Sukses

The Beadz, Perhiasan `Made In` RI yang Tembus Jepang dan Dubai

"Kalau ke Jepang biasanya lebih banyak tertarik warna-warna pastel, sedang Dubai suka warna berani," kata pemilik The Beadz, Usye Hasanah.

Bagi kaum hawa, perhiasan sudah menjadi kebutuhan wajib untuk menunjang penampilan. Perhiasan pun dipercaya mampu menimbulkan kepercayaan diri bagi penggunanya.

Hal itulah yang coba dimanfaatkan oleh Usye Hasanah, wanita yang memiliki usaha produksi perhiasan dari batu alam, mutiara dan kristal. Industri berskala rumah tangga ini memproduksi berbagai jenis perhiasan wanita seperti bros, kalung, gelang, anting dan cincin. Usaha yang diberi nama `The Beadz` ini dibangun sejak tahun 2008 dan telah mampu diekspor ke luar negeri seperti Jepang dan Dubai.

"Penjualan kami sudah sampai Jepang dan Dubai. Kalau ke Jepang biasanya lebih banyak tertarik dengan warna-warna pastel, sedang Dubai suka warna berani, biasanya mereka order per satu lusin untuk masing-masing lima item," ujarnya saat berbincang dengan Liputan6.com seperti ditulis Sabtu (16/11/2013).

Untuk bahan baku, Usye banyak memanfaatkan batu koral dan batu akik (agat) dari wilayah Sukabumi, manik-manik dari Jepang, kristal swarovki, mutiara air tawar dari Bandung, benang nymo yang berasa Jepang dan benang fleksibel wire.

"Kami tidak memakai benang senar, karena kalau senar itu kan terkesan murah. Selain itu, benang ini lebih awet, bisa tahan hingga bertahun-tahun. Sementara untuk manik-manik dari Jepang karena yang dalam negeri potongannya kebanyakan tidak simetris dan mudah luntur," jelasnya.

Dia pun membanderol harga perhiasannya bervariasi, seperti untuk kalung mulai dari Rp 900 ribu hingga Rp 2,4 juta, bros Rp 100 ribu hingga Rp 1,5 juta, anting Rp 50 ribu hingga Rp 150 ribu, cincin Rp 50 hingga  Rp 250 ribu serta gelang Rp 200 ribu hingga Rp 800 ribu. Omset yang diterimanya mencapai Rp 10-20 juta per bulan.

"Yang paling laku biasanya bros," katanya.

Saat ini, Esye telah memiliki sebuah toko perhiasan dengan ukuran yang luas dan lima counter ukuran kecil yang semuanya berada di wilayah Jakarta. Selain penjualan ke luar negeri, Esye juga rajin mengikuti pameran di luar negeri seperti di Inggris, Taiwan dan Malaysia.

Bisnis Esye didukung lima orang karyawan pada manajemen dan 20 orang pengrajin. Dengan jumlah pengrajin sebanyak itu, mampu memproduksi bros sebanyak 150 buah, kalung 30 buah, gelang 120 buah serta cincin dan anting masing-masing 120 buah.

Selain memproduksi, Esye juga membuka pelatihan yang terbuka untuk umum. Dalam pelatihannya tersebut diajarkan tentang teknik merangkai dan memilih bahan baku yang baik untuk perhiasan.

Kedepannya, dia berharap usahanya ini bisa terus berkembang dan mampu mengekspor lebih banyak lagi perhiasan untuk lebih memperkenalkan perhiasan produksi dalam negeri.(Dny/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini