Sukses

Malaysia Resah, Para Gadis Remaja Berani Pamer Foto Seksi di Media Sosial

Malaysia dibuat resah oleh semakin banyaknya gadis remaja setempat yang berani pamer foto seksi di media sosial.

Liputan6.com, Kuala Lumpur - Pemerintah Malaysia tengah dibuat panik oleh kian merajalelanya foto-foto remaja perempuan, yang berani memamerkan gambar dan video seronok di media sosial.

Dikutip dari Asia One pada Minggu (28/10/2018), banyak dari para gadis itu sengaja merekam adegan ketika mereka mengangkat pakaian, untuk menunjukkan payudara atau berpose tidak senonoh lainnya.

Situs berita The Star melaporkan bahwa banyak orang tua di Malaysia menyuarakan keprihatinan mereka tentang perilaku remaja tersebut.

Penulisan kata kunci untuk "siswi Malaysia" di dunia maya, dengan cepat mengarahkan pencarian ke berbagai unggahan tidak senonoh terkait, yang bahkan mencapai lebih dari 16.000 temuan.

Beberapa situs web bahkan mengklaim penawaran foto berbau asusila dari anak-anak sekolah dasar, yang disebut berasal dari masyarakat Melayu.

Bahkan "guru" pun ikut berperan dalam skandal ini. Salah satu video memperlihatkan seorang pengajar wanita membuka pakaian dalam di sebuah ruangan, yang terlihat seperti ruang kelas di sekolah umum Negeri Jiran.

Aktivis sosial setempat, R.A. Saravana, memperingatkan bahwa pencemaran seperti itu dapat menyebabkan semakin memburuknya nilai-nilai moral di kalangan generasi muda Malaysia.

"Pemangku kepentingan harus menghentikan ini sebelum situasi menjadi tidak terkendali," katanya.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Ajang Pembuktian Harga Diri

Dr Chong Yew Siong, yang mengadvokasi kesehatan mental dan keluarga, mengatakan bahwa jumlah gadis muda yang mengekspos diri mereka di media sosial semakin meningkat.

Dia mengatakan mayoritas gadis-gadis ini melakukannya karena tekanan teman sebaya, atau dipaksa oleh kekasih mereka.

"Gadis-gadis yang mengirim foto atau video telanjang pribadi, bertindak layaknya mencari lencana kehormatan, untuk membuktikan harga diri mereka," katanya.

Dr Chong, yang bertugas di Pantai Hospital di Kota Ayer Keroh, mengatakan: "Mereka mencoba melakukan tindakan penyeimbangan di antara pencarian identitas dan kebebasan, yang membuatnya rentan terhadap pengaruh buruk dari luar."

Dr Chong juga mengatakan para pelaku tren negatif ini harus disadarkan tentang dampak perundungan siber (cyber-bullying).

"Tren ini, jika tidak terkendali, bisa menyebabkan depresi dan bahkan memicu aksi bunuh diri," ujarnya mengingatkan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.