Sukses

Hati-hati, Stres Bisa Pengaruhi Tubuh dari Otak Sampai Perut!

Saat dihadapkan dengan berbagai tantangan dan tekanan dalam kehidupan, stres dapat muncul. Tidak hanya mengganggu keseimbangan jiwa, tetapi juga memiliki dampak terhadap kesehatan fisik. Simak artikel ini yang membicarakan pengaruh stress terhadap tubuh, mulai dari fungsi otak hingga kondisi perut.

Liputan6.com, Jakarta Stress bukan hanya persoalan mental yang muncul sebagai akibat dari berbagai tantangan dan tekanan. Lebih dari sekadar itu, stress ternyata bisa berpotensi merugikan fisik apabila terjadi secara terus-menerus dalam jangka waktu yang panjang.

Sangat penting bagi kalian untuk memperhatikan kesehatan mental dan juga fisik. Mengenali efek-efek stress yang bisa memengaruhi tubuh dari segi otak hingga perut merupakan langkah awal yang penting. Ini diambil dari informasi yang dilaporkan oleh Health.com pada tanggal (27/2).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 9 halaman

Apa itu Stress?

Tekanan mental dan fisik yang timbul akibat situasi yang menantang atau menuntut adalah apa yang kita kenal sebagai stress.

Ketika seseorang mengalami stress, otaknya akan mengirimkan pesan-pesan melalui proses kimia dan sistem sarafnya menuju kelenjar adrenal yang terletak di atas ginjal. Kelenjar adrenal ini kemudian mengeluarkan hormon-hormon seperti kortisol dan adrenalin.

Hormon-hormon ini akan meningkatkan fungsi-fungsi tubuh seperti pernapasan, detak jantung, tekanan darah, kadar gula darah, kekakuan otot, dan berbagai fungsi lainnya.

3 dari 9 halaman

Bagaimana Stress dapat Memengaruhi Tubuh?

Apabila stress yang dirasakan terus berlanjut dan berlangsung selama beberapa minggu, ini menunjukkan bahwa stress itu bersifat kronis. Ketika stress berlangsung dalam jangka waktu yang lebih lama, tubuh akan tetap dalam keadaan siaga dan waspada secara berkelanjutan. Inilah yang dapat menyebabkan munculnya gejala psikologis dan fisik seperti berikut ini.

1. Kambuhnya Asma

Kejadian kembali asma kerap kali dipicu oleh tekanan emosional dan stres. Efek dari tekanan ini dapat terasa pada sistem pernapasan, yang dapat mengakibatkan tegangnya otot dan peningkatan ritme pernapasan. Salah satu cara untuk mengatasi hal ini adalah dengan melakukan teknik pernapasan, yakni menarik napas melalui hidung dan mengeluarkannya perlahan-lahan melalui mulut guna mencegah kambuhnya asma.

2. Gangguan pada Jantung

Peningkatan tekanan darah seringkali terjadi seiring dengan bertambahnya tingkat stres. Kondisi ini disebabkan oleh penyempitan pembuluh darah, yang pada gilirannya meningkatkan risiko terhadap berbagai masalah jantung, termasuk hipertensi, tingginya kadar kolesterol, dan bahkan serangan jantung.

3. Gangguan Pencernaan

Saat seseorang mengalami tekanan mental, hormon yang dilepaskan bisa mengganggu fungsi sistem pencernaan, yang pada akhirnya dapat memicu beragam gangguan pencernaan. Gejala-gejala yang mungkin muncul termasuk sembelit, diare, gangguan pencernaan, kehilangan nafsu makan, mual, dan kram perut.

4. Rambut Rontoh

Stres dapat berkontribusi pada kondisi yang dikenal sebagai trichotillomania, yaitu kecenderungan seseorang untuk mencabut rambutnya secara berulang kali. Pengobatan untuk trichotillomania bisa meliputi penggunaan obat-obatan, terapi perilaku kognitif, dan latihan pengendalian kebiasaan, serta upaya untuk mengubahnya melalui kesadaran diri dan dukungan sosial.

5. Kenaikan Gula Darah

Diketahui bahwa stres dapat meningkatkan tingkat gula darah pada penderita diabetes tipe 2. Ketika mengalami stres, seseorang mungkin akan menemukan bahwa tingkat gula darah mereka meningkat. Hal ini disebabkan oleh peningkatan kadar kortisol dan glukosa, serta resistensi terhadap insulin yang meningkat.

Stress juga bisa memengaruhi keadaan mental dan fisik secara keseluruhan, seperti peningkatan keinginan makan, kesulitan tidur, gangguan pada daya ingat, percepatan proses penuaan, penurunan hasrat seksual, permasalahan kulit, kinerja kerja yang menurun, dan komplikasi saat kehamilan.

4 dari 9 halaman

Bagaimana Cara Mengatasi Stress?

Tekanan bisa memiliki dampak yang berbeda pada pikiran dan fisik tiap individu. Maka dari itu, tersedia strategi untuk mengurangi dan mengelola stres yang sesuai dengan kebutuhan tiap orang. Berikut beberapa saran untuk mengelola stres dalam jangka waktu yang cukup lama:

  • Melakukan latihan fisik secara teratur.
  • Melaksanakan kegiatan santai.
  • Memastikan tidur yang cukup.
  • Mengurangi asupan kafein.
  • Mengatur manajemen waktu dengan baik.
  • Berinteraksi dengan keluarga dan teman.
5 dari 9 halaman

Apa Efek Stres pada Tubuh?

Ketika mengalami tekanan mental, daya tahan tubuh seseorang dapat menurun sehingga membuatnya lebih rentan terhadap penyakit dan sulit untuk melawannya. Paparan stres yang berkepanjangan dapat meningkatkan risiko terkena berbagai gangguan kesehatan, termasuk sakit kepala dan depresi.

6 dari 9 halaman

Apa Efek Stres pada Wanita?

Wanita dapat merasa tertekan oleh berbagai hal, seperti masalah hubungan, siklus menstruasi, perubahan berat badan, timbulnya jerawat, dan lainnya. Penting bagi para wanita untuk tidak terlalu membiarkan masalah-masalah tersebut mengganggu pikiran mereka secara berlebihan

7 dari 9 halaman

Stres Berat itu Seperti Apa?

Salah satu tanda-tanda seseorang yang sedang mengalami stres parah adalah mudah merasa lelah. Kondisi ini menyebabkan mereka terlihat lesu dan mengalami penurunan dalam kemampuan berpikir dan bergerak dibandingkan dengan kondisi normalnya. Selain itu, mereka yang mengalami stres parah juga rentan mengalami kelelahan secara emosional.

8 dari 9 halaman

Apa Penyebab Tekanan Batin?

Stres emosional merupakan situasi dimana seseorang merasakan ketegangan, kemarahan, atau kefrustrasian terhadap situasi atau kejadian tertentu. Hal ini bisa dipicu oleh kehilangan orang yang dicintai, intimidasi, pemutusan kontrak kerja, atau kejadian negatif lainnya.

9 dari 9 halaman

Apakah Stres Bisa Merubah Wajah?

Tekanan dapat memicu peningkatan hormon kortisol yang diproduksi saat tubuh mengalami stres. Kenaikan kadar hormon kortisol dapat mengakibatkan kelenjar sebasea menghasilkan lebih banyak minyak pada kulit wajah, yang kemudian menyebabkan timbulnya jerawat.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.