih besar dari ukuran apartemen dan kehidupan yang rentan akan bencana di ruang angkasa.

Lantas, dalam lingkungan bertekanan tinggi seperti itu, mengapa humor menjadi penting?

"Satu tim bekerja paling baik ketika mereka memiliki seseorang yang berperan sebagai badut," Dr Jeffrey Johnson, salah satu peneliti yang bekerja dengan NASA mengatakan pada pertemuan tahunan American Association for the Advancement of Science, seperti dikutip dari Channel News Asia, Rabu (27/2/2019).

Orang yang bisa melawak atau joker, kata Johnson, mempunyai keahlian untuk menyatukan semua orang, menjembatani kesenjangan ketika ketegangan muncul dan benar-benar meningkatkan moral.

Temuan Johnson didasarkan pada pengalaman pribadinya saat ia mempelajari pekerja di kamp-kamp penangkapan ikan terpencil di Alaska, serta beberapa ekspedisi ilmiah ke Antarktika yang berlangsung beberapa bulan lalu.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Mengapa Humor Diperlukan di Angkasa Luar?

Perjalanan menjelajahi antariksa adalah salah satu kegiatan yang paling berisiko secara psikologis. Sebuah tim astronaut wajib bisa bekerja sama secara erat, membuat keputusan kritis untuk misi yang penting.

Jarak yang semakin jauh ketika lepas landas dari daratan berarti kontak dengan Bumi akan menjadi semakin sulit. Transmisi radio membutuhkan waktu hingga 24 menit untuk mencapai Bumi --begitu pula waktu untuk menerima balasan.

Untuk sebagian besar misi, para astronaut harus bekerja dan membuat keputusan tepat sesegera mungkin, sebab kreativitas dan kemampuan untuk menyelesaikan masalah benar-benar diperlukan.

Sifat tersebut membuat kerja tim menjadi efektif. Oleh karena itu, NASA ingin memastikan para astronaut yang dimiliki badan antariksa AS ini adalah orang yang bisa saling mempercayai dalam kru mereka, secara mendalam, dan bisa berkolaborasi secara efektif dalam situasi yang paling menantang sekalipun.

3 dari 3 halaman

Memilih Rekan Kerja yang Mudah Disukai Orang

Dalam penelitian yang dilaksanakan oleh Sam Yam Kai Chi, asisten profesor di NUS Business School, ia menemukan bahwa memiliki selera humor tinggi memainkan peran penting dalam menumbuhkan rasa kagum dan disukai di antara anggota tim.

Humor beragam wujudnya, bisa berbentuk lelucon, menertawakan candaan yang dibuat oleh orang lain dan menertawakan diri sendiri.

Dalam sebagian besar kasus, sejumlah orang akan lebih suka bekerja dengan si humoris, sebab si humoris adalah sosok yang gampang disukai oleh orang-orang. Mereka pun tidak lagi memikirkan kompetensi atau siapa yang harus lebih unggul.

Dalam riset lain, Kai Chi menemukan bahwa jenis lelucon yang salah, terutama ketika datang dari seorang pemimpin, sebenarnya dapat meningkatkan perilaku buruk dan penyimpangan di antara rekan kerja.

Hal ini disebabkan karena beberapa bentuk humor --terutama yang lebih bersifat agak cabul-- dapat mengirim sinyal kepada kolega bahwa tidak apa-apa untuk melanggar peraturan.

Lalu, bagaimana seharusnya selera humor dan bagaimana kita mendefinisikan sesuatu sebagai kelucuan?

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.