Sukses

Bauran EBT Masih Rendah, Menteri ESDM Mau Kebut Lewat Cara Ini

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengakui bauran energi baru terbarukan (EBT) masih rendah dari target. Saat ini, baru ada sebesar 13,1 persen, sementara ada target bauran EBT 23 persen di 2025 mendatang.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengakui bauran energi baru terbarukan (EBT) masih rendah dari target. Saat ini, baru ada sebesar 13,1 persen, sementara ada target bauran EBT 23 persen di 2025 mendatang.

Arifin mengatakan, besaran EBT ini tercatat mengalami peningkatan. Hanya saja, angkanya belum menunjukkan sesuatu yang signifikan.

"Kita melihat bahwa peningkatan ada tapi belum signifikan. Sehingga perlu upaya-upaya keras untuk bisa mendekati target capaian di 2025. Di 2025 itu, kita targetkan 23 persen bauran, tetapi saat ini kita masih pada level 13,1 persen," ujarnya dalam Konferensi Pers Capaian Kinerja Sektor ESDM Tahun 2023 dan Program Kerja Tahun 2024, di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, dikutip Selasa (16/1/2024).

Guna mengejar target tadi, Arifin setidaknya menyusun 8 strategi yang akan memperkuat bauran EBT RI. Pertama, pelaksanaan pembangunan EBT sesuai Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL). Targetnya ada tambahan kapasitas sebesar 10,6 gigawatt (GW) hingga 2025.

Kedua, penerapan program Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap. Utamanya mendorong pemasangan panel surya di atap bangunan yang harapannya mempercepat kapasitas EBT. Meski begitu, pemasangannya harus disesuaikan dengan kemampuan masyarakat dan PLN.

"Kemudian, (ketiga) kita juga melakukan program konversi, pembangkit diesel ke EBT dan juga (keempat) program mandatory B35 yang targetnya pada 2025 ini sebesar 13,9 juta kilo liter (KL)," ungkap Arifin.

Kelima, menggalakkan program co-firing. Tujuannya meningkatkan penggunaan campuran biomassa dalam pembangkit listrik. Harapannya, bisa mengurangi kandungan emisi yang dihasilkan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

EBT di Daerah hingga Panas Bumi

Keenam, akses energi bagi lokasi di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T). Utamanya adalah penyediaan energi baru dan terbarukan.

Ketujuh, memaksimalkan eksplorasi panas bumi yang bertujuan untuk mengoptimalkan potensi energi panas bumi dengan rencana dan program yang ada.

"(Kedelapan) Kemudian juga kita juga harus bisa memanfaatkan EBT off grid dengan mengidentifikasi potensinya dan bagaimana kita bisa mengimplementasinya," tegas Arifin.

 

 

3 dari 4 halaman

Alasan Bauran EBT Rendah

Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif, mengungkapkan penyebab pencapaian porsi energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia yang masih jauh dari target.

Diketahui, capaian bauran energi terbarukan ditargetkan 23 persen pada 2025. Namun, hingga 2022 porsi EBT dalam bauran energi nasional masih 12,3 persen.

"Kita memang memiliki target capaian untuk bisa mencpai 23 persen di tahun 2025. Tapi apa yang kita capai sekarang masih jauh masih kurang lebih 60 persen dari target, padahal waktunya tinggal 2 tahun lagi," kata Arifin Tasrif dalam Seminar Nasional Perekonomian Outlook Indonesia, di Jakarta, Jumat (22/12/2023).

Penyebab lambatnya target tersebut tercapai, yakni adanya pandemi covid-19, kemudian infrastruktur EBT yang masih kurang, dan pasar EBT yang masih terbatas.

"Penyebabnya adalah kemarin adanya covid, kemudian kita juga masih harus memperisiapkan infrastruktur dan kita harus bisa mencreate demand," ujarnya.

Oleh karena itu, menurutnya masih perlu dibangun jaringan transmisi yang dapat mengakses energi baru terbarukan agar sumber daya energi baru terbarukan di Indonesia bisa diolah dengan baik.

"Kita harus membangun jaringan transmisi yang dapat mengakses energi baru terbarukan yang demikian banyak terrdapatnya sumbernya terdapat di Indonesia," ujarnya.

 

4 dari 4 halaman

Perbaiki Regulasi

Selain itu, Pemerintah juga harus memperbaiki lagi regulasi-regulasi yang bisa menarik investasi. Hal itu sejalan dengan penciptaan pasar EBT yang lebih luas lagi.

"Kita harus mencreate demand, bagaimana demand listrik yang baru tumbuh signifikan ke depan itu semuanya diisi oleh energi bersih terbarukan," katanya.

Lebih lanjut, Menteri ESDM menyebut penyebab lainnya adalah masih dihadapkan dengan proyek-proyek di sektor energi baru terbarukan sebelumnya yang masih belum tuntas.

"Kemudian kita masih dihadapi adalah proye-proyek yang sebelumnya, dan ini yang harus kita atasi," pungkasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini