Sukses

Samantha Edithso, Srikandi Catur Indonesia Calon Grandmaster Dunia

Samantha Edithso baru saja meraih gelar juara dunia dalam ajang FIDE Wordl Championship 2018 U-10 di Belarusia.

Liputan6.com, Jakarta - Samantha Edithso menjadi bintang baru di dunia catur Indonesia. Bocah berusia 10 tahun baru saja meraih gelar juara dunia dalam ajang FIDE Wordl Championship 2018 U-10 yang berlangsung di Minks, Belarusia, akhir Juni lalu.

Dari sembilan partai, Samantha Edithso mengumumpulkan 8,5 poin. Satu-satunya hasil remis atau imbang didapatnya ketika melawan Afruza Khamdamova di babak ketiga. Pecatur Uzbekistan itu bergelar WCM dan merupakan juara FIDE World School Chess Championship 2017.

Ini bukan satu-satunya prestasi yang pernah diukir Samantha Edithso. Putri dari Edithso ini juga pernah meraih medali emas catur kilat dalam Kejuaraan Catur Antar Pelajar Asia ke-13 di kota Panjin, Provinsi Liaoning, Tiongkok, pada Agustus 2017.

Di kejuaraan ini, ia menaklukkan saingan beratnya pecatur kuat berusia 16 tahun asal Filipina, WFM Doroy Allaney Jia. Tidak hanya itu, bocah yang akrab disapa Tata itu juga meraih gelar Woman FIDE Master (WFM) dari catur klasik.

Samantha Edithso mengumpulkan delapan poin dari sembilan babak dan tidak pernah kalah. Luar biasa!

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Ekstra Kurikuler

Samatha Edithso telah membuktikan bahwa umur hanya sebuah angka. Meski masih berusia belia, bocah perempuan berusia 10 tahun ini berani bermain di atas kelompok umurnya.

Mental bertanding Samatha sudah terbentuk sejak masih duduk di kelas satu sekolah dasar. "Waktu kelas satu, saya sengaja ikut ekstra kurikuler catur. Saya terus bermain dan akhirnya meraih kemenangan. Saya senang sekali," ucap bocah Bandung ini.

Soal menghadapi lawan-lawan yang usianya di atasnya, Samantha menjawab dengan singkat. "Semua biasa saja," imbuhnya.

Bahkan ketika bertanding, ia sangat serius papan catuh dan bahkan tidak pernah tersenyum. "Untuk apa," jawabnya singkat ketika ditanya mengapa tak pernah tersenyum saat bertanding.

Sang ayah, Edithso, mengatakan putrinya berbeda dengan pecatur lainnya. Jika pecatur lain senang makan buah lawan kalau ada yang gratis, Samatha tidak demikian. "Ia tak suka makan bidak atau perwila lawan, sekalipun itu terlihat gratis," ucapnya.

"Dia lebih suka menyerang. Bila menyerang lebih memungkinkan menang, Samanta pasti memilih menyerang dibanding makan buah lawan."

3 dari 3 halaman

Grandmaster Muda

Usai menjuarai FIDE Wordl Championship 2018 U-10, Samantha kini mengejar impiannya. "Saya ingin menjadi Grandmaster termuda di dunia," ucapnya mantab.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.