Sukses

Saat 5 Miliar Orang di Dunia Jatuh Miskin, Kekayaan 5 Miliarder Ini Justru Naik 114%

Laporan tahunan Oxfam mengungkapkan bahwa total gabungan kekayaan 5 miliarder terkaya di dunia telah meroket 114 persen menjadi USD 869 miliar atau setara Rp 13,5 kuadriliun.

Liputan6.com, Jakarta - Lima orang terkaya di dunia menjadi jauh lebih kaya dalam beberapa tahun terakhir.  Sejak 2020, kekayaan bersih para miliarder ini telah meroket 114% menjadi total USD 869 miliar, setelah memperhitungkan inflasi.

Mengutip CNN Business, Selasa (16/1/2024) laporan tahunan Oxfam mengungkapkan bahwa total gabungan kekayaan 5 miliarder terkaya di dunia telah meroket 114 persen menjadi USD 869 miliar atau setara Rp 13,5 kuadriliun.

Angka tersebut terhitung setelah memperhitungkan inflasi. Pada saat yang sama, hampir 5 miliar orang di seluruh dunia jatuh dalam kemiskinan karena mereka menghadapi inflasi, konflik, dan krisis iklim.

Dibutuhkan waktu hampir 230 tahun untuk mengentaskan kemiskinan berdasarkan kondisi saat ini, menurut Oxfam.

Meningkatnya kekayaan Elon Musk, yang memimpin Tesla dan SpaceX, menjadi salah satu yang terbesar dalam beberapa tahun terakhir.

Kekayaan Musk melonjak menjadi USD 245,5 miliar atau Rp 3,8 kuadriliun pada akhir November 2023, naik 737 persen dari Maret 2020, setelah memperhitungkan inflasi.

Kemudian ada Bernard Arnault, pemilik raksasa barang mewah asal Prancis LVMH, dan keluarganya memiliki kekayaan bersih USD 191,3 miliar (Rp 2,9 kuadriliun) atau naik 111 persen.

Adapun pendiri Amazon Jeff Bezos, dengan kekayaannya yang naik 24 persen menjadi total USD 167,4 miliar (Rp 2,6 kuadriliun).

Sementara kekayaan pendiri Oracle Larry Ellison berjumlah USD 145,5 miliar (Rp 2,2 kuadriliun) atau naik 107 persen.

Yang melengkapi daftar lima orang terkaya adalah CEO Berkshire Hathaway, Warren Buffett, yang kekayaan bersihnya naik 48 persen menjadi USD 119,2 miliar atau Rp. 1,8 kuadriliun.

Secara keseluruhan, kekayaan para miliarder telah meningkat sebesar USD 3,3 triliun atau 34 persen sejak tahun 2020, dengan kekayaan mereka meningkat tiga kali lebih cepat dibandingkan tingkat inflasi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kekayaan Miliarder AS

Miliarder AS, yang sebagian besar memperoleh kekayaannya dari ekuitas perusahaan yang mereka pimpin, memiliki kekayaan yang melebihi USD 1,6 triliun.

Laporan tersebut, yang mengacu pada data yang dikumpulkan oleh Forbes, bertepatan dengan dimulainya pertemuan tahunan Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, sebuah pertemuan elit yang dihadiri oleh beberapa orang terkaya dan pemimpin dunia.

Meskipun kesenjangan meningkat, ada beberapa titik terang, ungkap Nabil Ahmed, direktur keadilan ekonomi dan ras Oxfam Amerika.

"Kita berada di Era Emas yang baru, namun para pekerja, regulator, serikat pekerja, dan pengorganisir komunitas mulai membuat terobosan di dalamnya," ujar Ahmed.

3 dari 4 halaman

Dunia Usaha Memperoleh Keuntungan Besar

Dalam laporan tahun ini, Oxfam berargumentasi bahwa dunia usaha memperoleh keuntungan besar, sehingga membantu mensejahterakan orang-orang kaya.

Ditemukan, 7 dari 10 perusahaan publik terbesar di dunia mempunyai CEO miliarder atau miliarder sebagai pemegang saham utamanya.

Terlebih lagi, kelompok 1 persen teratas menguasai 43 persen aset keuangan dunia, menurut Oxfam, berdasarkan data dari Wealth X.

Di Amerika Serikat, kelompok ini mencapai 32 persen, di Asia, angkanya 50 persen.

Kemudian di Timur Tengah, kelompok 1 persen teratas menguasai 48 persen kekayaan finansial, sementara di Eropa, 47 persen.

4 dari 4 halaman

Keuntungan Perusahaan Terbesar di Dunia

Oxfam juga mencatat, sekitar 148 perusahaan terbesar di dunia menghasilkan keuntungan hampir USD 1,8 triliun dalam 12 bulan menjelang Juni 2023.

Angka tersebut 52,5 persen lebih tinggi dibandingkan rata-rata keuntungan yang mereka peroleh antara tahun 2018 hingga 2021.

Maka dari itu, Oxfam menghimbau agar industri minyak dan gas, perusahaan farmasi, dan industri keuangan memperoleh keuntungan yang lebih tinggi dalam satu atau dua tahun terakhir dibandingkan rata-rata keuntungan mereka pada tahun-tahun sebelumnya.

"Kami mengabaikan peran kekuatan monopoli dalam mendistribusikan kembali kekayaan kepada kalangan atas," kata Ahmed.

Selain itu, Oxfam juga menyerukan pemerintah untuk mengambil tindakan.

"Kekuasaan publik dapat mengekang kekuasaan korporasi dan ketidaksetaraan – membentuk pasar menjadi lebih adil dan bebas dari kendali miliarder," kata Amitabh Behar, direktur eksekutif sementara Oxfam International, dalam sebuah pernyataan.

"Pemerintah harus melakukan intervensi untuk menghentikan monopoli, memberdayakan pekerja, mengenakan pajak atas keuntungan perusahaan yang sangat besar ini, dan yang terpenting, berinvestasi pada era baru barang dan jasa publik," jelasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini