Sukses

Platform Kencan Online Bumble PHK 350 Karyawan Imbas Restrukturisasi

Jumlah karyawan yang terkena PHK tersebut setara 30 persen dari tenaga kerja Bumble.

Liputan6.com, Jakarta Sektor teknologi di Amerika Serikat kembali menghadapi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) pada para pekerjanya. Platform kencan online Bumble mengumumkan rencana untuk memberhentikan sekitar 350 karyawannya.

Melansir CNBC International, Rabu (28/2/2024), PHK di Bumble merupakan bagian dari rencana restrukturisasi platform tersebut. Juru bicara Bumble mengatakan jumlah karyawan yang terkena PHK tersebut setara 30 persen dari tenaga kerjanya.

Bumble mengatakan PHK ini akan membantu mendorong peningkatan operasi yang lebih kuat dan menyelaraskan model operasinya dengan prioritas strategis masa depan, menurut laporan kuartal keempatnya. Platform itu akan menerbitkan laporan tahunan terbaru akhir pekan ini.

CEO Bumble Lidiane Jones mengungkapkan dalam sebuah pernyataan bahwa perusahaan mengambil tindakan signifikan dan tegas untuk mempercepat peta jalan produknya.

"Kami yakin tindakan ini akan memperkuat kemampuan dasar kami dan memungkinkan kami untuk terus memberikan pengalaman pengguna yang baru dan menarik sehingga menciptakan hubungan yang sehat dan adil," kata Jones dalam rilisnya.

Bumble memiliki lebih dari 950 karyawan tetap pada 31 Desember 2022, menurut pengajuan ke Komisi Sekuritas dan Bursa AS.

Aplikasi kencan ini melaporkan pendapatan sebesar USD 273,6 juta atau Rp.4,2 triliun pada kuartal tersebut, naik dari USD 241,6 juta pada periode yang sama tahun lalu.

Namun Bumble juga membukukan kerugian bersih sebesar USD 32 juta (Rp. 501 miliar) atau kerugian 19 sen per saham, dibandingkan kuartal tahun lalu, ketika perusahaan melaporkan kerugian bersih sebesar USD 159,2 juta, atau 35 sen per saham.

Selain itu, nilai saham Bumble juga turun lebih dari 8 persen dalam perdagangan pada Selasa sore (27/2).

Bumble menjadi perusahaan terbaru sektor teknologi di AS yang mengumumkan PHK dalam beberapa bulan terakhir, karena investor terus mendorong efisiensi.

Sebelumnya, raksasa teknologi Google dan Amazon terus memangkas jumlah karyawannya, dan lebih dari 170 perusahaan teknologi di AS telah memangkas hampir 44.000 pekerjanya, menurut Layoffs.fyi, sebuah pelacak industri.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Badai PHK Belum Usai, Platform Perjalanan Online Expedia Pangkas 1.500 Karyawan

Platform perjalanan online asal Amerika Serikat, Expedia mengatakan bahwa pihaknya akan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap sekitar 1.500 pekerjanya secara global.

Jumlah tersebut setara 9 persen dari total tenaga kerja Expedia, sebagai bagian dari restrukturisasi organisasi dan teknologi.

Mengutip US News, Selasa (27/2/2024) restrukturisasi ini dilakukan setelah Expedia memperingatkan awal bulan ini bahwa pendapatan akan berkurang pada tahun 2024 karena harga tiket pesawat turun. Adapun pengunduran diri CEO Expedia, Peter Kern.

"Bisnis ini terus mengevaluasi alokasi sumber daya yang tepat untuk memastikan pekerjaan yang paling penting terus diprioritaskan," kata juru bicara Expedia Group.

Perusahaan juga telah mengurangi ekspektasi pendapatannya untuk 2024, sebuah tanda bahwa permintaan diperkirakan akan tumbuh lebih lambat tahun ini.

Pekan lalu, Booking Holdings memperkirakan pertumbuhan pemesanan kuartal pertama 2024 dan setahun penuh lebih lambat karena permintaan perjalanan di AS menjadi normal.

