Sukses

Seandainya Bukan Matahari yang Menyinari Bumi...

Sebelum menghilang dari pandangan, Matahari memberi warna kepada langit: oranye gelap, merah, ungu dan pink. Kalau diganti bintang lain?

Liputan6.com, Jakarta Langit merah bercampur gelap, Sang Surya pun perlahan turun dan akhirnya menghilang di cakrawala barat. Kala matahari terbenam adalah salah satu pemandangan luar biasa yang disajikan alam.

Hanya beberapa menit sebelum menghilang dari pandangan, Matahari memberi warna kepada langit: oranye gelap, merah, ungu, dan pink atau merah muda.

Hal itu disebabkan oleh interaksi molekul-molekul di atmosfer Bumi dengan sinar matahari, dengan proses yang disebut 'scattering' atau hamburan.

Saat sebuah partikel cahaya bertubrukan dengan molekul, ia akan memantul atau menyebar ke arah yang acak. Karena cahaya biru menghambur lebih mudah dari warga lainnya, langit akan terlihat biru pada siang hari.

Namun, saat matahari terbit dan tenggelam, cahaya melewati atmosfer bumi secara lebih dalam. Hasilnya, cahaya memotong lebih banyak molekul udara, sebelum sampai ke permukaan planet manusia. Saat itu, sebagian besar cahaya berwarna biru tak bisa ditangkap mata ketimbang siang hari. Mata manusia hanya melihat sinar merah, oranye, dan kuning terang -- warna-warna spektakuler sunset.

Karena matahari terbenam terjadi setiap hari, manusia menganggapnya sebagai hal yang biasa. Padahal, seandainya Matahari digantikan bintang lain yang berbeda secara ukuran, warna, dan temperatur, maka sunset yang kita saksikan niscaya akan berlainan.

Seberapa beda? Martin Vargic bersama dengan Halcyon Maps 'menciptakan' gambar penampakan momentum tersebut jika Matahari digantikan bintang lain -- seperti Barnard's Star yang lebih kecil. Atau yang lebih besar dan lebih panas seperti Aldebaran.

Dalam interpretasinya, Martin Vargic menggunakan kelas spektrum masing-masing bintang, berdasarkan skema yang digunakan para astronom untuk merepresentasikan suhu bintang.

Kebanyakan bintang saat ini diklasifikasikan dengan menggunakan huruf, dari yang paling panas ke paling dingin: O, B, A, F, G, K, dan M.

Berikut pemandangan sunset, jika Matahari digantikan bintang lain di alam semesta. "Namun, ini hanya konsep, karena air dan kondisi seperti Bumi yang kita kenal tak ujud di sekitar bintang lain. Visualisasi berdasarkan cahaya absolut, kelas spektrum, dan radius masing-masing bintang," demikian diungkap situs Halycon Maps, seperti dikutip Kamis (5/3/2015).


Ini pemandangan sunset yang kita saksikan dari Bumi

 

Ini yang terjadi jika Matahari digantikan Barnard's Star, Bintang katai merah kecil yang berjarak 6 tahun cahaya dari Bumi. Tepatnya berada di Konstelasi Ophiuchus.

 

Gliese 581 atau HO Librae adalah bintang katai merah dengan tipe spektrum M3V, terletak sejauh 20.3 tahun cahaya dari Bumi. Jika ia menggantikan Matahari, seperti ini penampakannya kala senja.

Tau Ceti adalah sebuah bintang yang berjarak 12 tahun cahaya dan hampir identik dengan Matahari.

Bayangkan jika Bumi disinari Matahari kembar. Itu yang terjadi jika bintang kita digantikan Kepler-35

Alpha Centauri A berada di konstelasi terdekat dengan Tata Surya. Namun, bukan hal mudah mencapainya.

 Procyon adalah bintang paling terang di rasi Canis Minor.

Sementara, Sirius adalah bintang paling terang di langit malam, dengan magnitudo tampak −1.47. Bintang ini terletak di rasi Canis Major.

Pollux, juga disebut sebagai Beta Geminorum adalah bintang raksasa jingga (orange giant) yang berada pada jarak 34 tahun cahaya dari Bumi, berada di rasi Gemini. Pollux termasuk bintang tercerah di langit malam.

Pemandangan seperti ini akan terlihat jika Arcturus atau bintang Biduk lah yang menyinari Bumi. Adalah bintang paling terang di rasi Bootes, dan bintang paling terang ketiga di langit malam, dengan magnitudo tampak −0.05, setelah Sirius dan Canopus.

Aldebaran adalah bintang paling terang dalam rasi Taurus dan salah satu bintang paling terang dalam langit malam. Ia yang dalam Bahasa Arab berarti 'pengikut' merupakan bintang yang paling mudah ditemukan di langit, dengan diameter 44.2 kali lebih besar dari diameter Matahari.

Untung bukan Aldebaran yang menyinari Bumi. Jika itu yang terjadi, senja akan terlihat sangat menyilaukan.

(Ein/Riz)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini