Sukses

El Nino Tak Kunjung Usai, Pengusaha Sawit Mulai Cemas

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Eddy Martono, mengatakan ancaman El Nino atau kemarau panjang dapat mengganggu produksi sawit dan minyak sawit.

Liputan6.com, Jakarta Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Eddy Martono, mengatakan ancaman El Nino atau kemarau panjang dapat mengganggu produksi sawit dan minyak sawit.

 

"Terkait El Nino, dampaknya ke produksi tahun ini memicu terjadinya keterlambatan panen. Karena buah terlambat matang karena nggak ada hujan," kata Eddy dalam konferensi IPOC 2023, Selasa (3/10/2023).

Bahkan Gapki memprediksi, tahun depan akan terjadi penurunan produksi sawit apabila tidak dilakukan pemeliharaan sebelum kemarau. Justru sebaliknya, jika dilakukan pemeliharaan dengan baik maka produksi sawit bisa terjaga.

"Tetapi ada kemungkinan nanti tahun depan akan terjadi penurunan, dengan catatan apabila dalam maintenance atau pemeliharaannya tidak bagus," ujarnya.

Namun, untuk tahun ini kemungkinan hanya terjadi keterlambatan panen saja, tidak sampai terjadi penurunan produksi seperti yang terjadi pada tahun 2015 dan 2019.

Harga CPO

Sementara terkait harga, GAPKI memprediksi harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dapat bergerak di rentang USD 900-USD 910 per ton. Bahkan berpeluang bisa naik ke level USD 1.000 per ton.

"Kalau soal fluktuasi, harga komoditas memang akan selalu ada ayunan. Karena minyak sawit ini adalah salah satu minyak nabati dunia, meski pangsa pasarnya adalah terbesar, yaitu 33 persen," ujar Eddy.

Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Gapki, M Hadi Sugeng, menyebut meskipun dihadapkan pada ancaman El Nino, namun produksi minyak sawit tahun ini diprediksi naik dibandingkan tahun 2022.

"Produksi tahun ini kami prediksi hanya naik 5 persen menjadi 54 juta ton. CPO (crude palm oil/ minyak sawit mentah)-nya 49 juta ton, naik dari tahun lalu 46 juta ton. CPKO (Crude Palm Kernel Oil/ minyak inti sawit mentah)-nya 4,7 juta ton naik dari tahun lalu sekitar 4,5 juta ton," pungkas Hadi Sugeng.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Mau Luncurkan Bursa CPO, Pemerintah Diminta Perhatikan Hal Ini

Rencana pemerintah meluncurkan bursa fisik CPO dalam waktu dekat menuai perhatian publik. Direktur Segara Research Institut Piter Abdullah Redjalam menyarankan pemerintah agar lebih berhati-hati sebelum melangkah terlalu jauh. Ia beralasan, setiap regulasi baru akan berdampak luas ke ekosistem industri sawit, terutama bagi para petani sawit dan perusahaan. 

“Intinya, jangan sampai peraturan baru malah membebani kalangan pelaku usaha, baik untuk korporasi besar maupun para petani. Kelapa sawit adalah komoditas unggulan nasional dan karena itu perlu didukung oleh kebijakan yang kondusif bagi iklim usaha,” kata Piter dikutip Selasa (3/10/2023).

Piter berharap hasil kajian Segara Institut ini bisa menjadi salah satu pertimbangan bagi pemerintah dalam meluncurkan kebijakan baru terkait industri sawit.

“Pemerintah pernah bikin blunder sewaktu menyetop ekspor CPO untuk meredam gejolak harga minyak goreng dalam negeri pada Januari 2022 silam. Kebijakan ini terbukti bikin kisruh, merugikan petani dan akhirnya direvisi. Kami berharap kejadian ini tidak terulang,” kata Piter. 

 

3 dari 3 halaman

Penentu Harga CPO

Maka itu, Piter melanjutkan, ketika pemerintah merancang konsep pembentukan bursa CPO agar Indonesia menjadi penentu harga CPO dunia, Segara mengambil inisiatif untuk mengingatkan pemerintah agar lebih berhati hati dalam melangkah meski punya itikad baik. 

“Para perancang kebijakan juga pasti mengerti bahwa pembentukan bursa CPO tidak serta merta menempatkan kita sebagai penentu harga, menggantikan bursa Rotterdam atau Malaysia. Butuh waktu yang sangat panjang dan paling penting mendapatkan pengakuan dari pelaku pasar. Kredibilitas di market akan terbangun jika bursa CPO ini tidak mendistorsi praktik bisnis yang wajar atau melakukan intervensi pasar secara berlebihan,” kata Piter.   

Industri Sawit telah berkembang dan memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian Indonesia. Hilirisasi yang saat ini dicanangkan sebagai salah satu motor pendorong pencapaian Indonesia emas tahun 2045 sesungguhnya telah berjalan cukup lama. Kontribusi Industri Sawit terhadap perekonomian Nasional tidak hanya dalam bentuk nilai tambah tetapi juga dalam bentuk ekspor dan penyerapan tenaga kerja. 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini