Sukses

Cek Fakta: Petugas Medis Ini Pakai Jarum Palsu saat Vaksinasi? Simak Penelusurannya

Liputan6.com, Jakarta - Pada 20 Desember 2020, akun Facebook atas nama The Anonymous Chef mengunggah sebuah video yang memperlihatkan cuplikan berita dari situs berita BBC News. Di video itu terlihat petugas medis memegang jarum suntik untuk vaksinasi kepada seorang pria.

Perhatian The Anonymous Chef tertuju pada jarum suntik yang digunakan untuk vaksin. Jarum itu terlihat menghilang saat hendak disuntik ke tubuh pria.

Akun The Anonymous Chef pun menyebut petugas medis menggunakan jarum palsu. Begini narasi yang ada di akun Facebook tersebut:

"Sudah diketahui bahwa mereka menggunakan jarum suntik palsu untuk orang yang disuntik. Tapi, tolong jangan terlalu kelihatan di TV.

Mereka menunjukkannya, bahkan lebih dari sekali? Hampir seperti mereka ingin kau melihat ini... oh..."

Lalu, benarkah klaim petugas itu menggunakan jarum palsu dalam penyuntikan vaksin pada tayangan di situs BBC?

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Penelusuran Fakta

Untuk membuktikan klaim tersebut, Cek Fakta Liputan6.com menelusurinya menggunakan mesin pencari, Google dengan kata kunci: "BBC Covid vaccine needles". Hasil penelusuran mengarahkan ke situs BBC dalam artikel berjudul: "Covid vaccine: 'Disappearing' needles and other rumours debunked".

Pada artikel yang dipublikasikan pada 20 Desember 2020 itu, BBC memastikan kalau video yang viral itu merupakan salah satu produksi mereka. BBC juga menyebut video itu dibagikan oleh juru kampanye anti-vaksin dengan klaim jarum suntik palsu dengan jarum yang menghilang saat digunakan.

Dalam video itu, BBC menjelaskan, petugas medis tersebut menggunakan safety syringe. Jarum ini akan masuk ke perangkat secara otomatis setelah digunakan.

Masih dalam penjelasan BBC, safety syringe sudah digunakan secara luas selama lebih dari satu dekade. Alat ini berfungsi untuk melindungi staf medis dan pasien dari cedera hingga infeksi.

Hasil penelusuran Google juga mengarahkan ke situs AP News dengan artikel berjudul: "BBC footage shows COVID-19 vaccination with retractable needle". Artikel ini mengambil penjelasan dari Direktur Kesehatan Global di Emergency Medicine di New York-Presbyterian/Columbia University Medical Center, Dr. Craig Spencer.

Spencer menjelaskan dalam artikel tersebut, petugas medis yang berada dalam pemberitaan BBC menggunakan alat suntik yang canggih. "Apa yang Anda lihat di video itu adalah jarum suntik yang bisa ditarik (retractable needles)," katanya.

Lebih lanjut, Spencer mengatakan, seseorang harus belajar tentang vaksinasi dari situs yang terpercaya. Dia meminta untuk tidak percaya dengan klaim menyesatkan yang bertebaran di media sosial.

"Yang terpenting, orang perlu belajar tentang vaksinasi dari sumber kesehatan terpercaya, seperti CDC, bukan Facebook bibi Anda atau tweet yang viral," ujar Spencer.

 

3 dari 4 halaman

Kesimpulan

Klaim jarum palsu dalam pemberitaan video di situs BBC News adalah tidak benar. Faktanya, itu merupakan jarum suntik yang bisa ditarik (retractable needles).

 

4 dari 4 halaman

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.