Sukses

Agar Tak Dituduh 'Teroris ISIS', Pria UEA Diminta Tak Pakai Jubah

Keputusan tersebut berawal dari insiden di AS. Resepsionis hotel melaporkan pria berjubah putih yang diduga ISIS.

Liputan6.com, Avon - Pemerintah Uni Emirat Arab mengimbau kaum pria untuk tidak memakai jubah putih, turban, dan skarf -- yang menjadi baju nasional mereka saat berada di luar negeri.

Hal itu dilakukan setelah seorang pebisnis UAE yang sedang berada di AS 'bergulat' dengan polisi dan ditahan karena dicurigai sebagai pengikut ISIS.

Media Uni Emirat Arab, al-Bayan melaporkan, seorang pria ditahan di Avon, Ohio, minggu lalu. Penahanan itu dilakukan setelah pegawai hotel menelpon 911, melaporkan soal seorang pria yang dicurigai memiliki keterkaitan dengan ISIS.

Sementara surat kabar berbahasa Inggris di UEA, the National, melaporkan, resepsionis di hotel Fairfield Inn menelepon polisi setelah mendengar pria itu bercakap di telepon genggamnya dengan bahasa Arab.

Perempuan itu lantas mendeskripsikan pria sebagai 'pria mencurigakan dengan telepon yang sekali pakai, memakai baju tertutup dari atas hingga bawah.

Gulf News, koran Uni Emirat Arab lainnya merilis foto pria berjubah putih tengah bergulat diborgol dan kemudian digiring oleh polisi. Demikian seperti dilansir dari The Guardian, Senin (4/7/2016).

Jubah Putih Pria UAE Berujung dengan Penangkapan Brutal Polisi AS (CCTV)

Koran The National menyebut pria terluka akibat perlakuan polisi AS yang brutal. Insiden terjadi pada 29 Juni 2016 lalu. 

Pencarian oleh polisi hasilnya nihil. Tak ada senjata di tubuh pria itu. Saat dikonfirmasi oleh pihak berwenang ke pegawai hotel, mereka mengaku tak mendengar satu kata pun tentang ISIS.

Atas insiden itu, kementerian luar negeri UEA mengimbau agar pria tidak memakai baju nasional di negara lain.

"Untuk warga negara yang harus berpergian ke luar negeri. Pastikan keamanan Anda, jangan memakai baju nasional formal di depan publik," demikian Twitter kemlu UEA, bertanggal 2 Juli tanpa menyinggung insiden Avon.

Namun demikian, menlu UEA menuntut keadilan atas warganya itu kepada wakil dubes AS, Ethan Goldrich.

"Telah terjadi kekerasan brutal polisi terhadap pria UEA dan kami meminta pertanggung jawaban atas cara penahanan yang tak wajar itu."

"Kami sangat menomorsatukan keselamatan warga dan menuntut klarifikasi insiden itu," tulis pernyataan Menlu Uni Emirat Arab.

Goldrich meminta maaf atas insiden itu, dan akan meminta klarifikasi dari otoritas Ohio.

Walikota Avon dan kepala polisi juga meminta maaf dan melepaskan korban -- setelah sadar akan kesalahan mereka. Namun, pria malang itu terlanjur pingsan dan segera dibawa ke rumah sakit.

Pria Uni Emirat Arab itu adalah Ahmed al-Menhali, berusia 41 tahun. Ia ada di AS dalam rangka berobat.

Al-Bayan melaporkan, pria itu akan mencari pengacara untuk menuntut Avon, polisi dan pihak hotel. Ia mengklaim tak ada kata maaf apapun dari mereka.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini