Sukses

Catatan Akhir Tahun: Dari Blatter, Barcelona, hingga Mourinho

Peristiwa di luar lapangan justru lebih gaduh, ketimbang dari lapangan hijau.

Liputan6.com, Jakarta - Seperti di tahun-tahun ganjil sebelumnya, tahun 2015 ini tidak ada ajang sepak bola besar dihelat. Berbeda dengan tahun genap yang selalu diwarnai Piala Eropa atau Piala Dunia.

Namun bukan berarti tahun 2015 tanpa warna. Berbagai peristiwa sepak bola internasional juga tetap ramai, meski dalam skala lebih kecil alias domestik. Bahkan, tak hanya dari lapangan hijau, dari luar lapangan, suaranya justru lebih gaduh.

Baca Juga

  • Makana FA: Saat Sepak Bola Bersinar di Dalam Penjara
  • Jawaban Neville Soal Kemungkinan Latih MU
  • Thohir: Inter Ingin 'Bersaudara' dengan Qatar

Diawali dengan penangkapan tak kurang dari 14 orang, 6 di antaranya pengurus teras FIFA di Hotel Baur au Lac, Zurich, Swiss, Mei lalu. Mereka ditangkap atas tuduhan kasus suap dan korupsi, terutama terkait pemilihan tuan rumah Piala Dunia 2018 dan 2022.

Penangkapan ini dilakukan aparat keamanan Swiss atas permintaan FBI. Kasus ini ternyata terus bergulir bak bola salju. Sebab, setelah itu, menyusul sosok-sosok petinggi FIFA lainnya, satu per satu ditangkap. Dimulai Jeffrey Webb, Wakil Presiden FIFA dan beberapa petinggi dari konfederasi anggota FIFA. Sebut saja Alfredo Hawit (Concacaf) dan Juan Angel Napout (Conmebol).

Seperti yang diduga sebelumnya, ujung gelontoran bola salju ini pun akhirnya menghantam Sepp Blatter, Presiden FIFA. Sebelumnya bola salju itu juga sempat menyeret Jerome Valcke, Sekjen FIFA.

Blatter yang ketika itu baru terpilih untuk kelima kalinya sebagai presiden FIFA, sempat mengundurkan diri dan mempersilakan diadakan pemilihan ulang.

Blatter Tak Bisa Lari

Namun, tetap saja, Blatter tak bisa lari. Dia memang lolos dari dakwaan kasus suap dan korupsi. Namun, Blatter tetap dijatuhi hukuman larangan aktif di sepak bola selama delapan tahun, dengan tuduhan melanggar Kode Etik FIFA yang berkaitan dengan konflik kepentingan, pelanggaran loyalitas dan pemberian hadiah.

Ini terkait tindakannya menyetor uang 2 juta franc Swiss kepada Presiden UEFA, Michel Platini pada 2011. Karena itu, mau tak mau Platini pun dianggap terlibat dan mendapat hukuman sama.

Blatter dan Platini sendiri berdalih, uang itu untuk pembayaran resmi. Namun, Komite Etik FIFA melihatnya berbeda.

Sepak bola dunia berduka. Bahkan, lebih parah, mereka kehilangan kepercayaan terhadap lembaga yang selama ini dipercaya menjalankan roda sepak bola dunia.

Entah butuh berapa lama untuk mengembalikan kepercayaan mereka. Yang jelas, mereka berharap banyak, pemilihan presiden baru FIFA yang digelar tanggal 26 Februari 2016 mendatang, akan menghasilkan sosok yang kredibel, yang terlepas dari kasus-kasus kotor di atas.

Sukses Barcelona dan Leicester
Tapi, tentu saja, cerita di tahun 2015, tak melulu tentang korupsi, suap, atau pengaturan skor. Dari lapangan hijau masih ada kisah-kisah heroik yang menggambarkan bahwa olahraga memang tempatnya menggantung prestasi. Itu diperlihatkan klub Spanyol, Barcelona.

Tahun ini, total lima gelar diraih tim asuhan Luis Enrique ini. Diawali dengan gelar double di tingkat domestik, La Liga dan Piala Raja. Barcelona kemudian memenangkan Liga Champions dan Piala Super Eropa, plus Piala Dunia Klub.Torehan ini, nyaris menyamai sukses gemilang mereka di tahun 2009 saat memenangkan enam gelar.

Prestasi gemilang mereka juga diwarnai dengan rakusnya trio penyerang mereka: Lionel Messi, Neymar, dan Luis Suarez, di muka gawang lawan. Tak heran, dua di antaranya: Messi dan Neymar, masuk jadi finalis kandidat Pemain Terbaik Dunia, bersaing dengan Cristiano Ronaldo (Real Madrid).

Kejutan menarik juga terjadi di Tanah Inggris, ketika tim gurem Leicester City, melejit jadi kuda hitam yang ditakuti. Di bawah asuhan pelatih Claudio Ranieri, kini mereka masih bertengger di papan atas klasemen Liga Inggris.

Seperti juga Barcelona, Leicester punya dua bintang yang menjulang: Jamie Vardy dan Riyad Mahrez, yang mencetak 15 dan 13 gol. Tak heran, keduanya kini jadi buruan klub-klub Eropa.

Mourinho dan Van Gaal
Menariknya, dari Tanah Inggris juga akhir tahun ini ditutup dengan berita kontroversi dari dua pelatih top: Jose Mourinho dan Louis Van Gaal.

Tanpa diduga, Mourinho yang musim lalu membawa Chelsea jadi juara Liga Primer, dilengserkan. Penyebabnya, jelas, amburadulnya prestasi Chelsea, musim ini.

Dalam 17 laga awal, Mourinho tak berdaya mengangkat prestasi "The Blues". Mereka terkapar di posisi ke-16, hanya dua tingkat dari zona degradasi. Untuk sementara, Chelsea ditangani Guus Hiddink.



Jejak Mourinho, naga-naganya bakal diikuti Van Gaal. Pelatih Manchester United (MU) itu kini berada di ujung tanduk, lantaran tim asuhannya gagal menang di delapan laga terakhir di semua ajang. Bagi klub sekelas MU, itu adalah aib.

Namun, manajemen MU masih bisa lebih bersabar dan hingga saat ini, pelatih asal Belanda itu masih dipertahankan. Padahal, tuntutan pemecatan sudah ramai didengungkan suporter. Media-media Inggris bahkan sudah menghitung-hitung siapa penggantinya. Menariknya, salah satu nama yang mencuat adalah Mourinho!*

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini