Sukses

Bos Bulog Budi Waseso Merapat ke Kantor Kementerian BUMN, Ada Apa?

jajaran Direksi Bulog termasuk Budi Waseso meninggalkan kantor Kementerian BUMN pada Senin, 21 Agustus 2023 sekitar pukul 15.30 WIB. Sebelumnya, Buwas Cs datang melalui lobby depan Kementerian BUMN sekira pukul 13.30 WIB.

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso dan jajarannya diketahui telah menyambangi kantor Kementerian BUMN pada Senin kemarin. Dia mengakui telah melakukan pertemuan dengan Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo alias Tiko.

Budi Waseso menyebut tak ada maksud khusus dari kedatangannya ke Kementerian BUMN. Pertemuan kali ini hanya sebagai tindak lanjut dari pergantian jajaran Wamen BUMN.

"Kan Pak Wamennya baru, peralihan Pak Tiko dengan Pak Pahala. Nah beliau belum tahu, dan mau minta gambaran dari kita terkait tugas-tugas Bulog apa," kata dia di Kementerian BUMN, ditulis Selasa (22/8/2023).

Dia mengatakan, pengenalan soal lingkup bisnis dan tugas Bulog menjadi penting untuk dibahas. Mengingat, sebelumnya Wamen Tiko tidak membidangi perusahaan pelat merah klaster pangan.

Alhasil, perlu penyamaan persepsi dari tugas-tugas yang dijalankan oleh Bulog. Buwas mengaku tak ada instruksi khusus yang diterimanya.

"Enggak ada. ya itu tadi, beliau cuma jelaskan begini-begini. Soalnya (Wamen Tiko) sebelumnya bukan membidangi pangan, dan sekarang beliau ada di kita," ungkapnya.

Menurut pantauan, jajaran Direksi Bulog mulai meninggalkan kantor Kementerian BUMN pada Senin, 21 Agustus 2023 sekitar pukul 15.30 WIB. Sebelumnya, Buwas Cs datang melalui lobby depan Kementerian BUMN sekira pukul 13.30 WIB.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Tak Tambah Impor Beras

Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso (Buwas) memastikan memastikan cadangan beras Indonesia cukup untuk menghadapi El Nino. Dengan begitu, Bulog tidak perlu menambah kuota impor beras lagi setelah 2 juta ton yang telah ditetapkan sebelumnya.

Untuk diketahui, Badan Pangan Nasional (BPN) telah menugaskan Perum Bulog mengimpor beras sebanyak 2 juta ton untuk beras cadangan pemerintah (CBP). Penugasan itu disampaikan melalui surat penugasan Badan Pangan Nasional yang ditandatangani pada 24 Maret 2023.

"Sekarang karena prediksi juga panennya mencukupi, nah kita lihat saja nanti perkembangannya. Enggak, nggak ada impor tambahan. Kan kita dulu dapat kuota 2 juta ton, tidak ada tambahan lagi," ujar Buwas saat ditemui, di Kompleks DPR, Jakarta, Rabu (16/8).

 

3 dari 4 halaman

Sesuai Kebutuhan

Menurutnya, impor dilakukan melihat daripada kebutuhan, jangan sampai tidak membutuhkan impor namun tetap mengharuskan impor tersebut.

"Tapi kalau kita butuh impor ya kita impor, jadi sesuai dengan kebutuhan," tuturnya.

Sampai saat ini, impor beras yang masuk ke Indonesia sudah 1,3 juta ton dari 2 juta ton. "Ini sudah kita kuasai, tinggal masuk 700 ton lebih sudah di kita, sisanya 400-an," jelasnya.

Walaupun sempat ada penurunan produksi beras petani sebanyak 5 persen, namun ia yakin bahwa kebutuhan beras RI masih terpenuhi meskipun ada penurunan.

"Ya, ya, ya memang ada penurunan produk, itu diproduksi, tapi kebutuhan kan masih terpenuhi," ucap Dirut Perum Bulog itu.

Disisi lain, Pemerintah India secara resmi melakukan pelarangan ekspor beras putih non-basmati mulai 20 juli 2023 lalu. Larangan tersebut berlangsung setelah lebatnya hujan yang melanda tanaman padi mereka.

 

4 dari 4 halaman

Kata Zulkifli Hasan

Sebelum keputusan tersebut, Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan (Zulhas) menyatakan bahwa pemerintah akan menambah kuota impor beras sebanyak 1 juta ton, sehingga jika ditotalkan sebanyak 3 juta ton beras impor yang akan masuk ke Indonesia.

Tambahan 1 juta ton tersebut, berasal dari India, dimana Zulhas telah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan India.

Menanggapi hal tersebut, Buwas menyebut bahwa penambahan 1 juta ton cadangan beras impor belum pasti dan pelarangan ekspor pemerintah India tidak akan memberikan dampak kepada RI.

"Itu belum fix. Kita nggak terganggu harus dari suatu negara, yang penting berasnya bagus, harganya bagus, kualitasnya bagus. Kalau di India itu kan tastenya pera, jadi tidak dominan beras Indonesia. Maka kita ambil bisa dari Thailand, Vietnam, Myanmar sekarang juga Laoks, ada juga Kamboja, Pakistan, jadi nggak ada masalah," tegasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini