Sukses

Rupiah Turun Terbatas Terseret Sentimen Prospek Pemangkasan Suku Bunga The Fed

Pada awal perdagangan, Kamis, 14 Maret 2024, rupiah dibuka melemah tipis lima poin atau 0,03 persen menjadi Rp 15.580 per dolar AS dari sebelumnya Rp 15.575 per dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta - Pasar yang masih berhati-hati terhadap prospek pemangkasan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) bebani nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Kamis, (14/3/2024).

Dikutip dari Antara, pada awal perdagangan, rupiah dibuka melemah tipis lima poin atau 0,03 persen menjadi Rp 15.580 per dolar AS dari sebelumnya Rp 15.575 per dolar AS.

Pengamat pasar uang Ariston Tjendra menuturkan, indeks dolar AS terlihat menguat Kamis pagi ini yang berarti nilai tukar utama dunia sedang melemah terhadap dolar AS.

"Ini mengindikasikan pasar masih berhati-hati terhadap prospek pemangkasan suku bunga acuan AS ke depan," ujar pengamat pasar uang Ariston Tjendra kepada Antara.

Ariston menuturkan, rupiah mungkin bisa mendapatkan tekanan dari dolar AS pada Kamis, 14 Maret 2024 karena sentimen tersebut. Pelaku pasar menantikan data inflasi produsen (PPI) AS Februari 2024 malam ini yang bisa memberikan petunjuk lebih lanjut soal kebijakan pemangkasan suku bunga AS.

Sementara, data inflasi konsumen AS Februari 2024 memperlihatkan kenaikan di atas ekspektasi yang mendorong penguatan dolar AS karena inflasi yang sulit turun akan mengurangi peluang pemangkasan suku bunga acuan AS.

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pada Selasa, 12 Maret 2024 Consumer Price Index (CPI) pada Februari naik 0,4 persen dan 3,2 persen dari tahun lalu. Kenaikan bulanan sesuai ekspektasi, tetapi secara tahunan sedikit di atas perkiraan, yakni 3,1 persen.

Namun, di sisi lain, dolar AS yang melemah terhadap nilai tukar lainnya termasuk rupiah pada perdagangan Rabu, 13 Maret 2024, padahal data inflasi konsumen (CPI) AS Februari 2024 yang dirilis sebelumnya menunjukkan peningkatan inflasi di atas ekspektasi pasar.

Hal itu bisa mengindikasikan pelaku pasar mungkin mulai mengambil posisi di aset berisiko untuk bersiap mengambil peluang penerapan kebijakan pemangkasan suku bunga acuan AS ke depan. Kondisi tersebut mungkin dapat menahan pelemahan rupiah hari ini.

Ariston prediksi, pelemahan rupiah ke arah Rp15.600 per dolar AS, dengan potensi support di sekitar Rp15.560 per dolar AS pada Kamis pekan ini.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

BI Klaim Rupiah Lebih Jos dari Ringgit Malaysia hingga Won Korea

Sebelumnya diberitakan, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengklaim nilai tukar Rupiah tetap terkendali di tengah ketegangan geopolitik dunia. Hal ini tercermin dari pelemahan (depresiasi) nilai tukar Rupiah yang lebih baik dibandingkan Ringgit Malaysia hingga Won Korea Selatan.

"Nilai tukar Rupiah tetap terkendali didukung oleh kebijakan stabilisasi Bank Indonesia," kata Perry dalam konferensi pers di Gedung BI, Jakarta Pusat, Rabu (21/2/2024).

Per 20 Februari 2024, nilai tukar Rupiah kembali menguat 0,77 persen secara poin to poin (ptp) setelah pada Januari 2024 melemah 2,43 persen. Dengan perkembangan ini, nilai tukar Rupiah hanya sedikit melemah 1,68 persen dari level akhir Desember 2023

"Sementara Won Korea, Ringgit Malaysia, dan Baht Thailand melemah masing-masing sebesar 3,69 persen, 4,27 persen, dan 5,31 persen," bebernya.

Penguatan nilai tukar Rupiah didorong oleh kebijakan stabilisasi yang ditempuh Bank Indonesia untuk mendorong aliran masuk modal asing ke pasar keuangan domestik.

Persepsi Positif

Ini sejalan dengan persepsi positif investor terhadap prospek ekonomi yang tetap baik dengan stabilitas yang terjaga dan imbal hasil aset keuangan domestik yang menarik.

Ke depan, nilai tukar Rupiah diprakirakan stabil dengan kecenderungan menguat didorong oleh berlanjutnya aliran masuk modal asing. Kemudian, didukung oleh kebijakan stabilisasi Bank Indonesia, serta penguatan strategi operasi moneter pro-market. 

"Bank Indonesia juga terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah, perbankan, dan dunia usaha untuk mendukung implementasi instrumen penempatan valas Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA) sejalan dengan PP Nomor 36 Tahun 2023," imbuh Perry mengakhiri.

 

3 dari 4 halaman

Bos BI Pede Kredit Perbankan 2024 Bisa Tembus 12 Persen

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, Kredit perbankan pada awal 2024 tumbuh tinggi. Ia pun optimis pertumbuhan kredit 2024 bisa meningkat dalam kisaran 10-12 persen.

Untuk pertumbuhan kredit pada Januari 2024 sendiri tercatat 11,83 persen (yoy). Pertumbuhan itu didorong oleh masih kuatnya sisi penawaran dan permintaan.

"Dari sisi penawaran, kapasitas permodalan perbankan yang kuat dan likuiditas yang memadai turut menopang peningkatan kredit," kata Perry Warjiyo dalam konferensi pers RDG Februari 2024, Rabu (21/2/2024).

Perry menjelaskan, ketersediaan likuiditas perbankan tercermin pada tingginya rasio AL/DPK sebesar 27,79 persen dan didukung pula oleh kebijakan insentif likuiditas makroprudensial (KLM) Bank Indonesia, khususnya bagi bank-bank yang menyalurkan kredit pada sektor-sektor prioritas.

Adapun untuk menyikapi funding gap sejalan dengan pertumbuhan DPK sebesar 5,80 persen dan agar tetap menjaga kapasitas penyaluran kredit, bank-bank menempuh dua strategi utama yaitu realokasi alat likuid dari surat-surat berharga dan penguatan pendanaan non-DPK.

4 dari 4 halaman

Upaya Bank Indonesia

Dia menuturkan, Bank memiliki preferensi untuk mendorong penyaluran kredit pada sektor potensial yang menjadi ekspertise bank dan sesuai risk appetite, antara lain ke sektor perdagangan besar dan eceran, industri, pertanian, jasa dunia usaha, dan konsumsi.

"Secara umum, sektor-sektor tersebut menunjukan kinerja usaha korporasi yang baik, mendorong terjaganya kemampuan membayar," ujarnya.

Sementara itu, untuk rinciannya berdasarkan kelompok penggunaan, pertumbuhan kredit ditopang oleh kredit investasi dan kredit modal kerja, masing-masing sebesar 13,39 persen (yoy) dan 12,26 persen (yoy), diikuti kredit konsumsi yang tumbuh sebesar 9,64 persen (yoy).

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini