Sukses

Studi: Orang Positif HIV yang Terinfeksi Cacar Monyet Lebih Sering Dirawat di Rumah Sakit

Orang yang hidup dengan HIV dan mengalami cacar monyet dirawat di rumah sakit 2 kali lebih sering daripada pasien lain, menurut sebuah penelitian dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit.

Liputan6.com, Jakarta - Orang yang hidup dengan HIV dan mengalami cacar monyet dirawat di rumah sakit dua kali lebih sering daripada pasien lain yang didiagnosis dengan virus yang menyebar dengan cepat itu, menurut sebuah penelitian dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC).

Dikutip dari CNBC, Minggu (11/9/2022), dalam sebuah laporan yang diterbitkan Kamis (8/9/2022), CDC menemukan bahwa 38% dari hampir 2.000 orang yang didiagnosis dengan cacar monyet antara Mei dan Juli hidup dengan HIV. 

Di antara 1.300 pasien cacar monyet dengan data klinis yang lebih rinci, 8% orang HIV-positif dirawat di rumah sakit dibandingkan dengan 3% orang tanpa infeksi HIV.

CDC menemukan bahwa orang HIV-positif khususnya dengan jumlah sel T rendah, yang menunjukkan sistem kekebalan yang lebih lemah, dan yang virusnya tidak ditekan lebih sering dirawat di rumah sakit karena cacar monyet.

Tetapi data tentang alasan rawat inap tidak lengkap sehingga tidak diketahui apakah orang HIV-positif yang dirawat di rumah sakit dengan cacar monyet mengalami penyakit yang lebih parah, menurut CDC. Orang yang hidup dengan HIV dalam wabah cacar monyet sebelumnya di Nigeria memang memiliki hasil yang buruk.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Persentase pasien cacar monyet yang terinfeksi HIV juga meningkat dari waktu ke waktu

Cacar monyet terutama menyebar saat berhubungan seks di antara pria gay dan biseksual, meskipun siapa saja dapat tertular virus melalui kontak fisik yang dekat dengan seseorang yang terinfeksi atau bahan yang terkontaminasi seperti handuk dan seprai.

Pria yang berhubungan seks dengan pria memiliki infeksi HIV lebih sering daripada populasi umum, menurut CDC. Tetapi 38% pasien cacar monyet yang juga memiliki HIV jauh lebih tinggi daripada tingkat yang diamati di antara populasi laki-laki gay dan biseksual yang lebih luas, penelitian tersebut menemukan.

Persentase pasien cacar monyet yang memiliki HIV juga meningkat dari waktu ke waktu, yang menunjukkan cacar monyet mungkin menyebar lebih banyak di jaringan orang yang memiliki HIV, menurut badan tersebut.

CDC menemukan perbedaan rasial yang besar di antara orang yang memiliki HIV dan cacar monyet. Pasien kulit hitam dan Hispanik mengalami cacar monyet dan HIV pada tingkat yang jauh lebih tinggi masing-masing 63%, dan 41%, dibandingkan pasien kulit putih sebesar 28%.

Cacar monyet secara tidak proporsional berdampak pada populasi kulit hitam dan Hispanik. Hampir 38% pasien cacar monyet berkulit hitam, 29% Hispanik dan 27% berkulit putih, menurut data CDC. Populasi AS secara keseluruhan adalah 12% Hitam, 19% Hispanik dan 61% Putih, menurut data dari Sensus 2020.

3 dari 3 halaman

AS sedang memerangi wabah cacar monyet terbesar di dunia

Orang dengan HIV yang juga mengalami cacar monyet melaporkan beberapa gejala lebih sering seperti nyeri dubur dan proktitis. Cacar monyet menyebabkan ruam, yang menyerupai jerawat atau lecet, yang sering berkembang di area sensitif seperti anus atau alat kelamin.

Pejabat CDC yang menulis penelitian tersebut mengatakan vaksinasi terhadap cacar monyet harus diprioritaskan untuk orang yang HIV-positif dan yang memiliki infeksi menular seksual lainnya.

Orang yang dievaluasi untuk cacar monyet juga harus menjalani skrining HIV dan IMS, kata para penulis. Sekitar 41% pasien cacar monyet didiagnosis dengan satu atau lebih IMS selama setahun terakhir, menurut penelitian CDC.

Penyedia layanan kesehatan juga harus menawarkan obat kepada pasien seperti PrPP, yang membantu menurunkan risiko tertular HIV melalui hubungan seks.

CDC memperkirakan bahwa 1,6 juta laki-laki gay dan biseksual yang HIV-positif atau yang memakai obat untuk mengurangi risiko HIV menghadapi ancaman tertinggi dari cacar monyet. 

Lebih dari 460.000 dosis vaksin cacar monyet telah diberikan sejauh ini. Pejabat Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan mengatakan AS sedang mendekati titik di mana ada cukup dosis yang tersedia untuk memvaksinasi populasi dengan risiko tertinggi.

AS sedang memerangi wabah cacar monyet terbesar di dunia, dengan lebih dari 21.000 kasus dilaporkan di seluruh 50 negara bagian, Washington D.C., dan Puerto Rico, menurut data CDC.

Pejabat kesehatan Gedung Putih mengatakan pada Rabu (7/9/2022), bahwa wabah tampaknya melambat ketika vaksinasi meningkat, meskipun perbedaan rasial pada orang yang didiagnosis dengan cacar monyet semakin meningkat.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.