Sukses

Sikapi Minimnya Peminat Museum di Indonesia, Kurator Seni: Sebuah Museum Mesti Diberi Identitas

Dalam rangka peresmian IHA menjadi BLU-MCB, menggelar diskusi publik dengan menghadirkan dua panelis seorang kurator seni.

Liputan6.com, Jakarta - Sejalan dengan dibentuknya Indonesian Heritage Agency (IHA) yang menjadi Badan Layanan Umum Museum dan Cagar Budaya pada 1 September 2023, dengan misi menjadi garda terdepan untuk mengelola dan memelihara warisan budaya Indonesia, maka terciptalah ruang diskusi publik dengan tema “Road to Warna Baru Warisan Budaya – Shifting Cultures, Reimagining Museums”.

Sejumlah rangkaian acara yang diselenggarakan di Graha Utama Gedung Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI (Kemendikbudristek), menjadi wujud nyata dalam upaya IHA mengoptimalisasi inovasi pelayanan museum melalui kolaborasi dengan berbagai pihak.

Untuk melancarkan serangkaian acara, maka terciptalah suatu sesi diskusi publik dengan topik “Berbagi Museum, Berbagi Kemanusiaan”, menghadirkan dua narasumber yang ahli di bidangnya. Kedua panelis tersebut di antaranya Asep Topan, seorang Kurator Seni Rupa dan Zamrud Setya Negara, yang berperan sebagai Koordinator Bidang Koleksi, Konservasi, Kuratorial, dan Pameran.

Berangkat dari kegelisahan yang dilatarbelakangi oleh minimnya peminat museum oleh anak muda di Indonesia, para panelis diminta untuk membagikan pemikirannya tentang upaya apa yang dapat dilakukan pemerintah untuk menjadikan museum sebagai tempat yang lebih diminati di masa depan.

Zamrud berpendapat salah satu upayanya, ialah menekankan identitas yang dimiliki dari sebuah museum itu sendiri. Ia melihat bahwa museum di Indonesia kurang menekankan hal itu, padahal identitas memiliki pengaruh yang cukup untuk menjadi daya tarik tersendiri.

“Suatu museum harus memiliki identitas, yang menjadi ciri dari museum itu sendiri. Jadi, jika seseorang berkunjung mereka akan mendasari kunjungannya dengan pertanyaan ‘ada apa?’ bukan ‘apa adanya,’” tegas Zamrud dalam Diskusi Publik pada Kamis (7/12/2023).

Hal yang mendasari pemikirannya ini, ketika ia melihat bahwa museum-museum di luar negeri memiliki bentuk interior yang beragam. Faktor ini menjadi salah satu alasan mengapa warga negara asing memiliki ketertarikan lebih tinggi untuk berkunjung ke museum.

Asep Topan, sebagai panelis lain menambahkan bahwa upaya lain yang dapat dilakukan oleh pemerintah ialah memberi edukasi kepada masyarakat sejak dini, atau ketika di bangku sekolah. Melihat salah satu fungsi dari didirikannya museum adalah sebagai sarana pengetahuan, maka Asep menegaskan jika memberikan sedikit edukasi tentang museum kepada siswa, pasti mereka memiliki sedikit minat untuk mengunjungi bangunan bersejarah tersebut.

“Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah menariknya ke dalam segi pendidikan,” tegas Asep.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Apa Saja Peran Seorang Kurator?

Zamrud Setya Negara, yang menjadi panelis pertama dengan topik “Menyibak Proses Kuratorial Museum” membagikan pemikirannya tentang apa yang disebut sebagai kurator dan tugas apa saja yang dijalaninya.

“Seorang Kurator harus menangani pekerjaan dengan cara memelihara, memperhatikan, menjaga, membenahi, sampai dengan menyuguhkan suatu koleksi atau artefak,” jelas Zamrud dalam Diskusi Publik pada Kamis (7/12/2023).

Selain itu, ia menambahkan seorang kurator juga harus memiliki pengetahuan kuratorial, berupa pengetahuan atau pemahaman terhadap benda-benda yang akan dipamerkan.

“Ketika kita membidik tentang jabatan atau profesi kurator, tentunya kita tidak terperangkap dengan posisi Kurator harus kurator seni, Kurator harus Kurator Arkeologi, Kurator harus Kurator sejarah. Semua jenis ilmu tentang kompetensi harus dikolaborasikan atau diaplikasikan,” tambahnya.

3 dari 3 halaman

Tiga Peran Penting Profesi dalam Suatu Pameran

Pada kesempatannya, Zamrud membagikan wawasannya terkait tiga profesi yang memiliki peran penting di dalam suatu pameran.

Yang pertama, ialah penata artistik. Seorang penata artistik tidak hanya menata panggung pameran dengan asal atau secara bebas. Mereka harus memiliki pengetahuan yang cukup untuk memutuskan bagaimana seorang penggemar seni dapat menikmati suatu karya dengan tanpa adanya gangguan.

Kedua, yaitu kurator seni. Mereka berperan dalam memutuskan karya mana yang bisa dinikmati oleh berbagai kalangan. Tentunya, seorang kurator juga harus memiliki bekal pemahaman yang cukup seputar karya seni tersebut.

Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, Zamrud menegaskan kembali bahwa menjadi seorang kurator tidak hanya membutuhkan suatu pemahaman tentang karya, melainkan memahami juga sejarah dari seni tersebut dengan melakukan riset.

Peran terakhir, yaitu seniman itu sendiri. Peran satu ini sangat jelas pentingnya di dalam suatu pertunjukkan. Seorang seniman perlu menciptakan karya seni yang memiliki nilai di dalamnya. Suatu karya seni memiliki nilai jika seorang kurator dapat memahami apa pesan dibalik sebuah karya tersebut.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.