Sukses

Cek Fakta: Viral Postingan Berisi Klaim terkait Covid-19, Simak Fakta Sesungguhnya

Hingga saat ini postingan terkait covid-19 itu telah mendapat lebih dari 1800 komentar dan dibagikan 32 ribu kali.

Liputan6.com, Jakarta - Beredar di media sosial postingan terkait virus corona covid-19. Postingan ini ramai dibagikan sejak September lalu.

Akun yang mengunggahnya adalah bernama Gusti Dior Ibas. Dia mempostingnya di Facebook pada 10 September 2020.

Berikut isi postingannya:

"PENTING DI BACA😀Rapid tes itu cek darah.. sedangkan covid-19 gak masuk ke darah

Rapid tes cuma cek antibodi reaktif / muncul atau non reaktif..Bukan cek virus.Jika antibodi muncul/reaktif dianggap ada virus atau bakteri..Tapi gak tau itu virus/bakteri apa..Itu sdh dianggap hasilnya positif.

Org flu kalo ikut rapid tes hasilnya kemungkinan positif krn antibodinya muncul..Jd hasil rapid tes positif blm tentu kena corona.

Itu hanya menunjukkan antibodinya reaktif/muncul.PCR tes pun hanya menunjukkan keberadaan/adanya virus tp gak bisa tunjukkan itu virus apa dan juga gak bs membedakan antara virus hidup dan virus mati akibat sdh di bunuh sama antibodi kita.

Tes PCR akan memberikan hasil positif jika ada virus, entah itu virus hidup atau virus mati..

Gak ada yang meninggal disebabkan MURNI HANYA krn virus corona..Disebabkan krn terlalu bnyk bermacam² virus yg ada dlm tubuh shg antibodi kalah dan tidak mampu kalahkan virus yg terlalu bnyk dan bermacam² itu..

Jika ada ribuan yg meninggal itu menunjukkan sebelum adanya covid-19 banyak ribuan org sdh terjangkit virus..Sehingga ketika kena covid kondisi semakin parah.. antibodi gak ngatasi lagi..

Jadi kemungkinan yg kata media bertambah bnyk yg kena diliat dari hasil rapid tes itu belum tentu kena covid-19.Sekali lagi rapid tes cuma mendeteksi antibodi seseorang muncul/reaktif apa gak..Sedangkan orang flu aja antibodinya pasti muncul/reaktif..

Jika di rapid tes hasilnya juga bisa positif..Jadi waspada boleh..Takut juga boleh..Tapi gak perlu berlebihan sampai ketakutan akut/depresi..Sebab itu akan mempengaruhi imun kita..

Semisal Cotoh kasus:

Bbrp hari yg lalu ada org, wkt mlm tubuhnya panas.. besoknya sesak trs meninggal..Ternyata org ini kena typus (makanya tubuhnya panas)Tp dipikir pikir takut kena corona.. dia panik.. jatungnya berdebar kencang... sesak trs meninggal..Jd meninggalnya krn serangan jantung 🤭Hasil tes medis tidak ada virus corona maupun virus/ penyakit menular lainnya..Meninggal krn serangan jantung.. kalo sakitnya kena typus..

Semoga seluruh rakyat indonesia semakin paham ttg covid-19 ini shg mindset/pola pikirnya berubah menjadi tenang dan positif.#Tetap_tenang#jangan_mudah_percaya_dg_medsos.blokir semua postingan postingan menakutkan yg anda lihat.smga semua di beri keselamatan."

Hingga saat ini postingan tersebut telah mendapat lebih dari 1800 komentar dan dibagikan 32 ribu kali. Lalu benarkah isi postingan terkait virus corona covid-19?

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Penelusuran Fakta:

Cek Fakta Liputan6.com menelusuri dengan menghubungi dr RA Adaninggar, SpPD. Dia menjelaskan isi postingan tersebut tidak benar.

Dia pun membahas dengan memberikan penjelasan detil pada Liputan6.com.

"Tidak benar kalau covid-19 tidak masuk ke darah. Beberapa bukti jurnal sudah dipublikasikan kalau covid-19 masuk ke darah kita," ujar dr Adaninggar, Selasa (29/12/2020).

Untuk link salah satu jurnalnya bisa dilihat di sini....

Terkait rapid test antibodi reaktif dianggap ada virus atau bakteri dan dianggap positif juga merupakan misinformasi.

"Rapid test antibodi memang memeriksa antibodi yang terbentuk di dalam tubuh manusia sebagai wujud respons tubuh terhadap infeksi. Antibodi yang terbentuk bersifat sangat spesifik tergantung infeksi kuman yang menyerang."

"Alat rapid test yang dibuat juga bersifat spesifik artinya hanya bisa mengikat antibodi yang spesifik terhadap SARS CoV2. Hasil reaktif palsu memang bisa terjadi pada infeksi virus yang strukturnya mirip dengan SARS CoV2 jadi antibodinya bisa salah mengenali. Tapi kejadian ini sangat jarang tergantung akurasi alat juga," ujar dr Ning menjelaskan.

"Hasil reaktif antibodi tidak pernah dianggap positif. Ini adalah suatu misinterpretasi di masyarakat akibat kurang pengetahuan yang akhirnya mengakibatkan stigma."

Untuk klaim yang menyebut orang flu kalau dirapid test akan positif, dr Adaninggar menjelaskan hal itu tidak selalu.

Ia menyebut virus yang bisa menyebabkan hasil reaktif palsu pada pemeriksaan antibodi covid adalah infeksi oleh virus corona jenis lain dan virus dengue. Sehingga jika flunya disebabkan coronavirus jenis lain maka terdeteksi.

Sedangkan jika penyebab flu adalah virus influenza atau bakteri maka tidak akan bereaksi silang dengan antibodi covid karena struktur virus dan bakteri sangat berbeda.

Ia juga membantah klaim yang menyebut PCR hanya bisa mendeteksi ada tidaknya virus tapi tidak bisa membedakan virus apa.

"PCR betul bisa mendeteksi materi genetik virus tapi tidak bisa melihat apakah virus masih aktif atau tidak. Namun PCR didesain dengan sangat spesifik. Pemeriksaannya menggunakan reagen cetakan primer gen dari virus/bakteri yang akan diperiksa."

"Jadi bila akan memeriksa virus SARS CoV2 ya yang digunakan adalah cetakan gen SARS CoV, demikian juga kalau mau memeriksa TBC/virus yang lain, digunakan cetakan gen masing-masing. Jadi sangat spesifik. Bila hasil positif, ya 99-100 persen memang didapatkan gen SARS CoV2 sesuai primer gen yang dipakai," ujarnya.

Terkait klaim yang menyebut tidak ada yang meninggal dunia murni karena covid-19 adalah tidak benar. Dalam penelitian otopsi di luar negeri banyak bukti bahwa seseorang meninggal dunia murni karena covid-19, hal ini bisa dilihat pada tanda-tanda khas yang tidak ditemukan pada infeksi lain.

Salah satu jurnal yang membahasnya bisa klik di sini...

Dalam data statistik di www.covid-19.go.id juga menunjukkan tidak 100 persen pasien meninggal dunia dengan penyakit penyerta. Berikut link untuk melihat statistik lengkapnya...

Terkait media yang menambah data positif setelah melihat rapid tes antibodi reaktif juga tidak benar. Pasalnya yang dikelompokkan sebagai kasus konfirmasi adalah kasus yang dikonfirmasi dari hasil swab PCR bukan dari hasil rapid test antibodi.

3 dari 4 halaman

Kesimpulan

Postingan klaim terkait virus corona covid-19 yang menyebar di media sosial adalah salah.

4 dari 4 halaman

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.