Sukses

Mengenal Buta Warna, Penyebab dan Jenis-Jenisnya

Disabilitas netra atau tunanetra acap kali disebut buta total di mana penyandangnya tidak dapat melihat sama sekali. Namun, selain tunanetra ada pula istilah buta warna.

Liputan6.com, Jakarta Disabilitas netra atau tunanetra acap kali disebut buta total di mana penyandangnya tidak dapat melihat sama sekali. Namun, selain tunanetra ada pula istilah buta warna.

Menurut dokter mata dari Amerika Serikat, Whitney Seltman, OD buta warna berarti mata tidak dapat melihat warna sebagaimana mestinya.

Dalam kondisi ini, seseorang melihat perbedaan dalam cahaya yang masuk. Misal, warna setiap pelangi selalu muncul dalam urutan yang sama yakni merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu.

Warna yang berbeda di setiap bagian pelangi sesuai dengan panjang gelombang cahaya yang berbeda. Warna kemerahan memiliki panjang gelombang yang panjang. Warna kebiruan memiliki yang lebih pendek.

Di sisi lain, mata memiliki reseptor warna atau sering disebut sel kerucut untuk mengontrol penglihatan warna. Ada beberapa jenis pigmen hadir dalam tiga jenis sel kerucut. Beberapa bereaksi terhadap cahaya dengan panjang gelombang pendek, yang lain bereaksi terhadap panjang gelombang sedang, dan yang lain bereaksi terhadap panjang gelombang yang lebih tinggi.

Ketika kerucut memiliki semua pigmen (fotopigmen) maka mata dapat melihat semua warna. Namun, jika ada masalah dengan pigmen, maka mata tidak akan melihat warna seperti seharusnya. Ini disebut defisiensi warna atau buta warna.

“Jika hanya satu pigmen yang hilang, Anda mungkin hanya kesulitan melihat warna tertentu,” kata Whitney mengutip Webmd.com, Kamis (6/1/2022).

“Jika Anda tidak memiliki pigmen di kerucut Anda, Anda tidak akan melihat warna sama sekali. Ini dikenal sebagai achromatopsia, dan jarang terjadi,” lanjutnya.

Simak Video Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Penyebab Buta Warna

Menurut Withney, buta warna biasanya disebabkan oleh gen atau faktor keturunan. Gen yang diwarisi dari orangtua menyebabkan masalah pada sel kerucut.

Namun, terkadang buta warna bukan karena gen, melainkan karena:

-Kerusakan fisik atau kimia pada mata.

-Kerusakan saraf optik.

-Kerusakan pada bagian otak yang memproses informasi warna.

-Katarak atau kekeruhan pada lensa mata.

-Usia.

3 dari 4 halaman

Jenis Buta Warna

Ada beberapa jenis buta warna, tapi yang paling sering terjadi adalah ketika gen yang diwarisi dari orangtua membantu membuat fotopigmen di kerucut mata tidak berfungsi dengan baik.

“Terkadang ini berarti Anda kurang sensitif terhadap beberapa warna daripada yang lain, dan terkadang itu berarti Anda tidak dapat melihat warna tertentu.”

Selain itu ada pula buta warna merah-hijau, ini terjadi saat fotopigmen di kerucut merah atau kerucut hijau mata tidak berfungsi dengan baik atau sama sekali tidak berfungsi.

Beberapa jenis lainnya yakni:

Deuteranomali: Ini adalah bentuk buta warna yang paling umum dan mempengaruhi 5 persen pria, tetapi jarang terjadi pada wanita.

Itu terjadi ketika fotopigmen kerucut hijau tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Kuning dan hijau terlihat lebih merah, dan sulit membedakan biru dari ungu.

Protanomaly: Fotopigmen kerucut merah tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Oranye, merah, dan kuning terlihat lebih hijau, dan warnanya kurang cerah. Biasanya ringan dan tidak menimbulkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Ini jarang terjadi pada wanita dan memengaruhi sekitar 1 persen pria.

Protanopia: Diakibatkan tidak ada sel kerucut merah yang berfungsi. Warna merah hanya terlihat abu-abu gelap. Beberapa nuansa oranye, kuning, dan hijau terlihat kuning. Ini jarang terjadi pada wanita dan memengaruhi sekitar 1 persen pria.

Deuteranopia: Ini diakibatkan tidak ada sel kerucut hijau yang berfungsi. Merah dapat terlihat kuning kecoklatan, dan hijau dapat terlihat krem. Ini memengaruhi 1 persen pria dan jarang terjadi pada wanita.

4 dari 4 halaman

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.