Sukses

104 Jasad Ditemukan, Pemilik Kapal Sewol Dicegah Keluar Korsel

Larangan bepergian dikeluarkan untuk 44 pejabat eksekutif dan pemegang saham Chonghaejin Marine Co, perusahaan tempat Kapal Sewol bernaung.

Liputan6.com, Seoul - Pihak berwenang Korea Selatan kini tengah memperluas penyelidikan terkait penyebab musibah kandasnya kapal feri Sewol yang terjadi pada 16 April 2014. Empat awak ditahan pada 21 April, sementara yang lainnya dilarang meninggalkan negara itu.

Salah satu dari 4 awak itu, diduga orang yang suaranya muncul dalam percakapan dengan Pusat Layanan Lalu Lintas Kapal Jindo. Dalam komunikasi itu, secara tersirat muncul pertanyaan berulang kali tentang waktu kedatangan penjaga pantai, yang diduga mendasari penundaan perintah evakuasi.

"Kami sedang mencari apakah awak itu sedang mendiskusikan rencana melarikan diri tanpa memberitahu para penumpang," ungkap jaksa lain di kasus tenggelamnya Sewol, Ahn Sang- don.

Dilansir dari Korea Herald, Selasa (22/4/2014), usai penangkapan Senin itu jaksa juga mengeluarkan larangan kepada keluarga pemilik Chonghaejin Marine Co. --perusahaan di mana Sewol bernaung-- untuk tak meninggalkan Korea .

Jaksa di Distrik Incheon mengambil tindakan itu, sebagai bagian dari pengembangan penyelidikan. Untuk mengidentifikasi apakah renovasi kapal dan kurangnya pelatihan keselamatan awak berperan dalam tenggelamnya kapal.

Larangan tersebut berlaku pada 44 pejabat eksekutif dan pemegang saham Chonghaejin Marine Co., termasuk CEO Kim Han - shik. Pria berusia 72 tahun itu menghilang dari mata publik setelah konferensi pers Kamis 16 April.

"Langkah ini diambil untuk memeriksa dan menahan mereka yang diduga bertanggung jawab atas manajemen buruk kapal, " ungkap seorang jaksa penuntut di pengadilan.

Jaksa juga melarang pemegang saham terbesar Chonghaejin Marine Co., yang diidentifikasi bermarga Yoo untuk tak meninggalkan negara itu .

Penyidik ​​menduga bahwa Chonghaejin Marine Co. dimiliki secara tidak langsung oleh Yoo dan saudaranya, yang ayahnya adalah pemilik perusahaan induk Sewol, Semo Marine yang bangkrut pada tahun 1997.

"Kami menyelidiki manajemen perusahaan secara keseluruhan dan mengawasi para staf," beber jaksa itu.

Perusahaan Korea itu membeli feri Jepang berusia 20 tahun pada tahun 2012, lalu mereka menambahkan dek lain selama renovasi 4 bulan. Hal itu untuk meningkatkan total kapasitas penumpang dari 840 menjadi 956. Desain baru ini juga otomatis menambahkan bobot kapal sekitar 239 ton dari bentuk aslinya.

Pertanyaan tentang efek renovasi terkait keseimbangan kapal pun muncul. "Kelebihan beban kargo dan penumpang dapat menjadi penyebab terbaliknya Sewol," kata mantan jaksa yang memimpin penyelidikan bencana feri besar lain pada tahun 1993, Kim Hee-soo .

"Ada kesamaan antara 2 kecelakaan sebelumnya, termasuk fakta bahwa kedua kapal yang kelebihan beban. Feri Seohae berbobot 110 ton tampaknya kehilangan keseimbangan, setelah menambahkan 10 ton kargo pada tahun 1993," ungkap Kim dalam sebuah wawancara dengan penyiar radio lokal.

Jika operator Sewol nantinya terbukti bertanggung jawab atas manajemen yang buruk dari kapal, dan kurang melatih cara mengevakuasi penumpang, maka mereka akan dituntut. Penyelidikan pun akan diperluas ke organisasi negara yang berwenang memberikan izin operasi dan sertifikasi keselamatan kapal.

Jaksa juga mengeluarkan perintah penahanan 3 orang lain dan kepala teknisi Sewol. Mereka dicurigai meninggalkan kapal tanpa mengevakuasi para penumpang.

Perintah itu muncul setelah penyelidikan kapten kapal Lee Joon- seok dan 2 awak lainnya, yang sebelumnya didakwa atas kelalaian tugas dan pelanggaran hukum maritim.

Penyelidikan yang begitu intensif ternyata membuat salah satu chief engineer di perusahaan Sewol tertekan. Kantor Polisi Mokpo mengungkapkan, pria yang tak disebutkan namanya itu mencoba bunuh diri Senin 21 April pagi waktu setempat.

"Chief engineer itu sudah dalam kondisi stabil di rumah sakit terdekat, tapi ia akan tetap segera dipanggil untuk interogasi lebih lanjut," ucap polisi.

Korban Terus Bertambah

Hingga Selasa ini, jumlah korban tewas dalam musibah terbaliknya Kapal Sewol menjadi 104 orang. Termasuk 3 warga negara asing. Para penyelam menemukan jenazah mereka saat menfokuskan pencarian di dek ketiga dan keempat dari kapal berlantai lima. Kedua lokasi diyakini menjadi temoat sebagian besar dari penumpang kapal terperangkap.

Ratusan penyelam berjuang untuk mencari198 orang yang masih hilang di dalam Sewol, setelah kapal feri seberat 6.825 ton itu tiba-tiba miring dan terbalik di lepas pantai barat daya Jindo Korea Selatan.

Dari 476 orang di dalamnya, sejauh ini baru 174 penumpang, termasuk kapten feri dan sebagian besar awaknya yang selamat dalam perjalanan maut dari kota pelabuhan barat Incheon ke pulau wisata Jeju.

"Sejauh ini, penyelam telah menyiapkan total lima garis panduan. Beberapa petugas penyelamat telah mencoba untuk masuk ke dalam perahu pada saat yang sama, untuk mempercepat operasi," kata juru bicara satuan tugas penanganan pemerintah bencana, Ko Myeong - seok.

Jenazah wisatawan asing itu diidentifikasi sebagai seorang mahasiswa Rusia berusia 18 tahun bermarga Serkov. Lalu seorang pria China bernama Lee Do - nam berusia 30-an, dan seorang pria bernama Li Xiang Hao, yang juga diyakini dari China. Dua entertainer perempuan Filipina di kapal telah diselamatkan.

Sementara Kementerian Luar Negeri China mengatakan, total 4 warga China memang diyakini naik kapal Sewol. Namun sejauh ini, dari hasil pencarian tim penyelamat Sewol, baru ada 2 warga China yang berhasil diidentifikasi.

"Kami menemukan kartu identitas atas nama Li Xiang Hao. Berdasarkan itu, kita mengasumsikan bahwa ia adalah warga negara China, tapi diperlukan penyelidikan lebih lanjut untuk mengonfirmasi identitasnya. Bahkan, dia tidak ada dalam daftar penumpang," kata anggota tim lain.

Pada pencarian hingga Selasa ini, suhu permukaan di mana feri terbalik sekitar 13 derajat Celcius. Suhu 30 sampai 35 meter di bawah permukaan di mana Sewol terletak sekitar 8 derajat Celcius. Menurut para ahli, tubuh akan mulai membusuk setelah 72 jam di bawah air, apalagi saat suhu 7 derajat Celcius. (Elin Yunita Kristanti)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.