Sukses

INASGOC Bidik Kerja Sama dengan Lab Anti-Doping Qatar

Laboratorium yang terletak di Doha, ibukota Qatar tersebut akan meneliti sampel urin dan atau darah para atlet di Asian Games 2018.

Liputan6.com, Jakarta - Panitia penyelenggara Asian Games 2018 (Inasgoc) telah memilih Laboratorium Anti-Doping Qatar sebagai mitra departemen medis. Namun pemilihan tersebut harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Dewan Olimpiade Asia (OCA) sebelum nota kesepahaman atau MoU tercapai.

Laboratorium yang terletak di Doha, ibukota Qatar tersebut akan meneliti sampel urin dan atau darah para atlet yang tampil di Asian Games 2018 Jakarta-Palembang. Inasgoc, melalui Departemen Medical & Doping Control menjaga kerahasian jumlah atlet yang disetujui OCA untuk diteliti.

"Inasgoc condong memilih Doha dari pada lab di Jepang, Thailand, India, dan Korea Selatan. Tapi sebelum semua oke kami mengajukan perbandingan biaya analisa sampel ke OCA terlebih dahulu," kata dr Louise Kartika, anggota Medical & Doping Control Inasgoc kepada wartawan, Rabu (15/11/2017) di Senayan, Jakarta.

Penggunaan Doping ditangani serius oleh Inasgoc lantaran ada beberapa cabor yang menjadikan Asian Games sebagai babak kualifikasi Olimpiade Tokyo 2020. Apabila ada pemecahan rekor dari disiplin olahraga tertentu, departemen medis akan melakukan tes doping.

"Jumlah dan pola pengambilan sampel ini dirahasiakan. Tapi yang pasti pemenang medali akan dites ditambah penelitian secara acak," tutur Louise.

"Pemain bridge juga bisa, tapi random karena ditentukan oleh OCA. Kami sampai saat ini tidak tahu siapa yang akan dites. Untuk sementara itu saja," tutur Louise.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Laboratorium Anti-Doping Qatar

dr Louise Kartika, anggota Medical & Doping Control INASGOC membeberkan alasan pemilihan Laboratorium Anti-Doping Qatar sebagai mitra resmi departemen medis. Salah satunya adalah banyaknya jadwal penerbangan dari dan menuju Doha, Qatar.

"Bukan masalah biaya saja, tapi penerbangan dan fasilitas lab. Kalau mengirim sampel ke India akan repot karena tidak ada penerbangan langsung ke sana," ucap Louis.

"Hasil doping bisa dilihat kurang dari 24 jam. Tapi ada juga yang tiga hari setelah diteliti," tuturnya.

 Saksikan video pilihan di bawah ini

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.