Sukses

Tersingkap, Kondisi Raja Berpunggung Bengkok

Kemajuan teknologi sekarang memungkinkan kita sekarang untuk membuktikan—atau menyanggah—kisah, dongeng, ataupun hikayat masa lalu.

Liputan6.com, Leicester Kemajuan teknologi sekarang memungkinkan kita sekarang untuk membuktikan—atau menyanggah—kisah, dongeng, ataupun hikayat masa lalu, terutama mengenai tokoh-tokoh penting. Sebagaimana dilansir dari Discovery News (30 Mei 2014), para peneliti masa kini bahkan dapat mencocokkan keadaan tokoh yang wafat di abad 15 dengan cerita yang telah diteruskan turun temurun.

Shakespeare memanggilnya dengan si bongkok, tapi model tiga dimensi tulang belakang melengkung milik Raja Richard III menunjukkan cacad sebenarnya: skoliosis idiopati remaja (adolescent idiopathic scoliosis).

Richard III, yang berkuasa di Inggris dari tahun 1483 hingga 1485, gugur di Pertempuran Bosworth di tahun 1485. Jasadnya dimakamkan secara terburu-buru di Leicester dan terlupakan sejak saat itu.

Di tahun 2012, ahli kepurbakalaan menemukan kembali tulang belulangnya di bawah lapangan parkir kantor dewan kota, dan mengeluarkannya untuk dipelajari.

Lengkungan di tulang punggung Richard langsung kelihatan sehingga mempertegas keanehan anatomi yang telah lama dipertanyakan. Tidak ada lukisan yang tersisa dari semasa Raja masih hidup, demikian menurut himpunan Masyarakat Richard III.

Walaupun demikian, ada beberapa lukisan yang dibuat setelah kematiannya yang sepertinya merupakan salinan dari lukisan aslinya, sehingga para peneliti masa kini berhasil mereka ulang wajah sang raja.

Ketenaran Richard III diperoleh dari Shakespeare, yang menyebut sang raja sebagai “katak bongkok beracun” dalam suatu cerita sandiwara di tahun 1593. Richard III dalam kisah Shakespeare diesbut bongkok dan memiliki lengan yang mungil.

Para ahli sejarah masa kini tidak yakin apakah pembeberan itu ada benarnya atau sekedar dibuat untuk menyenangkan musuh-musuh politik garis keluarga Plantagenet yang adalah garis keluarga sang raja.

Riwayat kedokteran

Di tahun 1490, hanya lima tahun setelah kematian Richard dalam peperangan, ahli sejarah abad pertengahan John Rous menerangkan bahwa sang raja adalah seseorang yang mungil dengan “bahu-bahu yang tidak seimbang, yang kanan lebih tinggi daripada yang kiri.” Penjelasan ini cocok dengan skoliosis, suatu keadaan di mana tulang punggung melengkung ke satu sisi.

Kerangka Richard III yang baru ditemukan lagi itu menyingkapkan bahwa memang benar sang raja itu menderita skoliosis. Sekarang ini, para peneliti yang dipimpin oleh ahli bio-arkeologi Jo Appleby dari University of Leicester memberikan rincian keadaan sang raja.

Appleby dan rekan-rekannya melakukan larik tomografi berkomputasi (CT scan) terhadap masing-masing ruas tulang belakang sang raja. Larikan ini menggunakan sinar X untuk menggambarkan bagian dalam tulang, menciptakan irisan-irisan semu yang dapat dijelajahi dalam ranah digital.

Menggunakan larikan-larikan tersebut, para peneliti menciptakan salinan berbahan polimer untuk setiap ruas tulang belakang tersebut, menyusunyya menjadi model tiga dimensi tulang belakang Richard III.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.