Sukses

Konsep Mitigasi Bencana di Masa Depan Bikin Hidup Makin Nyaman

Smart City di Indonesia perlu menggunakan basis mitigasi bencana, apa alasannya?

Liputan6.com, Jakarta - Apa yang Anda bayangkan tentang kehidupan kota-kota di Indonesia pada 2030 mendatang?

Seiring dengan perkembangan zaman, kota-kota di Indonesia akan sama bersemangatnya dengan banyak lingkungan urban di dunia, berlomba mengembangkan dan menerapkan teknologi yang mampu tingkatkan taraf hidup masyarakat di dalamnya.

Konsep kota pintar (smart city) akan menjadi basis dari sebagian besar pembangunan kota di seantero Indonesia, di mana fungsinya meluas sesuai dengan karakter lokal masing-masing.

"Indonesia memiliki bentang alam yang beragam, sehingga perencanaanya juga berbeda satu sama lain. Namun, semua itu punya satu kesamaan, yakni tentang risiko bencana yang tinggi," ujar Adi Aviantoro, Country Head Dassault Systemes, sebuah perusahaan perangkat lunak asal Prancis.

Menurutnya, sebagaimana diwawancarai pada Rabu (23/1/2019) di Jakarta, konsep smart city tidak hanya membuat masyarakatnya merasa nyaman, namun juga cerdas dalam membaca situasi. Terlebih di Indonesia yang cenderung rawan bencana, kepekaan mitigasi merupakan hal yang patut digarisbawahi dalam pembangunan kota.

Ada tiga hal utama, yang menurutnya, perlu diperhatikan oleh pemangku jabatan di seluruh wilayah Indonesia, yakni tentang pra bencana, evakuasi, dan pasca-bencana.

"Banyak sekali kota-kota di Indonesia yang mengalami pengalaman bencana di masa lalu, terutama yang berkaitan dengan alam, seperti banjir, erupsi, dan tsunami. Smart City, salah satunya, memasukkan variabel tersebut (bencana) sebagai bahan pertimbangan dasar dalam merancang mitigasi, dan itu berbeda antara satu kota dengan kota lainnya," jelas Adi.

Melalui perusahaan yang diwakilinya, Adi mengupayakan solusi mitigasi bencana berupa penggambaran cetak biru mitigasi bencana, yang dibuat dalam bentuk simulasi tiga dimensi.

Dengan cara ini, diharapkan pemangku kepentingan dapat mendapat gambaran nyata tentang efek bencana yang kemungkinan terjadi di kemudian hari.

"Simulasi tiga dimensi juga berfungsi untuk mengurangi risiko salah peringatan, sehingga pejabat dan masyarakat semakin cerdas dalam menyikapi bencana, dan risiko kehilangan nyawa bisa lebih ditekan," kata Adi.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Berfungsi Sebagai Pemandu Mitigasi

Adapun bentuk peringatannya sendiri dimulai dari alert (peringatan tingkat tinggi) yang disampaikan secara dini pada pemangku jabata, berupa tanda-tanda kemungkinan bencana.

Setelahnya, bekerjasama dengan pihak-pihak terkait, peringatan itu disampaikan kepada masyarakat melalui SMS, media sosial, dan boks pemberitahuan publik, guna disegerakan evakuasi ke lokasi yang aman.

Jalur evakuasi turut disematkan di dalamnya, termasuk diversifikasi jalur bagi kebutuhan khusus, seperti lansia, penyandang disabilitas, dan berbagai kasus spesifik lainnya.

Dalam sistem peringatan itu, menurut Adi, juga terdapat sub sistem yang mengurusi tentang pendataan logistik dan rekam jejak distribusi.

"Semua itu akan terlaksana dengan efektif jika tercipta komunikasi antar pihak yang selaras, mulai dari pemerintah kota, lembaga terkait, dan lain-lain," ujar Adi.

Ditanya tentang mengapa fokus menawarkan konsep tersebut pada pemerintah lokal, Adi menjelaskan, bahwa hal itu berkaitan dengan situasi lapangan.

"Pemerintah pusat lebih banyak bertugas untuk mengarahkan, dan pengawasan di lapangan tetap pada pemerintah lokal, sehingga jika terjadi bencana, penanganannya bisa lebih cepat," pungkas Adi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.