Total biaya sebelum pajak dan pengeluaran tunai yang terkait dengan tindakan restrukturisasi diperkirakan antara USD 80 juta dan USD 100 juta atau setara Rp 1,5 triliun kata Expedia.

Diwartakan sebelumnya, pembuat perangkat lunak manajemen restoran asal AS, Toast juga melakukan PHK massal terhadap 550 karyawan, atau sekitar 10 persen dari tenaga kerjanya.

PHK di Toast merupakan salah satu upaya penghematan biaya USD 45 juta hingga USD 55 juta sebagian besar untuk kuartal pertama, dan penghematan tahunan sebesar USD 100 juta.

3 dari 4 halaman

Nike PHK Massal 1.500 Karyawan

Merek pakaian dan sepatu olah raga ternama asal Amerika Serikat (AS), Nike mengungkapkan akan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap 2 persen tenaga kerjanya saat ini, atau lebih dari 1.500 karyawan.

Melansir CNBC International, Sabtu (17/2/2024) Nike mengatakan PHK kali ini sebagai bagian dari restrukturisasi yang lebih luas.

Raksasa sepatu olah raga yang berbasis di Beaverton, Oregon, itu juga mengungkapkan mereka berencana menggunakan modalnya untuk lebih berinvestasi di produk sepatu lari, pakaian wanita, dan seri sepatu Jordan.

"Inilah cara kami menghidupkan kembali pertumbuhan kami,” kata CEO Nike, John Donahoe dalam sebuah pesan memo.

"Ini adalah kenyataan yang menyakitkan dan saya tidak menganggap entengnya," lanjut dia.

"Saat ini kami tidak melakukan yang terbaik, dan pada akhirnya saya meminta pertanggungjawaban diri saya dan tim kepemimpinan saya," ungkapnya.

Nike mengatakan PHK akan dilakukan dalam dua tahap. Perusahaan akan memulai putaran pertama PHK pekan ini, dan menyelesaikan putaran kedua pada akhir kuartal fiskal keempat, yang biasanya berakhir pada akhir Mei.

PHK di wilayah EMEA Nike akan dilakukan dengan jangka waktu yang berbeda berdasarkan undang-undang ketenagakerjaan setempat, menurut keterangan perusahaan itu.

Namun, tidak diketahui jelas departemen mana yang akan mengalami PHK, namun hal tersebut tidak akan berdampak pada karyawan ritel di toko atau pekerja gudang Nike.

PHK melanda Nike karena konsumen menjadi lebih berhati-hati dalam berbelanja, dan industri ritel bersiap menghadapi penurunan permintaan terhadap barang-barang kebutuhan sehari-hari seperti pakaian dan sepatu, yang merupakan produk andalan Nike.

Pada Desember 2023, Nike meluncurkan rencana restrukturisasi besar-besaran untuk memangkas biaya sekitar USD 2 miliar selama tiga tahun ke depan.

Selain itu, Nike juga menurunkan prospek penjualannya karena bersiap menghadapi permintaan yang lebih rendah dan pesanan grosir, penjualan online yang lemah, dan pasar yang lebih mengandalkan promosi.

4 dari 4 halaman

Menyederhanakan Pilihan Produk

Sebagai bagian dari rencananya untuk memangkas biaya, Nike mengatakan pihaknya berupaya menyederhanakan pilihan produknya, meningkatkan otomatisasi dan penggunaan teknologi, menyederhanakan organisasi dengan mengurangi lapisan manajemen dan memanfaatkan skalanya "untuk mendorong efisiensi yang lebih besar."

Sesaat sebelum restrukturisasi diumumkan, The Oregonian melaporkan bahwa Nike diam-diam telah memberhentikan karyawannya selama beberapa pekan terakhir dan mengisyaratkan bahwa mereka berencana melakukan restrukturisasi yang lebih luas.

Serangkaian divisi mengalami pemotongan, termasuk perekrutan, pengadaan, merek, teknik, sumber daya manusia, dan inovasi, lapor outlet tersebut.

Tidak diketahui jelas berapa banyak lapangan pekerjaan yang telah diberhentikan oleh Nike sejak Desember 2023.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.