Sukses

Grayscale Alami Arus Keluar 80 Ribu Bitcoin Selama 12 Hari

Pada 12 Januari, Grayscale memiliki 617.079 BTC, yang berarti sejak itu, telah terjadi pelepasan 80.385 BTC, senilai USD 3,19 miliar atau setara Rp 50,5 triliun.

Liputan6.com, Jakarta - Data terbaru mengungkapkan produk ETF Bitcoin Spot milik Grayscale, Bitcoin Trust Grayscale (GBTC) telah melepas jumlah bitcoin, dengan kepemilikan dana tersebut menurun dari 552.681 bitcoin menjadi total 536.694 bitcoin pada Rabu, 24 Januari 2024. 

Dilansir dari Bitcoin.com, Jumat (26/1/2024), selama sehari terakhir, dana tersebut mengalami arus keluar sebesar 15.986 bitcoin, sesuai data dari situs resminya. 

Pada 12 Januari, Grayscale memiliki 617.079 BTC, yang berarti sejak itu, telah terjadi pelepasan 80.385 BTC, senilai USD 3,19 miliar atau setara Rp 50,5 triliun (asumsi kurs Rp 15.853 per dolar AS) dari dana tersebut. 

Volume kolektif untuk sebelas ETF Bitcoin Spot yang diperdagangkan mencapai USD 1,6 miliar atau setara Rp 25,3 triliun pada 23 Januari. GBTC memimpin volume perdagangan di antara ETF Bitcoin lainnya. ETF milik Fidelity, FBTC berada di peringkat kedua.

Adapun untuk kepemilikan Bitcoin, FBTC Fidelity memiliki 38.149 BTC, bernilai sekitar USD 1,51 miliar atau setara Rp 23,9 triliun. Menurut pembaruan portal web terbarunya. Sedangkan,  Blackrock menunjukkan saat ini memiliki 44.004 BTC, bernilai sekitar USD 1,74 miliar atau setara Rp 27,5 triliun berdasarkan nilai tukar BTC saat ini.

EZBC Franklin Templeton memiliki mencakup 1.305 BTC, sedangkan ETF Ark Invest menawarkan 12.255 BTC. Invesco, meskipun tidak mengungkapkan jumlah pasti BTC yang dimiliki, tetapi dianggap memiliki 6.339 BTC di Invesco Galaxy ETF BTCO, yang disimpulkan dari nilai aset yang dikelola (AUM).

BTCW ETF Wisdomtree memiliki 191 BTC, dan BRRR ETF Valkyrie mengelola 2,201.50 BTC. Secara kumulatif, beberapa ETF bitcoin spot ini memiliki total signifikan 118.019 BTC, bernilai USD 4,69 miliar atau setara Rp 74,3 triliun, menurut nilai tukar yang berlaku.

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Pendapatan Penambang Bitcoin Sentuh Rp 23,2 Triliun pada Desember 2023

Sebelumnya diberitakan, perusahaan penambangan bitcoin memperoleh pendapatan bulanan tertinggi tahun ini pada Desember 2023, mengumpulkan USD 1,51 miliar atau setara Rp 23,2 triliun (asumsi kurs Rp 15.853 per dolar AS).

Dilansir dari Bitcoin.com, Kamis (25/1/2024), selain itu, Desember juga menandai rekor pengumpulan biaya, dengan penambang mendapatkan USD 324,83 juta atau setara Rp 4,9 triliun dalam biaya transaksi onchain.

Ini melampaui rekor pendapatan bulanan sebelumnya yang dicapai pada Mei 2023, di mana para penambang mengumpulkan total USD 919,22 juta atau setara Rp 14,1 triliun, dengan USD 125,92 juta atau setara Rp 1,9 triliun dari biaya onchain.

Pada Juli, para penambang mengumpulkan total USD 865 juta atau setara Rp 13,3 triliun, dengan USD 19,21 juta atau setara Rp 295,6 miliar dari biaya. 

Namun, Desember mencatat peningkatan yang signifikan, 1,64 kali lebih besar dari rekor Mei, mewakili pertumbuhan sebesar 64,27% atau tambahan USD 590,78 juta atau setara Rp 9 triliun. 

Saat ini, menurut bitcoininfochart, tingkat transaksi onchain Desember melonjak, dengan biaya rata-rata sebesar 231 satoshi per byte virtual (sats/vB) atau USD 20,86 atau setara Rp 321.035 per transaksi.

