Sukses

Teknologi di Motor Bikin Pembalap MotoGP Kurang Berpengaruh, Ini Komentar Francesco Bagnaia

Francesco Bagnaia tak setuju peran pembalap di MotoGP makin berkurang karena besarnya pengaruh teknologi di motor.

Liputan6.com, Jakarta Pembalap Ducati Lenovo Francesco Bagnaia tak sependapat dengan asumsi motor MotoGP sekarang ini terlalu canggih. Ini membuat peran pembalap di belakang motor menjadi kurang berpengaruh.

Pecco Bagnaia percaya pembalap masih membuat perbedaan di balapan MotoGP. Dia menyoroti beberapa area yang bisa membedakan siapa yang terbaik.

"Saya pikir motor memang membuat perbedaan besar karena mereka sangat kompetitif. Ini karena betapa besar kontrol traksi dan elektronik yang Anda gunakan," kata Bagnaia sseperti dikutip crash.

"Tapi pembalap juga bisa membuat perbedaan besar utamanya dalam mengejar waktu terbaik di satu lap, dalam hal penggunaan ban, dalam hal pengereman. Jadi pembalap lah yang membuat perbedaan di motor. Hasil tahun lalu cukup memberi gambaran," dia menambahkan.

Dia juga mencontohkan bagaimana Marc Marquez membuat perbedaan dengan Repsol Honda. Dia juga lalu menyebut nama Casey Stoner.

"Casey Stoner sempat menjadi satu-satunya yang menang dengan Ducati. Valentino Rossi juga selalu di depan saat di kariernya, juga saat Yamaha tak kompetitif," kata Bagnaia soal pengaruh pembalap.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Dua Area

 

Bagnaia menyebutkan teknologi tak bisa menentukan seberapa cepat pembalap saat kualifikasi. Begitu juga bagaimana penggunaan ban saat balapan.

"Time attack dan penggunaan ban di balapan, itu karena pembalap harus sangat pandai dan halus saat menggunakan ban," kata Bagnaia.

"Saya pikir Anda bisa memahami level seorang pembalap saat kualifikasi dan setelah 15 lap sebuah balapan."

 

3 dari 5 halaman

Lebih Konservatif

 

Bagnaia setuju kalau Ducati melakukan pendekatan lebih konservatif di motor Ducati GP23. Soalnya, Bagnaia mengaku sempat kesulitan dengan motor GP22 yang merupakan pengembangan GP21 yang sebenarnya sangat bagus.

"Kepercayaan saya kepada Gigi (Dall'lgna/manajer Ducati) dan mekanik itu 100 persen. Apapun keputusan mereka, saya akan ikuti," katanya.

"Namun tahun lalu sejujurnya lebih sulit karena motor 2021 itu luar biasa. Saya agak tersesat dengan motor 2022. Maka itu, saya meminta setelah tes Qatar agar kami kembali ke motor lama."

"Motor tahun ini bukan sebuah revolusi, tapi sedikit evolusi dari motor tahun lalu dan saya pede. Kami sudah mencoba di Valencia dan kesan pertama cukup bagus dan lebih baik," dia menambahkan.

4 dari 5 halaman

Patahkan Kutukan

Francesco Bagnaia memakai nomor satu untuk MotoGP 2023. Pembalap Ducati asal Italia itu tidak takut dengan kutukan para juara dunia dan berambisi mematahkannya.

Bagnaia meninggalkan angka 63 yang membawanya menjadi juara dunia 2022 untuk musim selanjutnya. Keputusan ini dianggap berani mengingat nasib buruk para juara dunia yang terlebih dahulu berpaling ke nomor satu. Tidak ada yang bisa mempertahankan gelar.

Sejak era MotoGP tahun 2002, hanya Valentino Rossi dan Marc Marquez yang mampu kembali bertakhta. Rossi melakukannya memakai nomor 46 dan Marquez menunggangi angka 93. Setelah itu, Joan Mir (36) dan Fabio Quartararo (20) coba melakukannya bersama nomor pribadi, tapi juga gagal.

"Merupakan tantangan besar, terutama berdasar statistik. Hanya ada segelintir pembalap yang bisa menjadi juara dunia beruntun," kata General Manager Ducati Corse Gigi Dall’Igna dilansir Crash.

"Tapi kami suka tantangan dan bersemangat coba menaklukkannya. Kami adalah juara dunia, tapi harus tetap rendah hati dan tidak sombong," sambung Dall’Igna.

Sejak era MotoGP tahun 2002, hanya Valentino Rossi dan Marc Marquez yang mampu kembali bertakhta. Rossi melakukannya memakai nomor 46 dan Marquez menunggangi angka 93. Setelah itu, Joan Mir (36) dan Fabio Quartararo (20) coba melakukannya bersama nomor pribadi, tapi juga gagal.

"Merupakan tantangan besar, terutama berdasar statistik. Hanya ada segelintir pembalap yang bisa menjadi juara dunia beruntun," kata General Manager Ducati Corse Gigi Dall’Igna dilansir Crash.

"Tapi kami suka tantangan dan bersemangat coba menaklukkannya. Kami adalah juara dunia, tapi harus tetap rendah hati dan tidak sombong," sambung Dall’Igna.

5 dari 5 halaman

Alasan Bagnaia

Bagnaia memaparkan sejumlah alasan mengapa dirinya memakai nomor 1. "Saya memilih nomor satu. Sudah lama kita semua tidak melihat angka satu di MotoGP. Saya selalu menyukai angka tersebut. Nomor satu merepresentasikan siapa kita sebenarnya, dan mengidentifikasikan kita sebagai seorang juara dunia," ungkap Bagnaia pada peluncuran tampilan terbaru Desmosedici GP23, Senin (23/1/2023).

Pria yang akrab disapa Pecco tersebut melanjutkan, dia ingin memberi penghormatan kepada para juara dunia di MotoGP sebelumnya dengan memilih nomor satu. Bagnaia juga berharap angka itumenambah motivasinya agar mempertahankan takhta juara dunia.

"Tapi saya juga menyematkan angka 63 kecil di dalam angka satu ini, karena saya ingin melaju bersama keduanya. Jadi, ya, mengapa tidak?" kata Bagnaia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.