Sukses

Setor Retail Bisa Jadi Tulang Punggung Ekonomi di Tengah Ketidakpastian

Menko Airlangga juga berharap agar sektor retail tersebut dapat dibentuk sebagai retail modern yang juga menjadi salah satu outlet untuk pemenuhan kebutuhan pokok dan menjadi window kenaikan harga, sehingga retail modern dapat berperan untuk menjaga stabilitas harga.

Liputan6.com, Jakarta - Sektor perdagangan menjadi salah satu kunci pendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Kontribusi sektor perdagangan mencapai 12,96% terhadap PDB. Pada sisi demand, pertumbuhan ekonomi juga didorong oleh kontribusi aspek konsumsi.

Dengan struktur perekonomian yang didominasi dengan konsumsi tersebut, peran sektor ritel sangat esensial bagi pertumbuhan ekonomi nasional dengan pelaku usaha yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan penyerapan tenaga kerja yang optimal.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan, sektor perdagangan terutama ritel mampu menyerap tenaga kerja yang sangat besar, dan tentu sektor perekonomian ini penting karena jadi tempat untuk menyerap produksi dalam negeri,

"Tentu kita mengapresiasi keberadaan sektor ritel karena sektor ini sudah recover daripada di periode Covid kemarin,” ungkap Airlangga Hartarto dalam acara Pengukuhan Pengurus Himpunan dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (HIPPINDO) Masa Bakti 2024-2026, pada Kamis (18/4/2024).

Setor retail dapat berperan sebagai tulang punggung perekonomian nasional, terlebih pembelian barang produksi dalam negeri dapat menjadi salah satu penunjang perekonomian nasional selama ketidakpastian yang tinggi saat ini.

Selain itu, Menko Airlangga juga berharap agar sektor retail tersebut dapat dibentuk sebagai retail modern yang juga menjadi salah satu outlet untuk pemenuhan kebutuhan pokok dan menjadi window kenaikan harga, sehingga retail modern dapat berperan untuk menjaga stabilitas harga.

Keuntungan Jumlah Penduduk

Selanjutnya, dengan tingginya jumlah masyarakat yang juga memiliki usaha retail, Menko Airlangga menghimbau agar dapat dilakukan pemberdayaan terhadap pelaku usaha retail dari masyarakat tersebut. Dengan dilakukannya pemberdayaan diharapkan dapat meningkatkan akses distribusi logistik dan level playing field dengan pasar modern.

”Saya mengapresiasi bahwa dengan adanya kehadiran industri perdagangan ritel ini kehadiran barang yang ada untuk masyarakat jadi baik untuk availability dan akses, selanjutnya yang menjadi penting juga masalah logistik karena logistik menjadi kunci harga barang yang lebih kompetitif,” pungkas Menko Airlangga.

Turut hadir dalam kesempatan tersebut diantaranya yakni Sekretaris Kemenko Perekonomian, Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri Kemenko Perekonomian, Deputi Bidang Industri dan Investasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Staf Ahli Bidang Iklim Usaha dan Hubungan Antar Lembaga Kementerian Perdagangan, serta Ketua Umum dan jajaran pengurus HIPPINDO.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Imbas Perang Iran vs Israel, Ekonomi Indonesia 2024 Diramal Tumbuh di Bawah 5%

Mantan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2024 berpotensi meleset dari target 5 persen yang ditetapkan pemerintah.

Menyusul, meningkatnya ketegangan geopolitik di  Timur Tengah akibat konflik Iran dan Israel.

"Sebenarnya sebelum ada eskalasi iran Israel, semua pihak yakin 5 persen tercapai. Tapi barangkali, kalau eskalasi ini lebih besar dan lebih lama dan membuat gamang banyak pihak, mungkin target 5 persen akan challenging (menantang)," katanya dalam webinar Dampak Konflik Iran - Israel ke Ekonomi RI di Jakarta, Senin (15/4).

Bahkan, ekonomi Indonesia 2024  diprediksi hanya tumbuh di rentang 4,6 sampai 4,8 persen di tahun ini jika konflik antara Iran dan Israel terus berlanjut.

"Mungkin akan bisa terdorong ke bawah, sekitar 4,6 sampai 4,8 persen karena gangguan dari itu," ujar Bambang.

Dia mencontohkan, sejumlah sinyal buruk yang telah dirasakan ekonomi Indonesia adalah tren pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD). Merujuk data real time Google Finance, nilai tukar rupiah mencapai Rp16.096 per USD pada penutupan perdagangan Jumat (12/4).

"Jadi, intinya secara eksternal memang kita akan menghadapi tantangan yang serius. Dan ini yang bisa membuat Rupiah menjadi tertekan," bebernya.

 

3 dari 3 halaman

Inflasi

Selain itu, konflik antara Iran dan Israel juga berpotensi mendorong laju inflasi yang lebih tinggi. Inflasi ini dipicu oleh kenaikan berbagai bahan pangan hingga minyak mentah asal impor akibat meningkatnya ketegangan geopolitik di kawasan Timur Tengah.

"Jadi perkiraan saya inflasi akan lebih tinggi. Satu karena memang ada masalah di dalam negeri yaitu harga pangan bergejolak. Dua, inflasi yang kemungkinan berasal dari harga yang diatur pemerintah. Apakah itu BBM, apakah elpiji, atau yang lainnya," ungkap Bambang.

Dia meminta pemerintah untuk memastikan sektor konsumsi domestik tetap terjaga untuk menopang perekonomian nasional. Antara lain dengan mengoptimalkan penyelenggaraan pilkada serentak hingga menjalankan pembangunan infrastruktur fisik di sejumlah daerah. 

"Jadi harapan satu-satunya agar pertumbuhan ekonomi masih bisa 5 persen adalah dampak dari pilkada. Kemudian, barangkali intensitas konsumsi yang sifatnya fisik masih akan terjadi," ujar Bambang. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.