Sukses

Tak Lagi Pakai USD, Transaksi Dagang Indonesia dengan 4 Negara Tembus Rp 61 Triliun

Bank Indonesia (BI) mengatakan total nilai transaksi menggunakan mata uang lokal atau Local Currency Transaction (LCT) Indonesia dengan empat negara mitra dagang mencapai USD 4,1 miliar pada 2022.

 

Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia (BI) mengatakan total nilai transaksi menggunakan mata uang lokal atau Local Currency Transaction (LCT) Indonesia dengan empat negara mitra dagang mencapai USD 4,1 miliar atau setara Rp 61 triliun (kurs 14.886 per USD) pada 2022.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Wijayanto menilai, angka tersebut meningkat lebih dari 10 kali lipat dibandingkan awal implementasinya pada 2018 yang tercatat hanya USD 348,5 juta.

“Total nilai transaksi Indonesia dengan empat negara mitra yang sedang berjalan, totalnya pada 2022 mencapai sekitar 4,1 miliar dolar AS. Ini menggunakan mata uang lokal, jadi tidak melalui dolar,” kata Perry dikutip, Senin (5/6/2023).

Empat negara mitra yang dimaksud yakni China, Malaysia, Thailand, dan Jepang.

Lebih lanjut, Perry menjelaskan awal Mei lalu Indonesia telah teken kerjasama perdagangan menggunakan transaksi lokal dengan Korea Selatan sebagai upaya menuju de-dolarisasi.

Pemerintah akan terus masih akan terus memperluas kerjasamanya dalam penggunaan LCT dengan beberapa negara lainnya, salah satunya adalah Singapura.

“Kami akan memperluas kerjasama dengan berbagai negara mitra termasuk dengan Singapura pada tahun lalu, kami sudah menandatangani kerjasama dengan Korea Selatan juga pada dua bulan yang lalu dan terus memperluas dengan negara-negara yang lain," ujarnya.

Adapun LCT merupakan kerja sama Indonesia dengan beberapa negara mitra dagang lainnya untuk sepakat menggunakan mata uang lokal masing-masing negara untuk perdagangan maupun transaksi pembayaran. Dengan demikian, transaksi kedua negara, tidak perlu lagi dikonversi ke dolar AS.

Agenda perluasan LCT tersebut menjadi pembahasan utama para pemimpin negara dalam perhelatan KTT ASEAN ke-42 di Labuan Bajo awal bulan lalu.

Para pemimpin negara ASEAN mendukung kerja sama lebih lanjut untuk mempromosikan LCT dan peran otoritas keuangan untuk mengurangi kerentanan dari volatilitas eksternal.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

ASEAN+3 Sepakat Pakai Mata Uang Lokal, Bye-Bye Dolar AS

Para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral Negara Anggota ASEAN+3 (AFMGM+3) sepakat memperkuat kerja sama keuangan regional. Termasuk kajian studi beberapa tema strategis atas digitalisasi keuangan, keuangan berkelanjutan, utang korporasi, utang rumah tangga, dan transaksi mata uang lokal atau Local Currency Transaction (LCT).

Komitmen tersebut merupakan hasil kesepakatan dari Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral Negara Anggota ASEAN+3 (AFMGM+3) yang diadakan pada 2 Mei 2023 di Incheon, Korea Selatan.

Pertemuan tersebut diselenggarakan di bawah mitra keketuaan (co-chairmanship) dari Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, Menteri Keuangan Jepang Shunichi Suzuki, dan Gubernur Bank of Japan Kazuo Ueda.

Sri Mulyani menyampaikan, pertumbuhan ekonomi ASEAN+3 yang kuat sebesar 3,2 persen pada 2022, terlepas dari efek pandemi Covid-19 yang masih ada dan konflik Rusia-Ukraina yang meningkat menjadi krisis. Sementara, gejolak sektor perbankan baru-baru ini di AS dan Eropa memiliki dampak rambatan yang terbatas di kawasan ASEAN+3.

"Meskipun demikian, kita harus tetap waspada. Ke depan, kawasan ini diperkirakan akan tumbuh sebesar 4,6 persen pada tahun 2023, dipacu oleh permintaan domestik yang kuat karena pemulihan ekonomi terus menunjukkan perbaikan," ujar Sri Mulyani, Rabu (3/5/2023).

 

3 dari 3 halaman

Tantangan Saat Ini

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyoroti, bahwa tantangan saat ini dan ketergantungan yang besar pada mata uang dominan tertentu untuk perdagangan internasional dan penyelesaian investasi, dapat meningkatkan kerentanan dan meningkatkan risiko stabilitas keuangan di ASEAN+3.

"Oleh karena itu, ASEAN+3 perlu berinovasi untuk dapat menjaga stabilitas, di tengah inflasi yang masih tinggi, kondisi likuiditas yang lebih ketat, ruang kebijakan yang lebih sempit, dan pengaruh kuat dolar," kata Perry.

Penggunaan Mata Uang LokalDalam hal ini, Perry menekankan pentingnya memperkuat dan meningkatkan kerja sama di antara negara-negara ASEAN+3 dalam konektivitas pembayaran dengan mempromosikan penggunaan mata uang lokal yang lebih luas untuk transaksi.

Berkaitan dengan hal tersebut, AFMGM+3 menyambut baik dan mengakui perkembangan kajian Sistem Pembayaran Lintas Batas di ASEAN+3. Khususnya mengenai Penguatan Transaksi Mata Uang Lokal dalam pembahasan Isu Tematik ASEAN+3.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.