Sukses

Kisah Inspiratif Nia, Wanita 29 Tahun Asal Indonesia Pembuat Satria-1 Satelit Terbesar di Asia

Siapa sangka, sosok dibalik pembuat satelit Satria-1 yang menjadi kebanggaan Indonesia adalah sosok wanita. Dia adalah Adipratnia Satwika Asmady atau yang akrab dipanggil Nia.

Liputan6.com, Florida "Go Falcon, Go PSN,".....Ini menjadi kalimat terakhir yang diucapkan operator dari SpaceX sebelum roket Falcon 9 meluncur menuju luar angkasa. Ya, Falcon 9 yang merupakan roket kebanggaan perusahaan milik Elon Musk tersebut terbang membawa satelit kebanggaan Indonesia, Satria-1.

Satria-1 atau yang memiliki kepanjangan Satelit Republik Indonesia ini menjadi titik sejarah Indonesia di dunia telekomunikasi. Kini, Indonesia menjadi negara yang memiliki satelit multifungsi terbesar di Asia dan nomor lima di dunia. Ini karena kapasitas satelit Satria-1 adalah 150 Gbps. Satelit Indonesia sebelumnya, rata-rata memiliki kapasitas di bawah 100 Gbps.

Usai meluncur dari markas SpaceX di Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat, satelit Satria-1 ditargetkan mulai beroperasi paling cepat Desember 2023 atau selambat-lambatnya Januari 2024.

Proyek ini merupakan hasil Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) antara Kementerian Komunikasi dan Informastika (Kominfo) dengan PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN) lewat anak usahanya PT Satria Nusantara Tiga, yang memiliki nikai kontrak sekitar Rp 8 triliun.

Nantinya, Satria-1 akan memberikan koneksi terhadap lebih kurang 150.000 titik layanan publik mencakup didalamnya 93.900 titik sekolah, 47.900 titik kantor desa/kelurahan/kecamatan, 3.700 titik puskesmas, rumah sakit dan layanan kesehatan lainnya, 3.900 titik kantor administrasi pertahanan dan keamana.

Sosok Pembuat Satria-1

Ada hal menarik dibalik peluncuran satelit Satria-1 ini. Siapa sangka, engineer yang membuat Satria-1 ini adalah seorang wanita. Ya, dia adalah Adipratnia Satwika Asmady. Wanita yang akrab dipanggil Nia ini mendapat amanah dari PSN untuk mengerjakan proyek Satria-1, mulai dari perancangan, pembuatan, hingga pengoperasian nantinya.

Selama menjadi Project Manager Satria-1, Nia sering bolak-balik Indonesia-Prancis. Maklum saja, Satria-1 diproduksi oleh perusahaan asal Prancis, Thales Alenia Space (TAS). Satelit ini diproduksi mulai dari 2020 sebelum selesai produksi dan dikirim ke Florida, AS pada Juni 2023.

"Jadi saat awal produksi Satria-1, saya tinggal di Prancis kurang lebih satu tahun, setelah pandemi Covid-19 yaitu Juni 2022 hingga Mei 2023, " kata Nia saat berbincang dengan Liputan6.com, ditulis sabtu (24/6/2023).

Nia sendiri merupakan wanita kelahiran Jakarta 24 Agustus 1993. Dia adalah anak kedua dari Asmady Parman dan Adiyatwati Adiwoso. Nia sendiri memiliki latar belakang pendidikan S1 dan S2 di Aerospace Engineering California Polytechnic State University.

Di PSN sendiri merupakan karir pertama Nia di dunia kerja. Masuk pada 2017, Nia langsung terlibat dalam proyek satelit yang ditangani PSN. Bahkan, pada 2019, Nia juga terlibat dalam pengerjaan satelit Nusantara-1 (N1). Hanya saja, kendala financial proyek membuat Nia dipindahkan untuk membuat Satria-1.

 

Jadi Kebanggaan Indonesia

Ada banyak cerita lika-liku Nia dalam mengerjakan proyek Satria-1 ini. Berada di lingkungan kerja yang mayoritas laki-laki, menjadikan dirinya harus bekerja keras dalam beradaptasi.

"Jadi banyak laki-laki memang kita harus menyesuaikan dengan cara kerja dan sosialisasi dengan semuanya. Saya lebih menjadikan mereka tempat belajar," tegas Nia.

Dunia satelit memang bukan keinginan Nia selama kuliah. Lulusan Aerospace Engineering, menjadikan Nia berkeinginan untuk bekerja di dunia pesawat terbang, lebih spesifiknya pesawat tanpa awak.

"Jadi dulu bayangannya dan pengen kerja desain pesawat tanpa awak, cuji coba pakai remote control, seperti itu. Cuma memang hidup membawa saya ke dunia yang tidak bisa saya perkirakan, dan saya harus bertanggung jawab dengan setiap keputusan yang sudah saya ambil," tegas Nia.

Dengan pengalaman Nia yang mengemban ilmu di Negeri Paman Sam, tidak membuat Nia untuk malu-malu kembali ke Indonesia. Biasanya, generasi muda yang malang melintang di luar negeri, mendambakan untuk bisa bekerja di perusahaan internasional di luar negeri.

Satu hal yang menjadi alasan Nia untuk kembali ke dalam negeri, dan terlibat dalam pembuatan satelit di Indonesia adalah nasionalismenya.

"Satelit ini adalah proyek untuk NKRI. Tidak banyak orang tahu siapa yang membuat satelit. Yang mereka tahu adalah layanan yang sudah beroperasi. Dan saya juga ingin PSN menjadi contoh jika Indonesia ternyata bisa," tegasnya.

Yang lebih membanggakan lagi, dalam Proyek Satria-1 ini, Di usianya yang masih 29 tahun, Nia menjadi wanita Indonesia pertama kalinya yang menjadi Customer Launch Director di SpaceX. Customer Launch Director merupakan pihak yang menentukan roket SapceX Falcon 9 ini mengangkasa atau tidak.

 

Tips Sukses ke Generasi Muda

Nia sendiri berbagi tips kepada para generasi muda Indonesia yang ingin sukses di dunia kerja. Pertama, Nia ingin pemuda Indonesia tidak cepat puas. Bagi nia, banyak anak muda saat ini terjebak dalam zona nyaman.

"Jadi kita harus terbiasa dengan chalange, dengan begitu akan membawa kita lebih berkembang," ucapnya.

Kedua, jika generasi muda sudah memutuskan untuk berkarir di satu bidang, meskipun itu bukan yang diinginkan, Nia minta keputusan tersebut harus ditekuni.

"Seperti saya, nyemplung di dunia satelit, jadi kita harus terus belajar dan memberikan yang terbaik," pungkasnya.

Berbagai prinsip dan kegigihannya inilah yang kini menjadikan Nia sebagai salah satu putri kebanggan Indonesia dalam dunia satelit. Siapa yang ingin seperti Nia?

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Dibanggakan Jokowi

Presiden Joko Widodo mengunggah video peluncuran Satelit Satria 1 di akun Instagram resminya @jokowi. Melalui akun tersebut, Presiden Jokowi juga menyebutkan bahwa Satelit Satria 1 merupakan kepanjangan dari Satelit Republik Indonesia 1.

Dalam unggahannya, Presiden Jokowi mengumumkan bahwa Satria 1 telah meluncur ke angkasa pada Senin, 19 Juni 2023.

"Tepat pukul 05.21 WIB atau Hari Minggu pukul 18.21 waktu Florida, Amerika Serikat, Satria 1 meninggalkan Bumi dengan roket Falcon 9 milik Space Exploration Technologies Corporation (SpaceX) dari Cape Canaveral Space Force Station, Florida," tulis Presiden Jokowi dalam keterangan foto.

Presiden Jokowi juga menjelaskan, Satria 1 menjadi satelit multifungsi pertama milik pemerintah yang memiliki kapasitas terbesar di Asia.

Nantinya, satelit Satria 1 ini akan menempati orbit 146 derajat Bujur Timur (BT), atau tepat di atas Papua.

"Peluncuran Satria 1 adalah salah satu upaya kita dalam pemerataan pembangunan infrastruktur digital di pusat pelayanan publik di seluruh Indonesia," katanya.

 

3 dari 3 halaman

Layani Internet Wilayah 3T

Satria 1 Bertujuan untuk Hadirkan Askes Internet di Titik Layanan Publik di Daerah 3T. Sementara itu, Plt Menkominfo Mahfud MD, sebelumnya menjelaskan bahwa fungsi Satelit Satria 1 adalah untuk meratakan akses internet di daerah 3T (tertinggal, terluar, terdepan).

"Fungsi Satria 1 ini adalah untuk meratakan akses internet, terutama untuk keperluan pendidikan, kesehatan, layanan publik, untuk masyarakat, untuk TNI, untuk Polri di seluruh wilayah Tanah Air, khususnya di daerah tertinggal, terdepan, terpencil," kata Mahfud.

Mahfud membantah pendapat yang menyebut peluncuran Satria 1 tidak ada gunanya. Karena pada kenyataannya, menurutnya, Satelit Satria 1 akan melayani wilayah 3T yang sebelumnya belum ter-cover akses internet cepat. Dengan begitu, pelayanan publik seperti disebutkan di atas bisa dijalankan dengan baik.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.