Sukses

Indonesia Mampu Produksi 4 Juta Ton Ikan Nila Salin Sekali Panen

Hingga saat ini, Kementerian Kelautan dan Perikanan telah melakukan revitalisasi tambak udang menjadi modeling budidaya ikan nila salin seluas 80 hektar di kawasan Karawang, Jawa Barat.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengungkapkan, Indonesia bisa memproduksi hingga 4 juta ton ikan nila salin dalam satu siklus panen. Hal ini karena Indonesia masih memiliki lahan sekitar 78 ribu hektar di sepanjang pantai utara (pantura) yang dapat dimanfaatkan sebagai tambak ikan nila salin.

Lahan ini sebelumnya adalah tambak udang yang sudah tidak beroperasi. Sejak program tidak berjalan lahan tambak udang tersebut terkontaminasi, sehingga menjadi aset negara tanpa fungsi selama puluhan tahun.

Hingga saat ini, Kementerian Kelautan dan Perikanan telah melakukan revitalisasi tambak udang tersebut menjadi modeling budidaya ikan nila salin seluas 80 hektar di kawasan Karawang, Jawa Barat.

“Kita punya potensi 78 ribu hektar di pantura, untuk kemudian apabila dikerjakan maka kita akan mampu memproduksi ikan nila salin kurang lebih sekitar 4 juta ton satu siklus," kata Trenggono usai peresmian Modeling Budidaya Ikan Nila Salin di Karawang, Jawa Barat, Rabu (8/5/2024).

Produksi Saat Ini

Berdasarkan data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, produksi budidaya ikan nila di Indonesia pada 2022 mencapai 1,35 juta ton atau berkontribusi sebesar 25,5 persen terhadap total produksi ikan hasil budidaya di luar rumput laut.

Dari total produksi ikan nila tersebut, sejumlah 86 persen atau 1,24 juta ton digunakan untuk memenuhi pasar domestik dan 38 ribu ton untuk memenuhi ekspor.

Dengan adanya pelaksanaan revitalisasi ini diharapkan dapat memberikan dampak peningkatan produksi ikan nila sebanyak 310 ribu ton per tahun dengan nilai produksi sebesar Rp 8,08 triliun per tahun. Selain itu berpotensi untuk menyerap sebanyak 24.278 tenaga kerja.

Adapun data dari Future Market Insight pada 2024, negara yang menjadi pasar utama ikan nila adalah Amerika Serikat, Meksiko, Uni Eropa, Timur Tengah, dan Pantai Gading.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Jokowi Resmikan Modeling Budidaya Ikan Nila Salin, Telan Biaya Rp 76 Miliar

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo atau Jokowi meresmikan Modeling Budidaya Ikan Nila Salin milik Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang berada di Kawasan Karawang, Jawa Barat, Rabu, 8 Mei 2024. 

Modeling budidaya ikan nila salin merupakan terobosan Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono yang dibangun sejak 2023 dengan lahan seluas 80 hektar.

Lahan tersebut awalnya merupakan tambak udang yang sudah tidak beroperasi. Sejak program tidak berjalan lahan tambak udang tersebut terkontaminasi, sehingga menjadi aset negara tanpa fungsi selama puluhan tahun.

Jokowi mengatakan ada sekitar 78 ribu hektar tambak yang sudah tidak beroperasi atau idle sepanjang Pantura, yang jika dimanfaatkan dapat menyerap banyak tenaga kerja.

"Tambak ini yang akan kita siapkan, karena untuk tambak udang sudah tidak mungkin, yang paling mungkin sekarang ini tambak ikan nila yang memiliki demand pasar dunia sangat besar sekali. Tahun 2024 saja sebesar USD 14,4 miliar, sangat gede sekali," kata Jokowi dalam acara peresmian, Rabu (8/5/2024).

3 dari 3 halaman

Permintaan Besar

Jokowi menambahkan, permintaan yang besar ini harus dimanfaatkan, tetapi tidak langsung dengan skala besar, melainkan dengan membuat modeling. 

"Modeling sudah benar, yang diinfokan ke saya dari yang biasanya 1 hektar hanya 0,6 ton menjadi 80an ton per hektar dan ini nanti bisa mengangkut, membuka lapangan kerja yang sangat besar sekali," jelas Jokowi. 

Adapun untuk mengubah tambak di Pantura sebesar 78 ribu hektar kira-kira membutuhkan dana sekitar Rp 13 triliun. Jokowi menuturkan jika proyek ini bisa dilakukan maka akan masuk pada APBN 2025-2026.  "Nanti saya akan bisikan pada pemerintahan baru agar mimpi besar ini betul-betul bisa direalisasikan," pungkasnya. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini