Sukses

Impor Beras RI Tembus 800 Ribu Ton di Januari-Februari 2024, Paling Banyak dari Thailand

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat besaran impor beras yang masuk ke Indonesia pada periode Januari-Februari 2024.

Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat besaran impor beras yang masuk ke Indonesia pada periode Januari-Februari 2024. Tercatat, impor beras RI tembus lebih dari 800 ribu ton.

Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan impor beras ada sebesar 880.820 ton pada 2 bulan awal ini. Secara nominal, angkanya tembus USD 564,61 juta atau setara Rp 8,8 triliun.

"Impor beras sepanjang Januari-Februari tercatat sebesar (hampir) 881 tibu ton atau USD 556 juta," ucap Amalia dalam Konferensi Pers Rilis BPS, ditulis Sabtu (16/3/2024).

Dia menyebut, realisasi impor ini mengalami kenaikan dari periode yang sama dari tahun lalu. Pada Januari 2023 Indonesia mengimpor beras sebanyak 243,66 ribu ton. Sementara, pada Januari 2024 tercatat sebanyak 442,11 ribu ton.

Kemudian pada Februari 2023 lalu Indonesia mengimpor beras sebanyak 212,72 ribu ton. Kemudian, meningkat jadi 438,71 ribu ton pada Februari 2024.

"Nilai ini mengalami kenaikan, baik secara volume maupun nilai jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2023," jelas dia.

Paling Tinggi Impor dari Thailand

Dilihat dari sumber impor, Amalia menyampaikan paling tinggi beras dipasok dari Thailand. Kemudian diikuti Pakistan dan Myanmar.

"Impor beras ini paling banyak berasal dari Thailand, kemudian Pakistan, dan Myanmar," pungkasnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tambah Kuota Impor 1,6 Juta Ton

Sebelumnya, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengungkap alasan pemerintah kembali menambah kuota impor beras sebanyak 1,6 juta ton pada 2024. Salah satunya untuk mengantisipasi terganggunya produksi dalam negeri yang berpengaruh pada jumlah stok beras.

Dia mengatakan, berbagai ancaman, termasuk cuaca yang tak menentu juga akan berpengaruh pada produksi beras nasional. Untuk itu, perlu ada langkah mitigasi awal, semisal dengan rencana impor.

"Bisa memastikan enggak sekarang ada (hama) wereng apa enggak di Jawa Timur? Bisa memastikan enggak, banjir yang ada di beberapa tempat (tidak akan terjadi lagi)," ucap Arief, di Hotel The Margo, Depok, Jawa Barat, Selasa (27/2/2024).

 

3 dari 3 halaman

Antisipasi Dini

Mengantisipasi kondisi alam itu, dia mengatakan perlu ada langkah cepat yang diambil pemerintah guna memenuhi cadangan lebih dini. Dia menyebut, rencana impor ini jadi cara antisipasi dini (early warning) atas keadaan darurat pada kemudian hari.

"Negara kita ini harus punya cadangan pangan pemerintah, tahun lalu teman-teman tanya kenapa impor, hari ini semua terbukti bahwa dilakukan impor terukur, harga di petani jatuh tidak? waktu itu wah ini impor kita impor 3 juta, harga di petani jatuh nggak? Enggak," ungkap dia.

Arief menerangkan, impor beras juga dibandingkan dengan potensi produksi lokal. Beras yang datang dari luar negeri, akan disesuaikan dengan jumlah kekurangan atas produksi dan konsumsi nasional.

Termasuk, melakukan koordinasi dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) soal prediksi cuaca. Hal ini berkaitan dengan prediksi waktu panen beras nasional.

"Kita berdoa mudah-mudahan, karena kita harus close koordinasi sama BMKG juga, kalau ini hanya satu bulan lagi baru ada hujan, artinya kita harus mempersiapkan lagi yang 3 bulan ke depan," ujar dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini