Sukses

Bola Ganjil: Mengenang Edisi Perdana Liga Europa, Ajang Tarung Penyelenggara Pameran Dagang

Liputan6.com, Jakarta - UEFA sudah melakukan berbagai cara untuk mengangkat harkat Liga Europa. Salah satunya memberi sang juara hadiah berupa tiket Liga Champions.

Liga Europa memang selama ini harus terima berada di bawah bayang-bayang Liga Champions. Padahal ajang itu memiliki asal usul yang tidak kalah menarik.

Ketika masih bernama Piala UEFA, turnamen bisa bangga dengan ketatnya persaingan. Mengingat Liga Champions hanya diikuti para pemenang liga domestik, Piala UEFA diikuti tim-tim papan atas. Artinya, duel berlangsung sengit dan seimbang. Terlebih final berlangsung dua kali menggunakan sistem kandang dan tandang.

Cerita unik lain hadir pada awal keberadaan kompetisi. Embrio Piala UEFA adalah ajang bernama resmi Piala Inter-Cities Fairs, kemudian disingkat menjadi Piala Fairs. Peserta ajang ini datang dari kota yang rutin menggelar trade fairs alias pameran perdagangan.

Kompetisi ini digelar pada 1955 atau tahun sama seperti Piala Champions, cikal Liga Champions. Setiap kota hanya bisa mengirim satu tim terlepas posisi di liga domestik. Piala Fairs rutin bergulir tanpa pengakuan UEFA sebelum menggantinya dengan Piala UEFA pada 1971.

Dalam latar belakang itu, edisi pertama Piala Fairs nyatanya baru selesai tiga tahun berselang. Ini adalah kisahnya:

Saksikan Video Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Fase Grup

Seperti reinkarnasi sekarang, Piala Fairs diawali putaran grup. Para peserta di antaranya Basel, Birmingham, Copenhagen, Frankfurt, Wina, Koln, Lausanne, Leipzig, Milan, dan Zagreb.

Beberapa tim, termasuk finalis Barcelona XI dan London XI, merupakan kompilasi beberapa klub. Meski, pemain Barcelona XI mayoritas datang klub terbesar kota tersebut. Hanya satu nama dari Espanyol. Sementara London XI lebih ekstrim dan diperkuat pemain asal 11 klub.

Tanpa kesulitan melewati fase grup, kedua tim itu mendapat tantangan di semifinal. London XI harus membalikkan kekalahan di leg pertama melawan Lausanne. Sementara Barcelona XI mesti melakoni laga ketiga versus Birmingham City.

3 dari 4 halaman

Hegemoni Barcelona

Leg pertama final berlangsung di Stamford Bridge, 5 Maret 1958. London XI ditangani Joe Mears. Dia mengandalkan nama-nama seperti Jimmy Greaves, Bobby Smith, Danny Blanchflower, hingga Johnny Haynes.

Meski tampil di kandang sendiri, London XI kesulitan meladeni Barcelona XI yang garis besar berasal dari satu tim.

Barcelona XI memimpin dua kali melalui Eulogio Martinez dan Justo Tejada. Namun London XI bisa menyamakan skor lewat Greaves dan Jim Langley.

Leg kedua digelar di Camp Nou, 1 Mei 1958. Loncon XI kali ini ditangani Billy Milne. Dia merekrut trio West Ham United Ken Brown, George Wright, dan Noel Cantwell.

Sayang perubahan itu tidak berarti banyak. Barcelona XI unggul 2-0 melalui dua gol cepat Luis Suarez. Tuan rumah lalu memperbesar skor melalui Martinez, Evaristo Filho (2), dan Marti Verges. Barcelona XI akhirnya jadi juara dengan keunggulan agregat 8-2.

4 dari 4 halaman

Gelaran Selanjutnya

Panjangnya durasi edisi pertama membuat penyelenggara mengubah format. Peserta langsung saling sikut dengan kompetisi menggunakan sistem gugur sejak awal.

Meski begitu, musim kedua Piala Fairs tetap butuh dua tahun untuk selesai. Barcelona, kali ini diwakili satu klub, mempertahankan gelar usai menaklukkan wakil Inggris lain, Birmingham City. Baru mulai musim ketiga Piala Fairs bisa rutin selesai dalam satu tahun.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.