Saham perusahaan bitcoin juga turut menguat sepanjang tahun ini akibat harga bitcoin yang juga naik sekitar 150 persen sepanjang 2023. 

Ada 11 dari 13 perusahaan pertambangan bitcoin yang terdaftar di Nasdaq mengalami kenaikan yang sama yaitu peningkatan tiga digit yang lebih besar pada tahun ini. Bahkan, Marathon Digital Holdings mengalami kenaikan signifikan sebesar 767% sejak awal tahun.

Sebagian besar perusahaan penambang publik yang terdaftar di Nasdaq ini mengungguli bitcoin (BTC) tahun ini. Ini karena momentum menjelang halving bitcoin yang diperkirakan akan berlangsung sekitar 116 hari. Selain itu 2024 akan menjadi tahun yang sangat penting bagi perusahaan dan pengamat pertambangan.

 

3 dari 4 halaman

FTX Jual Rp 15,6 Triliun ETF Bitcoin Milik Grayscale

Sebelumnya diberitakan, FTX telah menjual 22 juta saham senilai hampir USD 1 miliar atau setara Rp 15,6 triliun (asumsi kurs Rp 15.656 per dolar AS) di Grayscale Bitcoin Trust (GBTC). Ini menjadikan kepemilikan GBTC FTX turun menjadi nol.

GBTC secara keseluruhan mengalami arus keluar lebih dari USD 2 miliar atau setara Rp 31,3 triliun sejak diubah menjadi ETF, menurut sebuah laporan mengutip data pribadi yang ditinjau oleh CoinDesk dan dua orang yang mengetahui masalah tersebut.

“ETF pasar modal besar digunakan dalam berbagai strategi investasi, dan kami mengantisipasi basis pemegang saham GBTC yang beragam akan terus menerapkan strategi yang berdampak pada arus masuk dan arus keluar,” kata juru bicara Grayscale, dikutip dari Yahoo Finance, Selasa (23/1/2024).

Grayscale disetujui untuk mengubah produk bitcoin trust-nya menjadi ETF, menciptakan ETF bitcoin terbesar di dunia dengan aset yang dikelola lebih dari USD 28,6 miliar atau setara Rp 447,7 triliun.

Komisi Sekuritas dan Bursa AS telah menyetujui 11 ETF bitcoin spot, termasuk iShares Bitcoin Trust milik BlackRock, Grayscale Bitcoin Trust, dan ARK 21Shares Bitcoin ETF, setelah perselisihan selama satu dekade dengan industri aset digital.

Persetujuan tersebut menandai momen penting dalam meningkatkan legitimasi industri mata uang kripto dan mendorong bitcoin lebih jauh ke arus utama.

 

 

4 dari 4 halaman

CEO JPMorgan Wanti-wanti Investor Jauhi Aset Kripto

Sebelumnya diberitakan, CEO JPMorgan Chase, Jamie Dimon, kembali menyarankan investor untuk menjauhi Bitcoin. Komentarnya muncul di tengah meningkatnya minat institusional terhadap kripto dan persetujuan ETF Bitcoin Spot oleh Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC).

“Saran pribadi saya adalah jangan terlibat. Tetapi saya tidak ingin memberi tahu siapapun apa yang harus dilakukan. Ini adalah negara bebas,” kata Dimon, dikutip dari Bitcoin.com, Sabtu (20/1/2024).

Eksekutif tersebut menambahkan dia juga tidak peduli dengan Blackrock, manajer aset terbesar di dunia, yang menggunakan bitcoin. Dimon tetap bersikeras kasus penggunaan cryptocurrency adalah aktivitas terlarang.

BlackRock meluncurkan ETF bitcoin spot, Ishares Bitcoin Trust, minggu lalu dengan JPMorgan sebagai peserta resmi utama. Dimon telah lama menjadi seorang yang skeptis terhadap bitcoin dan kripto. Dia mengatakan pada Desember tahun lalu dia akan menutup kripto jika dia menjadi pemerintah.

Meskipun memberikan kritik pada Bitcoin, tetapi Dimon tetap memuji teknologi blockchain yang mendasari aset kripto. 

“Blockchain itu nyata. Itu adalah sebuah teknologi. Kami menggunakannya. Ini akan memindahkan uang, akan memindahkan data, dan efisien. Kami juga telah membicarakan hal itu selama 12 tahun,” jelas dia. 

Dimon menambahkan, pada bitcoin ada kasus penggunaan untuk penipuan, anti pencucian uang, penghindaran pajak, perdagangan seks dan itu adalah kasus penggunaan kripto yang nyata.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini