Sukses

Angka Backlog Perumahan Turun, Tapi Masih Banyak Keluarga Muda Tinggal di Rumah Mertua

Rumus BPS dalam menghitung angka backlog yang masih mengacu pada ukuran rumah tangga, bukan keluarga. Saat ini masih banyak keluarga muda yang tetap tinggal bersama orang tua atau mertuanya dalam satu rumah.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah mengklaim tren kesenjangan kebutuhan rumah atau backlog perumahan di Indonesia semakin mengecil. Merujuk data Survei Sosial Ekonomi (Susenas) Badan Pusat Statistik (BPS) 2023, angka backlog rumah turun dari 10,51 juta unit di 2022 menjadi 9,9 juta unit di 2023.

Namun, Chief Economist PT Sarana Multigriya Finansial (SMF), Martin Daniel Siyaranamual melihat bahwa angka backlog kepemilikan rumah masih besar. Meskipun, pemerintah telah mengalokasikan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) untuk ratusan ribu unit rumah subsidi.

"Backlog itu sendiri masih gede. Kalau berdasarkan hitung-hitungan data, itu paling tidak nambahnya antara 120-170 ribu per tahunnya," kata Martin dalam sesi jumpa pers di Kantor SMF, Jakarta, Kamis (4/4/2024).

Martin lantas menghitung penyaluran pembiayaan FLPP yang dimulai sejak 2010 belum bisa menghilangkan angka backlog pemilikan rumah. Terlebih kuota penerima bantuan subsidi perumahan tahun ini turun dari 2023 silam yang sebesar 220 ribu unit.

"Sekarang tahun 2024 (pembiayaan FLPP) turun jadi 166 ribu. Jawabannya jelas, enggak cukup (untuk memangkas angka backlog)," imbuh dia.

Pasalnya, ia menyoroti rumus BPS dalam menghitung angka backlog yang masih mengacu pada ukuran rumah tangga, bukan keluarga. Sebab, ia melihat masih banyak keluarga muda yang tetap tinggal bersama orang tua atau mertuanya dalam satu rumah.

"Backlog yang benar itu menggunakan definisi keluarga. Rumah tangga itu kumpulan dari keluarga. Jadi kalau misalnya saya tinggal di rumah orang tua saya, sedangkan saya sudah berkeluarga dan punya istri dan anak, saya tidak termasuk hitung-hitungannya backlog," ungkapnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Risiko Berbalik

"Jadi artinya ketika satu rumah isinya semakin banyak orang, backlog turun dengan sendirinya. Tapi kenaikan (jumlah) hunian belum tentu. Ketika orang di keluarga-keluarga itu mulai keluar dari rumah orang tuanya, ada kemungkinan kenaikan backlog akan terjadi," ucap dia.

Sehingga, angka backlog risiko berbalik naik alias bounce back ketika banyak anak nantinya sudah tak bisa lagi tinggal bersama orang tua, namun belum memiliki rumah.

"Sekarang ini, bouncing back yang saya sampaikan itu sangat berkaitan erat dengan teknikalitas bagaimana menghitung backlog. Saat ini kita menggunakan angka dari BPS. BPS menggunakan angka dari rumah tangga. Backlog harusnya dihitung berdasarkan keluarga," tuturnya.

"Tolong digarisbawahi, ini enggak ada hubungannya dengan kondisi makro ekonomi Indonesia, kebijakannya, enggak. Ini hubungannya bagaimana menghitung backlog, dan ini PR," tegas Martin.

3 dari 4 halaman

Suku Bunga Rendah Jadi Kunci Dongkrak Pertumbuhan Bisnis Properti

Sebelumnya, Direktur Utama Bank BTN, Nixon LP. Napitupulu menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya atas  kontribusi luar biasa para mitra developer pilihan dalam mendukung program-program perumahan yang telah diinisiasi oleh Bank BTN. Apresiasi ini disampaikan dalam acara 100 Billion Achievement Awards 2024.

Menurut Nixon, penghargaan ini merupakan pengakuan atas kerja keras dan dedikasi dalam menghadirkan solusi perumahan yang terjangkau bagi masyarakat Indonesia.

“Kami berharap kerjasama ini dapat terus berlanjut untuk mendukung pemenuhan kebutuhan perumahan yang lebih luas di masa depan," kata dia dikutip Minggu (17/3/2024).

Selama ini berbagai program pembiayaan BTN dengan suku bunga rendah, terbukti mampu mendorong peningkatan pertumbuhan bisnis properti setiap tahunnya.

"Pencapaian top 22 mitra developer non-subsidi yang diundang adalah sebesar Rp 6,25 triliun atau sebesar 38,62 persen dari total realisasi nasional," ujar Nixon. 

Anugerah 100 Billion Achievement Awards 2024 diberikan kepada 42 mitra pengembang yang telah sukses mendukung visi Bank BTN dalam memfasilitasi kepemilikan rumah bagi masyarakat Indonesia. Dalam dua kategori penghargaan tersebut, CSG menduduki peringkat kedua, mengungguli 40 developer terbaik lainnya.

 

 

4 dari 4 halaman

Citra Swarna Group

Dalam 100 Billion Achievement Awards 2024 tersebut, pengembang Citra Swarna Group (CSG) meraih dua penghargaan sebagai Developer Terbaik dan Developer Penyalur KPR Terbanyak. 

Citra Swarna Group dan 41 developer properti terbaik lainnya tersebut dinilai sebagai mitra terbaik dan telah berprestasi dalam membantu merealisasikan target penyaluran Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) Bank BTN sepanjang tahun 2023.

Anugerah 100 Billion Achievement Awards 2024 diterima oleh Komisaris Citra Swarna Group, Petrus Padmardjo dan Direktur Citra Swarna Group, Irwan. 

Irwan mengungkapkan, prestasi ini menandai komitmen dan dedikasi perseroan membantu pemerintah dalam menyediakan hunian terjangkau dan berkualitas bagi masyarakat Indonesia. 

"Kami merasa sangat terhormat dan menyampaikan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada Bank BTN atas penghargaan dan pengakuan ini. Prestasi ini merupakan hasil kerja keras dan komitmen tim kami untuk menyediakan perumahan berkualitas namun  terjangkau bagi masyarakat," ungkap Irwan. 

Sementara itu, Komisaris CSG Petrus Padmardjo menegaskan, Citra Swarna Group akan terus berupaya untuk menjadi mitra terbaik yang berkontribusi besar dalam membangun rumah berkualitas bagi seluruh lapisan masyarakat di Tanah Air.  

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini