Sukses

Trump Pilih Mantan Kandidat Capres Jadi Dubes AS untuk Rusia

Huntsman pernah maju dalam pencalonan presiden Partai Republik tahun 2011. Sosoknya juga merupakan mantan dubes AS untuk China.

Liputan6.com, Washington, DC - Presiden Donald Trump menunjuk mantan Gubernur Utah Jon Huntsman menjadi duta besar Amerika Serikat untuk Rusia. Pihak Huntsman sendiri sudah menyatakan bersedia atas tawaran Trump untuk mengisi pos diplomatik AS di Moskow.

Sosok Huntsman dikenal sebagai politisi, pebisnis, dan diplomat. Jauh sebelum menjabat sebagai gubernur Utah pada era 2005-2009, Huntsman lebih dulu menjadi Dubes AS untuk Singapura pada periode 1992-1993.

Lantas, pada era 2009-2011, Huntsman ditunjuk oleh Barack Obama menjadi utusan AS. Kali ini ia ditugaskan memimpin pos diplomatik AS di China.

Pada tahun 2011, ia mencalonkan diri dalam pemilihan presiden 2012 dari Partai Republik setelah menyatakan mundur sebagai dubes AS untuk China. Kala itu ia berjanji akan mengeksekusi keputusan-keputusan sulit demi mencegah Amerika tenggelam dalam bencana utang.

Namun dalam jajak pendapat, nama Huntsman jauh tertinggal dibelakang calon-calon lain hingga akhirnya harapannya untuk menghuni Gedung Putih benar-benar sirna.

Nama Huntsman dikabarkan sempat dipertimbangkan oleh Trump untuk menjadi menteri luar negeri.

Jika penunjukannya mendapat persetujuan Senat, maka Huntsman akan menempati pos yang cukup sensitif menyusul saat ini tengah berlangsung penyelidikan atas dugaan komunikasi rahasia yang terjalin antara Rusia dengan tim kampanye Trump.

Trump sempat mengatakan ia ingin memperbaiki hubungan dengan Presiden Vladimir Putin yang memburuk di era pemerintahan Obama. Putin dan Obama memiliki perbedaan pandangan dalam sejumlah isu di antaranya aneksasi Krimea dan perang sipil Suriah.

Hubungan AS-Rusia mencapai titik terendah pada Desember 2016 setelah Obama mengusir 35 diplomat Rusia yang disebut menjalankan fungsi mata-mata. Langkah ini diambil setelah badan intelijen AS menyimpulkan bahwa Moskow terlibat dalam peretasan dan kebocoran email Partai Demokrat semasa kampanye pilpres AS 2016 yang bertujuan untuk mengikis suara Hillary Clinton dan memenangkan Trump.

Kremlin telah membantah tuduhan tersebut.

Huntsman yang merupakan penganut Mormon disebut-sebut memiliki hubungan yang naik turun dengan Trump semasa kampanye. Ia bahkan dinilai terlambat memberikan dukungannya kepada Trump.

Pernyataan kontroversial Trump di dalam sebuah video pada tahun 2005 yang dinilai melecehkan perempuan sempat membuat ia menarik dukungannya. Ia mengusulkan Trump untuk mundur dan sebaliknya menyerukan Mike Pence mengambil alih pertarungan. Demikian seperti dikutip dari The Guardian, Kamis, (9/3/2017).

Semasa Huntsman jadi dubes di Beijing, Trump pernah menyerangnya. Melalui media sosial kesayangannya, Twitter, pada tahun 2011 dan 2012 ia menyebut Huntsman "petinju kelas ringan" dan "lemah" serta mengklaim China telah "melakukan sejumlah pergerakan besar" semasa politisi Republikan itu menjabat.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini