Sukses

Yakuza 'Perang', Senjata di Pasar Gelap Makin Mahal dan Langka

Masing-masing anggota yakuza itu kini membawa senjata api dan menyimpanya, menunggu perang pecah sesungguhnya.

Liputan6.com, Kobe - Perang antara dua kelompok sindikat yakuza di Jepang telah membuat kenaikan harga senjata api ilegal di pasar gelap meningkat. Menurut para anggota dan keluarganya, selain mahal ketersediaan pun terbatas.

Menggunakan sandi khusus, salah satu pemimpin geng yang berafiliasi dengan 'Kobe Yamaguchi-gumi'  mengatakan, "Aku tidak pernah merasa aman sampai aku memiliki 'si berat' dan 'anak-anak' di sisiku. Namun, harga-harganya sudah makin mahal."

Dalam bahasa yakuza, 'si berat' berarti senjata, sementara 'anak-anak' berarti peluru. Demikian seperti dilansir dari Asahi Shimbun, Selasa (21/6/2016).

Yakuza 'Kobe Yamaguchi-gumi' memecahkan diri dari induk mereka, Yamaguchi-gumi, sindikat kriminal terbesar di Jepang pada Agustus 2015 lalu. Polisi Nasional Jepang (NPA) pada Maret lalu mengumumkan dua geng tengah berperang.

Ada 77 'pertempuran' yang melibatkan 2 kelompok sejak pecah Agustus tahun lalu hingga 19 Juni 2016.

Pada 31 Mei, anggota senior yang berafiliasi dengan KobaYamaguchi-gumi ditembak di jalanan Okayama, Jepang Barat. Itu adalah kematian kedua semenjak perang pecah.

 

2 Kisah Eks Yakuza Tobat (AFP)

Menurut anggota senior kelompok yakuza lainnya di region Kanto, para pengikut biasanya memiliki sejumlah senjata tajam yang selalu mereka bawa. Namun, senjata api di dapat dari dealer gelap.

"Senjata api yang dimiliki para yakuza biasanya telah 'melewati' berbagai tangan," ungkap salah seorang sumber.

"Sekali senjata api itu dipakai dalam perkelahian, mereka dengan cepat membuangnya jadi polisi tak bisa melacak asal muasal senjata itu," katanya.

Seorang mantan gangster senior yang telah terlibat dalam penjualan senjata di masa lalu mengatakan bahwa ia telah didekati seseorang yang ingin membeli senjata dari anggota geng di Kansai dan Kyushu. Dua daerah terkait dengan perseteruan Yamaguchi-gumi dan Kobe Yamaguchi-gumi.

"Mereka tidak mengungkapkan mau diapakan senjata itu, tapi dari cara mereka berbicara, senjata yang tak dapat disangkal untuk perang geng," katanya.

Senjata yang sebelumnya dijual 200.000 yen atau sekitar Rp 25 juta hingga 300 ribu yen (Rp 38 juta) sekarang sekarang dijual 800 ribu hingga 1 juta yen, menurut sumber itu.

Peluru juga telah meningkat harga dari sekitar 7 ribu yen masing-masing hingga 10.000 yen.

Anggota geng itu lebih memilih senjata revolver buatan AS karena jarak rusak dibanding senjata otomatis.

"Kami memperoleh senjata api dari Asia dan Eropa untuk setiap 100.000 yen," kata mantan anggota tingkat tinggi. "Karena senjata tersebut dapat dijual selama delapan sampai 10 kali harga itu, dan sekarang adalah waktu yang sangat baik untuk mereka yang terlibat dalam transaksi senjata."

Seorang anggota geng berafiliasi dengan Yamaguchi-gumi menyerahkan diri ke polisi setelah penembakan Okayama dan ditangkap atas tuduhan pembunuhan. Polisi siaga tinggi karena mereka takut eskalasi kekerasan.

"Meskipun orang-orang di atas telah mengirim instruksi untuk tidak membalas penembakan, tidak ada jaminan apa yang akan terjadi," kata seorang sumber Kobe Yamaguchi-gumi.

Salah satu alasan untuk khawatir mungkin sedikitnya jumlah senjata yang disita polisi baru-baru ini.

Menurut NPA, rekor rendah hanya 63 senjata disita dari sindikat kejahatan terorganisir yakuza tahun lalu, dibandingkan dengan 1.035 pada tahun 1996.

"Kami tidak bisa memberikan alasan bahwa mereka telah menjadi pintar dalam menyembunyikan senjata," kata seorang pejabat kepolisian. "Kami akan melakukan segala upaya untuk menemukan dan menyita senjata yang bisa membahayakan nyawa warga biasa."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini