Sukses

Terpapar Racun Syaraf Novichok, 2 Warga Inggris Kritis

Otoritas Inggris tengah menyelidiki kasus pasangan warga lokal yang kritis akibat diduga terpapar racun syaraf Novichok.

Liputan6.com, Amesbury - Otoritas Inggris tengah menyelidiki kasus pasangan warga lokal yang kritis akibat diduga terpapar racun saraf Novichok.

Peristiwa terbaru ini terjadi empat bulan setelah mantan agen ganda Rusia Sergei Skripal dan putrinya, Yulia Skripal diracun oleh pelaku yang tidak dikenal menggunakan racun serupa di Salisbury.

Korban terbaru, yang diidentifikasi oleh teman-temannya sebagai Dawn Sturgess yang berusia 44 tahun dan Charlie Rowley yang berusia 45 tahun, ditemukan tidak sadarkan diri pada Sabtu 30 Juni 2018 malam waktu setempat, di Amesbury.

Lokasi kejadian peristiwa terbaru itu hanya berjarak sekitar 13 km dari Salisbury.

Saat menemukan korban, polisi awalnya yakin pasangan itu mungkin telah mengkonsumsi heroin atau kokain dari sejumlah obat yang telah terkontaminasi.

Namun kini, seperti dikutip dari BBC Kamis (5/7/2018), Kepolisian Inggris telah memastikan bahwa Sturgess dan Rowley terpapar oleh Novichok.

Kendati demikian, Polisi belum bisa memastikan apakah kasus Sturgess dan Rowley berhubungan dengan kasus Sergei dan Yulia Skripal.

Aparat juga belum bisa memastikan apakah racun Novichok pada kasus Sturgess dan Rowley berasal dari sumber yang sama dengan kasus Skripal.

Motif pada kasus Sturgess dan Rowley pun masih belum diketahui.

Hingga kini, polisi masih melakukan penyelidikan lebih lanjut.

Kantor Perdana Menteri Theresa May di Downing Street mengatakan insiden itu diperlakukan "dengan sangat serius" dan ia serta beberapa menteri terus-menerus mendapat informasi terbaru."

 

Simak pula video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Rusia Menyangkal Kasus Peracunan Ayah-Anak Skripal

Sebelumnya, Inggris menuduh Rusia sebagai dalang peracunan Sergei dan Yulia Skripal dengan Novichok, gas saraf yang dikembangkan Uni Sovyet semasa Perang Dingin.

Rusia menyangkal terlibat dalam insiden itu dan sebaliknya mengklaim bahwa Inggris-lah yang harus dipersalahkan atas terjadinya serangan itu, yang disebut sebagai upaya membangkitkan sentimen anti-Rusia.

Insiden Maret lalu mendorong pengusiran terbesar diplomat Rusia sejak Perang Dingin, ketika Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya di Eropa berpihak pada Inggris untuk menyalahkan Rusia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.