Sukses

Sesame Street Bantu Anak-Anak Korban Perang di Timur Tengah

Sesame Street mendatangi negara-negara konflik, bantuan kemanusiaan pun segera tiba.

Liputan6.com, New York - Berbagai konflik di Timur Tengah berdampak buruk bagi anak-anak, bagian dari populasi paling rentan.

Dengan adanya perang saudara di Suriah yang memasuki tahun ketujuh -- dan belum stabilnya wilayah-wilayah Irak yang direbut kembali dari militan ISIS -- jutaan anak di kamp pengungsian harus melewati masa-masa pahit.

Namun Sesame Workshop, organisasi nirlaba Amerika Serikat yang membuat acara Sesame Street, mengatakan akan mengirimkan boneka-boneka kesayangan Muppets ke beberapa negara konflik. Mereka ingin membawa keriangan dan membangun mental anak-anak.

Dalam wawancara dengan VOA, wakil presiden senior Sesame Workshop Sesame Street untuk dampak sosial internasional, Shari Rosenfeld, mengatakan pihaknya akan bekerja sama dengan Komite Penyelamatan Internasional.

Kedua pihak akan memberikan pendidikan usia dini, membantu anak-anak dan keluarga mereka mengatasi trauma akibat konflik.

"Kami akan mengirimkan dalam dua cara, yaitu langsung, layanan perorangan untuk 1,5 juta anak, serta siaran pendidikan baru yang akan menjangkau 9,4 juta anak di Irak, Yordania, Lebanon dan Suriah," katanya seperti dikutip dari VOA Indonesia, Rabu (11/4/2018).​

Rosenfeld menambahkan, program tersebut akan menayangkan versi lokal Sesame Street untuk menyampaikan pesan-pesan pendidikan yang menarik, mencakup pelajaran membaca, bahasa, matematika dan keterampilan sosial.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Penyesuaian Karakter

Boneka-boneka untuk program ini tidak akan menggunakan nama-nama karakter populer seperti Elmo, Big Bird dan Cookie Monster, melainkan akan menggunakan nama-nama setempat: bahasa Arab serta Kurdi.

"Konten kami tidak hanya tersedia melalui siaran televisi lokal, tapi juga akan tersedia dalam berbagai digital platforms, seperti WhatsApp," ujar Rosenfeld.

Program tersebut juga memberikan dukungan secara langsung kepada anak-anak dan orang tua di pusat pemeblajaran, yang dilengkapi materi-materi belajar sambil bermain.

Para pekerja terlatih dari program ini akan melakukan kunjungan rumah dan pelatihan untuk hampir 800 ribu pengasuh, mengurangi dampak stres toksik pada anak hingga usia 3 tahun.

"Toksik stress" terjadi ketika perkembangan otak anak terganggu karena mengalami kesengsaraan dalam waktu lama dan bisa menyebabkan masalah-masalah seperti melukai diri sendiri, percobaan pembunuhan dan perilaku agresif.

Save the Children, lembaga swadaya masyarakat untuk hak-hak anak, tahun lalu menemukan jutaan anak Suriah yang terpapar peperangan, sekarang menderita "stres toksik" dan membutuhkan bantuan segera untuk mencegah agar kerusakan menjadi tidak bisa diperbaiki.

Dana Bantuan Anak-anak PBB, UNICEF, memperkirakan 1,7 juta anak Suriah tidak bersekolah dan 2,5 juta anak Suriah hidup sebagai pengungsi dan atau melarikan diri untuk menyelamatkan diri.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.