Sukses

AS Pernah Bidik Jaringan Pendanaan Houthi di Yaman Sebelum Beri Serangan Balasan

Departemen Keuangan AS menyatakan, pihaknya menunjuk 13 orang dan entitas yang diduga terlibat dalam upaya menyalurkan puluhan juta dolar AS ke Houthi di Yaman.

Liputan6.com, Jakarta - Amerika Serikat (AS) telah mengumumkan sanksi yang menargetkan jaringan yang didukung Iran karena diduga memberikan dana kepada kelompok pemberontak Houthi di Yaman melalui penjualan komoditas Iran.

Dikutip dari Al Jazeera pada laporan 7 Desember 2023, Departemen Keuangan AS menyatakan, pihaknya menunjuk 13 orang dan entitas yang diduga terlibat dalam upaya menyalurkan puluhan juta dolar AS ke Houthi.

“Houthi terus menerima dana dan dukungan dari Iran, dan hasilnya tidak mengejutkan, serangan tanpa alasan terhadap infrastruktur sipil dan pelayaran komersial, menganggu keamanan maritim dan mengancam perdagangan komersial internasional,” ujar Wakil Menteri Keuangan untuk Terorisme dan Intelijen Keuangan Brian Nelson dalam sebuah pernyataan dikutip Sabtu (13/1/2024).

Pengumuman ini muncul ketika Houthi, kelompok yang didukung Iran dan memperluas pengaruhnya di Yaman selama perang saudara yang berkepanjangan, melakukan serangkaian serangan terhadap kapal-kapal komersial di wilayah tersebut dan melancarkan serangan rudal dan drone ke Israel.

Kelompok Houthi mengatakan, serangan-serangan itu adalah respons terhadap serangan Israel di Gaza, tempat memerangi kelompok bersenjata Hamas.

Departemen Keuangan AS mengatakan, jaringan itu didukung Iran’s Islamic Revolutionary Guard Corp (IRGC), cabang angkatan bersenjata Iran yang melakukan kegiatan rahasia dan mencakup perusahaan valuta termasuk Yaman, Turki, St Kitts dan Nevis.

Departemen Keuangan mengatakan Sa’id al-Jamal yang sebelumnya dikenai sanksi atas dugaan aktivitasnya sebagai Houthi dan fasilitator keuangan Iran, memakai jaringan perusahaan valuta untuk mengarahkan dana ke Houthi. Pemberi pinjaman uang di Lebanon dan Dubai juga terdaftar.

“Departemen Keuangan akan terus menelusuri fasilitas keuangan dan jaringan pengadaan yang memungkinkan terjadinya kegiatan-kegiatan yang mengganggu stabilitas ini,” demikian disebutkan dalam pernyataan itu.

Dikutip dari CNBC, pasukan Amerika Serikat dan Inggris telah melakukan serangan udara terhadap sasaran pemberontak Houthi di Yaman sebagai tanggapan atas serangan berulang kali oleh kelompok yang didukung Iran terhadap kapal-kapal di Laut Merah.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Serangan Balas AS dan Inggris

Pada Kamis pekan ini, angkatan udara Amerika Serikat melancarkan serangan terhadap lebih dari 60 sasaran di 16 lokasi militant Houthi termasuk lokasi peluncuran rudal, fasilitas produksi dan sistem radar menurut Komando Pusat AS.

Lebih dari 100 amunisi dipakai dalam serangan itu dan dilaporkan menewaskan sedikitnya lima orang dan melukai enam orang.

“Pasukan militer bersama dengan Inggris dan dengan dukungan dari Australia, Bahrain, Kanada dan Belanda berhasil melakukan serangan terhadap sejumlah sasaran di Yaman yang digunakan oleh pemberontak Houthi untuk membahayakan kebebasan navigasi di salah satu jalur perairan paling penting di dunia,” ujar Presiden AS Joe Biden.

Serangan itu terjadi setelah kelompok Houthi mengabaikan peringatan untuk berhenti menargetkan kapal maritim internasional di Laut Merah yang mendatangkan malapetaka pada perdagangan global.

3 dari 5 halaman

Perusahaan Tanker Tangguhkan Pelayaran ke Laut Merah Usai Serangan AS terhadap Houthi di Yaman

Sebelumnya diberitakan, beberapa perusahaan kapal tanker besar dunia pada Jumat, 12 Januari 2024 menghentikan lalu lintas menuju Laut Merah setelah serangan udara Amerika Serikat (AS) dan Inggris terhadap militan Houthi yang bersekutu dengan Iran di Yaman.

Hafnia, Torm dan Stena Bulk mengkonfirmasi menghentikan lalu lintas menuju gerbang perdagangan penting tersebut. Hal ini sebagai tanggapan atas nasihat dari pasukan maritim gabungan, koalisi multinasional yang dipimpin Amerika Serikat. Demikian dikutip dari CNBC, Sabtu (13/1/2024).

Perusahaan-perusahaan tersebut merupakan salah satu operator kapal tanker terbesar di dunia untuk produk minyak bumi seperti bensin, menurut situs perusahaan. Stena Bulk juga mengangkut minyak mentah.

“Mempertimbangkan perkembangan ini dan sejalan dengan rekomendasi para ahli, kami telah memutuskan untuk segera menghentikan semua kapal yang menuju atau berada di sekitar wilayah yang terkena dampak,” ujar juru bicara Hafnia Sheena, Williamson-Holt kepada CNBC.

Koalisi multinasional menyarankan kapal-kapal untuk hindari transit di Selat Bab el-Mandeb selama beberapa hari, berdasarkan pernyataan dari Asosiasi Internasional Pemilik Kapal Tanker Independen.

“Situasinya dinamis dan kapal-kapal harus mempertimbangkan untuk bertahan di luar area tersebut sementara periode pengamatan situasi dilakukan hingga siang hari pada Sabtu, 13 Januari,” kata asosiasi kapal tanker tersebut.

 

4 dari 5 halaman

Harga Minyak Melonjak

Adapun selat Bab el-Mandeb menghubungkan Teluk Aden dengan Laut Merah. Sekitar 7 juta barel minyak mentah dan produknya transit di Laut Merah, menurut perusahaan analisis perdagangan Kpler.

Harga minyak West Texas Intermediate (Wti) berjangka melonjak lebih dari 4 persen menjadi USD 75,25, sementara harga minyak Brent sentuh USD 80,75 pada awal sesi perdagangan.

Pada penutupan perdagangan, penguatan harga minyak jadi terbatas. Harga minyak mentah Amerika Serikat diperdagangkan di kisaran USD 72,89 per barel. Harga minyak Brent diperdagangkan di posisi USD 78,53.

“Pasar akan menunggu untuk melihat apakah kita melihat hal ini menyebar ke jalur signifikan terutama melalui laut untuk produk minyak seperti Selat Hormuz,” ujar Helima Croft dari RBC Capital Markets kepada CNBC.

 

5 dari 5 halaman

Potensi Kenaikan Harga Minyak

Menurut Kpler, sekitar 18 juta barel minyak mentah dan produknya transit di Selat Hormuz setiap hari.

Presiden Rapidan Energy Robert McNally menuturkan, titik konflik utama sebenarnya adalah Lebanon. Israel mengancam akan mengusir Hizbullah, sekutu Iran, kembali dari wilayah perbatasan.”Hizbullah adalah sayap kanan strategis Iran, dan Teheran harus meresponsnya,” ujar McNally.

“Titik pengaruhnya adalah minyak, khususnya harga bensin pada musim pemilu,” ujar McNally tentang Iran.

Risikonya Teheran akan merespons serangan besar Israel terhadap Hizbullah dengan menyerang kapal minyak di Selat Hormuz. “Atau dengan menargetkan infrastruktur minyak di Teluk Arab,” ujar McNally.

Goldman Sachs mengatakan, harga minyak dapat naik dua kali lipat jika ada gangguan yang berkepanjangan di Selat Hormuz, meski bank investasi memandang skenario tersebut tidak mungkin terjadi.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini