Sukses

Istirahatlah Kata-Kata, Film Pelarian Widji Thukul dalam Ketakutannya

Film ini banyak mendapat penghargaan.

Liputan6.com, Jakarta Istirahatlah kata-kata merupakan sebuah film besutan sutradara muda Yosep Anggi Noen yang tayang di bioskop Indonesia 2017 silam. Film ini mengisahkan pelarian penyair sekaligus aktivis Widji Thukul. Widji Thukul dikenal dengan puisi-puisinya yang kritis mengritik rezim orde baru.

Film ini mengambil rentang waktu antara Tahun 1996 hingga 1998 saat Widji Thukul berada dalam masa pelarian saat menjadi buronan akibat insiden Juli 1996. Film ini mengritik kentalnya budaya militer era orde baru dengan cara amat satir, cenderung lucu, dan cukup berbobot.

Istirahatlah Kata-Kata telah meraih berbagai penghargaan di dalam maupun luar negeri. Sutradara dan pemeran utama pria film ini meraih beberapa penghargaan antara lain dari Festival Film Indonesia, Usmar Ismail Award, dan Jogja-NETPAC Asian Film Festival.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kisah Widji Thukul

Widji Thukul Lahir di Surakarta, 26 Agustus 1963. Ia merupakan penyair sekaligus aktivis yang ikut melawan penindasan rezim orde baru. Kendati hidup sulit, ia aktif menyelenggarakan kegiatan teater dan melukis dengan anak-anak kampung Kalangan, tempat ia dan anak istrinya tinggal.

Pada 1994, terjadi aksi petani di Ngawi, Jawa Timur. Thukul yang memimpin massa dan melakukan orasi ditangkap serta dipukuli militer.

Widji Thukul terkenal dengan puisi-puisinya yang kritis dan cukup membuat kuping pemerintahan orde baru panas. Wiji Thukul dulu menyuarakan perlawanan lewat karya-karya puisinya, Pada era tersebut, kritik lewat puisi sudah dianggap merujuk pada pemberontakan.

Orang-orang yang vokal dengan gagasan demokrasi substansi sapat dianggap berbahaya bagi ketertiban umum. Orang-orang ini sama dengan mereka yang tubuhnya bertato dan bisa kena operasi petrus.

27 Juli 1996 terjadi kerusuhan yang melibatkan Partai Rakyat Demoratik (PRD) yang melawan peraturan perundangan saat itu di mana ditetapkan bahwa hanya ada 3 partai yang diakui Negara. PRD dan beberapa penggagasnya ditangkap serta dijadikan buron dengan tuduhan menciptakan kerusuhan dan ingin menggulingkan pemerintahan.

Semenjak Juli 1996, Thukul sudah berpindah-pindah keluar masuk daerah dari kota satu ke kota yang lain untuk bersembunyi dari kejaran aparat. Pada 1998 Widji Thukul tak diketahui lagi nasibnya hingga saat ini.

3 dari 4 halaman

Sinopsis Istirahatlah Kata-Kata

Film Istirahatlah Kata-Kata dirilis lewat riset dan persiapan yang panjang, seluruh prosesnya memakan waktu tiga tahun. Istirahatlah Kata-Kata memotret perjalanan Wiji Thukul saat berada dalam persembunyian dari kejaran militer orde baru.

Meski aslinya hidup Wiji Thukul sangat bersinggungan dengan politik, Anggi memilih untuk lebih banyak mengeksplorasi hidup Wiji Thukul sebagai seorang manusia. Soal ketakutannya dalam pelarian, juga kehidupan istrinya, Sipon, selama ditinggal suaminya.

Istirahatlah kata-kata diawali dengan narasi awal pembentukan PRD dan kerusuhan yang terjadi akibatnya hingga membuat beberapa penggagasnya ditangkap dan dicap buron.

Film ini berlatar belakang awal di Solo tempat Widji Thukul tinggal bersama istrinya Sipon dan kedua anaknya. Kemudian bergeser ke Pontianak tempat dimana Widji Thukul melakukan pelarian saat buron oleh pemerintah.

Selama 8 bulan Widji Thukul hidup berpindah dari satu rumah ke rumah lain, dari daerah satu ke daerah lain. Bahkan Widji Thukul hidup bersama orang-orang yang tak pernah ia kenal sebelumnya.

Meski menjalani pelarian dengan penuh ketakutan, Widji Thukul tetap menorehkan karya-karya kritisnya lewat puisi dan cerpen. Widji Thukul juga kerap berganti identitas untuk mengelabuhi petugas administrasi.

Di Solo, Sipon istri Widji Thukul hidup was-was bersama kedua anaknya. Sipon selalu ditekan dan diawasi oleh polisi,beberapa kali Sipon juga diinterogasi terkait keberadaan suaminya. Dalam film ini juga dituturkan puisi puisi seperti “Istirahatlah Kata-Kata” itu sendiri.

Puisi Bunga dan Tembok juga hadir menutup film ini. dihadirkan lewat lagu yang dibawakan oleh Merah Bercerita berkolaborasi dengan Cholil. Merah Bercerita sendiri merupakan band yang dibentuk oleh Fajar, anak dari Widji Thukul.

Film ini dibuat minim dialog yang membuat keseluruhannya terasa sunyi dan senyap. Sesuai dengan judulnya yaitu Istirahatlah Kata-Kata.

Di film ini, Widji Thukul di perankan oleh Gunawan Maryanto yang juga merupakan aktor teater kawakan. Sementara karakter Sipon diperankan oleh Marisaa Anita yang merupakan presenter sekaligus aktris. Film ini juga didukung oleh Melanie Subono, Edward Boang, Dhafi Yunan, dan Joned Suryatmoko.

 

4 dari 4 halaman

Puisi Istirahatlah Kata-Kata

Judul film Istirahatlah Kata-Kata diambil dari puisi karya Widji Thukul dengan judul yang sama. Puisi ini ditulis pada 12 Agustus 1988. Berikut isi dari puisi Istirahat Kata-Kata

Istirahatlah kata-kata

 

jangan menyembur-nyembur

orang-orang bisu

kembalilah ke dalam rahim

segala tangis dan kebusukan

dalam sunyi yang mengiris

tempat orang-orang mengingkari

menahan ucapannya sendiri

tidurlah kata-kata

kita bangkit nanti

menghimpun tuntutan-tuntutan

yang miskin papa dan dihancurkan

nanti kita akan mengucapkan

bersama tindakan

bikin perhitungan

tak bisa lagi ditahan-tahan

 

solo, sorogenen, 12 agustus 1988

 

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.