Liputan6.com, Jakarta Pergolakan tengah terjadi di pasar kripto pada akhir pekan lalu. Seharusnya setelah The Fed mengumumkan kenaikan suku bunga pada Kamis lalu, harga Bitcoin dan kripto lainnya terus mengalami lonjakan, namun sentimen bearish ternyata masih cukup kuat.
Alhasil pada akhir pekan lalu, Bitcoin merosot di bawah USD 23.000 atau setara Rp 346,3 juta (asumsi kurs Rp 15.059 per dolar AS) dan Ethereum meninggalkan jauh level USD 1.700 atau setara Rp 25,6 juta.
Baca Juga
Penyebab Koreksi Pasar Kripto
Tim riset Tokocrypto dalam analisis harian yang diterima Liputan6.com, Senin (6/2/2023) menjelaskan ada beberapa penyebab penurunan market kripto di awal pekan ini.
Pertama, rebound dolar AS menghentikan reli market kripto. Pengumuman The Fed rupanya juga membuat Indeks Dolar AS (DXY) konsolidasi setelah turun 13 persen sejak pertengahan 2022.
“DXY terpantau kembali level 103 pada Senin pagi ini yang memicu penurunan berkorelasi terbalik di seluruh aset berisiko, termasuk kripto dan saham. Nasdaq dilaporkan turun 1,59 persen sementara S&P 500 juga anjlok 1,04 persen,” kata tim riset Tokocrypto.
Kenaikan DXY juga didorong oleh pernyataan Ketua The Fed, Jerome Powell yang menyebut masih terlalu dini untuk mengklaim kemenangan atas inflasi. Proses disinflasi dinilai masih berada di tahap awal dan tugas the Fed belum selesai. Ini membuat investor lebih mementingkan mengakumulasi dolar AS, ketimbang kripto.
Spekulasi mata uang kripto terutama Bitcoin meningkat selama pandemi, dengan tingginya volatilitas nilai yang memungkinkan orang kaya mendadak. Tapi ancaman miskin mendadak juga ada. Ini tak menyurutkan minat dunia usaha dan juga investor untuk ikut ...
Pidato The Fed Jadi Perhatian
Selanjutnya, investor juga diperkirakan menantikan pidato Jerome Powell, yang dijadwalkan pada Selasa 7 Januari 2023 untuk melihat lebih jelas sikap The Fed, sebelum melakukan langkah besar.
“Sebelumnya Powell menyatakan, The Fed masih berusaha untuk menurunkan inflasi hingga target 2 persen. Penurunan ini tentu tanpa harus mengorbankan perekonomian dan menaikkan tingkat pengangguran,” lanjut tim riset.
Selain itu, tekanan harga kripto juga dipengaruhi oleh sentimen kekhawatiran data inflasi atau Consumer Price Index (CPI) AS berikutnya, yang akan dirilis pada 14 Februari.
Jika data tersebut menunjukkan bahwa inflasi belum melambat dari yang diharapkan atau bahkan mengganggu tren turun tersebut, hasilnya dapat menguntungkan dolar AS, bukan kripto.
Total kapitalisasi pasar kripto ditutup merah, turun 1,60 persen, pada level USD 1,066 triliun atau setara Rp 16.052 triliun. Kondisi pasar saat ini masih mendapat respon positif pelaku pasar, meski begitu dari Fear and Greed Index yang tetap berada di kategori Greed, namun levelnya sedikit menurun dari 58 ke 56 pada Senin.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Advertisement