Sukses

Rupiah Berpotensi Menguat Jelang Akhir Pekan Lawan Dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Jumat pagi melemah sebesar 11 poin atau 0,07 persen menjadi 15.521 per dolar AS dari sebelumnya 15.510 per dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Jumat pagi melemah sebesar 11 poin atau 0,07 persen menjadi 15.521 per dolar AS dari sebelumnya 15.510 per dolar AS.

Pengamat pasar uang Ariston Tjendra mengatakan peluang penguatan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih terbuka hari ini karena ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga acuan.

“Survei CME FedWatch Tool memperlihatkan probabilitas pemangkasan yang lebih besar dibandingkan menahan suku bunga di bulan Mei 2024,” kata dia ketika dikutip dari ANTARA, Jumat (1/12/2023).

Data Core Personal Consumption Expenditure (PCE) Price Index year on year (yoy) bulan Oktober 2023 menunjukkan kenaikan harga yang lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya, yakni 3,5 persen dari 3,7 persen. Ini mengindikasikan penurunan inflasi yang menjaga asa pelaku pasar soal pemangkasan suku bunga AS di pertengahan tahun depan.

Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi AS yang solid berdasarkan data Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal/III bertumbuh 5,2 persen mengurangi ekspektasi pemangkasan suku bunga. Hal tersebut dibantu oleh data zona euro yang menunjukkan disinflasi, sehingga mendorong rebound dolar AS.

Sentimen Dalam Negeri

Meninjau sentimen dari dalam negeri, inflasi yang masih terkendali bisa memberikan sentimen positif ke rupiah.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat perekonomian Indonesia mengalami inflasi 0,38 persen pada November 2023 jika dibanding dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Peningkatan IHK dari 115,64 pada Oktober 2023 menjadi 116,08 pada November 2023.

Dengan perkembangan tersebut, inflasi tahun ke tahun mencapai 2,86 persen (year-on-year/yoy) dan inflasi tahun kalender 2,19 persen (year-to-date/ytd).

“Hari ini, potensi penguatan nilai tukar rupiah ke arah 15.450-15.430 dengan potensi resisten 15.530 per dolar AS,” ungkap Ariston.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Bank Indonesia: Penerbitan SVBI dan SUVBI untuk Jaga Stabilitas Rupiah

 Bank Indonesia (BI) akan menerbitkan instrumen Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI) dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI) pada 21 November 2023. Penerbitan SVBI dan SUVBI untuk menjaga stabilitas rupiah.

Penerbitan kedua instrumen itu bertujuan menarik masuknya modal asing ke pasar keuangan domestik dan menjadi instrumen moneter yang pro-market untuk pendalaman pasar uang, demikian dikutip dari Antara, Rabu (8/11/2023).

Modal asing yang masuk SVBI dan SUVBI akan menambah likuiditas dan suplai sehingga diharapkan dapat berdampak positif pada sisi permintaan. Penerbitan kedua instrumen itu berperan dalam perbaikan suplai dan permintaan untuk menjaga harga supaya tidak timpang sehingga terjadi penguatan pada rupiah.

SVBI merupakan surat berharga dalam valuta asing yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek di bawah satu tahun.

Sedangkan SUVBI adalah valuta asing yang mengusung prinsip syariah milik Bank Indonesia.Instrumen itu akan memakai aset surat berharga dalam valuta asing yang dimiliki Bank Indonesia sebagai underlying. SVBI akan diterbitkan pada tenor 1,3,6,9 dan 12 bulan.

Sedangkan SUVBI akan diterbitkan dengan tenor 1,3, dan 6 bulan dengan settlement T+2.Sementara itu, BI mencatat kepemilikan asing atas Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) telah menembus Rp 16,98 triliun hingga 6 November 2023 dari total outstanding Rp 144,31 triliun. Total yang sudah diperdagangkan di pasar sekunder Rp 27,99 miliar.

 

3 dari 3 halaman

Kepemilikan Asing

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia Edi Susianto menuturkan, kepemilikan asing di SRBI telah mencapai Rp 16,98 triliun per 6 November 2023. Edi menuturkan, SRBI cukup berpengaruh terhadap stabilisasi rupiah. Saat pasar global kondusif, terjadi penguatan rupiah yang cukup besar.

Sebaliknya, rupiah turut tertekan saat pasar global juga lesu.Di sisi lain, Kepala Departemen Pengembangan Pasar Keuangan (DPPK) BI Donny Hutabarat menuturkan, instrumen itu mampu menambah likuiditas valuta asing atau valas di dalam negeri.

"Secondary market SRBI ini sebetulnya sudah cukup berkembang saat ini, sudah masuk sekitar 1 miliar dolar AS. Pasti ada kaitannya dengan maksudnya offshore dan berkontribusi ke penguatan rupiah," kata Donny.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini