Sukses

Ramalan Indef: Ekonomi 2024 Tak Capai 5%, Inflasi Melambung

ekonomi Indonesia masih tumbuh jauh lebih baik dibanding level global, yang secara prediksi diperkirakan berada pada kisaran 2,8 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 mendatang tidak akan mencapai target pemerintah, dan berada di bawah kisaran 5 persen. 

Hitung-hitungan Indef, pertumbuhan ekonomi tahun depan tidak setinggi dari asumsi makro, yakni 4,8 persen. Itu lantaran banyak tantangan yang cukup pelik, dan windfall harga dari sejumlah komoditas tidak akan dirasakan lagi kemewahannya. 

Meskipun begitu, Eko menilai ekonomi Indonesia masih tumbuh jauh lebih baik dibanding level global, yang secara prediksi diperkirakan berada pada kisaran 2,8 persen. 

"Pertumbuhan ekonomi 2024 lebih turun lebih dalam iya, karena situasi globalnya saja tergambarkan hanya 2,8 persen. Tapi apakah 4,8 persen itu buruk? Bagi kita enggak terlalu buruk, karena globalnya aja 2,8 persen. Kita hampir dua kali global, tidak resesi juga. Tapi memang tidak terakselerasi," ujarnya, Rabu (6/12/2023).

Menurut Eko, angka pertumbuhan ekonomi 2024 sebesar 4,8 persen masih lebih realistis ketimbang asumsi makro 5,2 persen. Menimbang banyaknya tantangan ekonomi tahun depan, baik di dalam maupun luar negeri.  

"Jadi kalau pemerintah punya target 5,2 persen, kita harapkan itu yang tercapai. Tapi memang agak susah dari hitung-hitungan kita untuk mencapai itu. Yang lebih realistis menurut kami adalah 4,8 persen," tegasnya.

Beda halnya dengan angka inflasi, dimana Eko kali ini cenderung sepakat dengan hitung-hitungan pemerintah dan Bank Indonesia. Namun, ia mewaspadai beberapa kondisi yang bisa membuat inflasi melambung, semisal komponen harga bergejolak hingga Lebaran 2024.

"Mungkin sedikit lebih tinggi, karena dalam asumsi makro 2,8 persen, kita proyeksinya 3,2 persen. Terutama penyumbangnya masih volatile food. Cuman gambarannya memang tidak akan sangat melonjak tinggi jadi 5 persen, tapi akan turun 2,8 persen seperti proyeksi pemerintah, enggak," paparnya. 

"Saya kira 3,2 persen angka cukup realistis. Itu sudah mempertimbangkan April kita akan mengalami lonjakan inflasi karena ada Lebaran. Biasanya Lebaran itu satu bulan itu kenaikannya 1 persen," pungkas Eko. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Gubernur BI Pede Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,5% di 2024 dan Tembus 6% pada 2028

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo membidik pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tetap positif di 2024, tahun depan. Dis meramal akan ada pertumbuhan sekitar 5,5 persen.

Kondisi tersebut dinilai jadi salah satu negara dengan tingkat pertumbuhan ekonomitertinggi di dunia. Diketahui, salah satu ramalannya juga ekonomi global masih lambat tahun depan.

"Pertumbuhan ekonomi akan cukup tinggi pada 4,7-5,5 persen di 2024 dan meningkat pada kisaran 4,8-5,6 persen pada 2025, salah satu yang tertinggi di dunia," ujarnya dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia, di Jakarta, Rabu (29/11/2023).

Perry mengungkap beberapa faktor penentu yang jadi pengerek pertumbuhan ekonomi tahun depan. Sebut saja ada momen kenaikan gaji aparatur sipil negara (ASN), penyelenggaraan pemilu, hingga peningkatan ekspor dari hilirisasi yang sudah dilakukan.

Dengan begitu, dia menyebut kalau penopang pertumbuhan ekonomi Indonesia didukung penguatan konsumsi dan investasi. Mengaca pada tren ini, Perry kembali meramal ekonomi Indonesia bisa tembus ke 6 persen di 2028 mendatang.

"Dalam jangka menengan, pertumbuhan akan mencapai 5,3 persen sampai 6,1 persen pada 2028," ungkapnya.

Sementara itu, dari sisi inflasi, Perry masih percaya diri inflasi masih di kisaran 1,5-3,5 persen kedepannya. Saat ini, tingkat inflasi Indonesia dinilai masih dalam batas aman di 2,6 persen.

3 dari 3 halaman

Ketidakpastian Ekonomi

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkap ketidakpastian ekonomi masih akan terus berlanjut hingga 2024, tahun depan. Namun, sinyal perbaikan ekonomi global ini diprediksi bisa terjadi pada tahun 2025.

Perry mengatakan, kondisi ekonomi yang belum bangkit dipengaruhi oleh konflik geopolitik global. Pertama, perang Rusia-Ukraina. Kedua, memanasnya ketegangan Israel dan Hamas di Palestina. Disamping itu, ada pula perang dagang antara Amerika Serikat dan China.

"Dunia masih terus bergejolak, perang Rusia-Ukraina perang dagang Amerika dan Tiongkok dan kini konflik Israel di Palestina," kata Perry dalam Pertemuan Tahunan Bank Indoneisa 2023, di Jakarta, Rabu (29/11/2023).

"Fragmentasi geopolitik berdampak pada fragmentasi geoekonomi, akibatnya prospek ekonomi global akan meredup pada tahun 2024 sebelum mulai bersinar kembali pada tahun 2025," imbuhnya.

Dia mencatat, setidaknya ada 5 karakteristik ketidakpastian ekonomi global. Ini dirangkum melihat tren yang terjadi dalam gejolak perekonomian setiap negara di dunia.

Pertama, pertumbuhan ekonomi yang diramal menurun ke 2,8 persen pada 2024 dan baru bisa mencapai 3 persen di 2025. Perry menyebut ini sebagai slower and divergent growth.

"Amerika masih baik, Tiongkok melambat, India dan Indoneisa tumbuh tinggi," kara dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini