Sukses

Kelompok 'Britain First' Membantah Terkait Pembunuhan Jo Cox

Kelompok sayap kanan Britain First menolak dikaitkan dengan terduga pembunuhan keji yang menembak dan menikam anggota parlemen Inggris.

Liputan6.com, London - Kelompok sayap kanan, Britain First menolak dikaitkan dengan terduga pembunuhan keji yang menembak dan menikam anggota parlemen Partai Buruh, Jo Cox.

Perempuan berusia 41 tahun itu ditembak 3 kali, salah satunya di kepala. Dan ditikam berkali-kali di kawasan konstituennya di Birstall, Leeds.

Pembunuh keji diduga dilakukan oleh pria penyendiri berusia 53 tahun, Tommy Mair. Ia berteriak 'Britain First' sambil menyerang Cox.

Namun, Britain First-- organisasi yang menolak imigrasi, multibudaya, Islam dan juga yang enggan keluar dari Uni Eropa atau Brexit-- kini membuat jarak dengan kasus itu serta menolak segala keterkaitan dengan pembunuhan itu.

Pemimpin kelompok tersebut, mantan ketua Partai Inggris Nasional, Paul Golding, mengklaim kalau penyerang tidak mengatakan 'Britain First' melainkan, 'It's time to put Britain First' dan dia juga menepis desas-desus kalau kelompoknya terkait dengan aksi itu.

"Jo Cox selama ini telah berkampanye untuk meminta Inggris tetap dengan Uni Eropa, dan orang-orang dari konstituennya justru menentangnya," kata Golding seperti dilansir dari Daily Mail, Jumat (17/6/2016).

"Saya pikir pembunuhnya bukan pendukung kami. Kami sangat bersikukuh dengan pemilihan dan kalaupun melakukan protes kami lalukan dengan teratur. Kami sama sekali tidak mendorong orang untuk melakukan penyerangan," lanjut Golding.

"Dia adalah ibu muda, dan menyerang perempuan yang memiliki keluarga dengan anak-anak masih kecil jelas perbuatan hina dan tercela."

"Di hari kematian Cox, adalah hari gelap bagi demokrasi negara ini. Saya berharap penyerang itu mendapat hukuman setimpal," tambah Golding.

Britain First, didirikan oleh Jim Downson pada 2011, aktivits gerakan anti-aborsi yang terkait dengan militan loyalis Ulster-- penggagas kebudaan tradisional Inggris.

Gerakan Britain First pertama kali yang menarik perhatian saat mereka menolak Islam di Inggris.

Grup itu juga anti imigrasi-- isu yang paling didukung oleh Cox,

Serangan pembunuhan anggota parlemen Inggris, Jo Cox dicurigai berkaitan dengan pandangan politik perempuan lulusan Cambridge University itu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini